"Oma!" Anna mengangkat panggilan telepon dari Miranda dengan antusias.
Anna cukup mengerti kalau kode angka yang disebutkan Wibisana di acara pestanya pastilah berarti sesuatu, atau petunjuk akan sesuatu.
Sesuatu yang dicarinya. Atau mungkin, seseorang.
"Kamu benar, nomor yang kamu sebutkan itu adalah nomor rumah dari sebuah bangunan panti asuhan. Kasih Bunda. Panti asuhan ini termasuk bangunan lama dan tebak, seluas tiga hektar tanah hingga yang mengelilinya adalah milik keluarga Tajendra. Tepatnya Mahesa Rajendra yang kemudian dikelola oleh putranya, Melvin Rajendra"
Anna serius mendengarkan. Dalam kepalanya berpikir seolah nama panti asuhan Kasib Bunda begitu familiar. Tapi dimana?
Kasih Bunda, Ibu Kasih. Apakah mungkin...?"Oma, siapa nama pemilik panti asuhan itu?"
Hening beberapa saat, kemudian sebuah nama yang disebutkan Miranda melemparkan ingatan Anna pada perempuan paruh baya yang datang menjemput Pangeran di rumah sakit kala itu.
"Ibu Kasih""Ibu Kasih? Bukankah dia itu..." Anna mengerjap cepat, berusaha memproses informasi bagai kepingan puzzle yang menyatu dikepalanya
"Ya, dia adalah Ibu Kasih yang asli"
Wajah Anna mengeras seketika. Terlalu banyak pertanyaan dan terlalu banyak teka-teki yang terjadi. Semuanya hanya menimbulakn pertanyaan-pertanyaan baru pada dirinya.
"Ini jelas-jelas berhubungan kan? Dan aku yakin Oma tahu semuanya"Terdengar helaan napas panjang Miranda. Wanita setengah abad tersebut jelas menimbang sesuatu yang semakin membuat keyakinan Anna mengerucut.
"Pemuda itu, pemuda yang kamu selamatkan dari ledakan mobil malam itu adalah Melvin Rajendra, Anna"
Anna mengerjap mendengar penjelasan Miranda. Bagaimana mungkin Pangeran adalah Melvin? Anna sendiri mengenal Melvi sudah beberapa tahun lalu ketika menangani proyek bisnis yang sama. Anna tidak mungkin salah mengenali.
"Tidak mungkin Oma, aku kenal siapa Melvin Rajendra. Bahkan... bahkan beberapa saat lalu aku baru saja menghadiri acara pernikahannya"
"Pemuda yang kamu kenal selama ini adalah Wibisana, salah satu asisten kepercayaan Melvin yang menghianatinya. Ini adalah konspirasi besar yang di dalangi oleh Maharani Rajendra, adik kandung dari ayah Melvin sendiri"
Anna tidak tahu saja kalau membahas masa lalu ini sama saja melemparkan Miranda pada kelamnya dirinya atas semua keserakahan dunia di masa muda. Ada hubungan yang tidak bisa dijelaskanya bahkan kepada Anna sendiri.
"Oma... na-nanti aku hubungi lagi" Anna memutuskan sambungan dan begitu saja melemparkan ponselnya diatas meja kerja
Anna meremas keningnya yang terasa pening. Melvin Rajendra? Bagaimana bisa?!
Tok...tok...tok
"Nona," pelayan Anna memasuki ruangan kerja dengan raut takut-takut, "orang itu datang lagi, dia-"
"Katakan aku tidak mau bertemu, apa susahnya?! Apa aku terlihat seperti orang yang tidak memiliki kesibukan?!" Anna meluapkan kekesalannya kepada pelayannya tersebut
"Baik Nona. Perempuan itu menitipkan sebuah pesan" pelayan tersebut menyerahkan secarik kertas dan segera menunduk dalam untuk pergi
Anna mengibaskan tangannya. Pikirannya sedang kacau dan pelayan tersebut semakin membuat masalah dengannya saja. Sebuah pesan notifikasi khusus masuk, Anna membukannya. Pesan dokumen dari Oma.
Anna membaca cermat dan semakin membuat kepalanya berdenyut. Dokumen hasil penyelidikan Miranda tentang segala hal yang berhubungan dengan Pangeran atau Rajata Melvin Rajendra. Rencana ini benar-benar disusun secara rapih. Dalam hati Ana bertekad akan segeran menemukan Pangerannya.