Lita mengembalikan lengan Pangeran ke sisi tubuh setelah tahapan awal hinoterapi berhasil dilakukan. Sementara Andreas mengawasi dengan bersandar pada nakas dan kedua lengan terlipat. Tidak sabar.
Pangeran sudah disugesti untuk berada di dalam pikiran bawah sadarnya. Tubuhnya terbaring sempurna dengan kelopak tertutup dan napas teratur seolah tertidur. Sebenarnya tidak, lelaki tersebut hanya disugesti senyaman mungkin untuk kemudian digali informasi dari alam bawah sadarnya.
"Kamu bisa mendengar saya?" Suara Lita mengalun lembut
Pangeran mengangguk pelan. Lita tersenyum dan melanjutkan.
"Jauh di dalam pikiran kamu, kamu tahu siapa diri kamu sesungguhnya. Jadi kembalilah ke masa dimana ingatan itu utuh. Malam itu saat terjadi kecelakaan, mobil yang kamu tumpangi menabrak pembatas jalan dan berakhir jatuh ke jurang. Mobil itu terbakar habis, tetapi kamu berhasil selamat. Apa yang terakhir kamu ingat?"
Kening Pangeran berkerut-kerut. Tampak sekali raut tenang yang tadi tercipta kini berganti menjadi wajah cemas dan ketakutan. "Teriakan Rion yang meminta saya melompat dari mobil"
Meskipun dengan suara tercekat, Andreas tetap bisa mendengarnya dengan jelas.
"Siapa itu Rion?"
"Asisten pribadiku"
Lita meraih sebelah tangan Pangeran untuk digenggam. Memberikan sugesti rasa aman. Buruk sekali, baru pertanyaan dasar dan kondisi subyeknya sudah tertekan seperti ini.
"Tanyakan namanya" Andreas berbisik, tidak sabar mendengar pertanyaan Lita yang berputar
Lita meliriknya tajam. Proses hipnoterapi begitu sensitif sehingga gangguan sekecil apapun dapat mengganggu komunikasi yang terbentuk. Jika saja ini praktek resmi sudah pasti Lita tidak akan membiarkan siapapun masuk.
"Kenapa Rion memintamu untuk melompat dari mobil?"
Pangeran mengerang pelan sebelum berhasil mengingat, "agar aku bisa selamat"
"Kamu ingat apa yang menyebabkan mobil itu hilang kendali dan akhirnya menabrak pembatas jalan?"
"Ngg.... seseorang memotong kabel rem nya" jawab Pangeran dengan napas terengah
Lita kembali menepuki pelan punggung tangan di genggamannya. Rasanya kulit Pangeran yang bersentuhan dengannya makin dingin saja. Keringat mulai membanjiri wajah dan pakaian yang dikenakan Pangeran.
"Kamu ingat siapa orangnya?"
Pangeran menggeleng.
"Mobil itu melaju dari arah Bandung-Jakarta, kamu ingat kemana atau dari mana kamu pergi?"
Tubuh Pangeran kian menggigil diatas bednya. Ini tidak baik. Gerakan-gerakan lemah tersebut perlahan berubah menjadi entakan-entakan disertai rintihan kesakitan. Lita bangkit dan kini menepuki pelan pipi subyeknya. Proses terapi harus dihentikan atau akan berakibat fatal.
"Pangeran... pangeran tolong sadar. Pangeran dengar saya, temukan jalan kembali... Pangeran!" Lita terus menepuki sisi wajah Pangeran berharap dapat membuat kesadaran subyeknya kembali
Tubuh Pangeran tersentak seolah baru saja jatuh dari ketinggian puluhan kilometer. Mata yang selalu menatap sayu tersebut kini terbelalak ngeri. Tatapannya kosong dan perlahan darah segar mengalir dari kedua hidung nya.
"Panti asuhan.... Kashhhi Bun....da" bibir Pangeran mengguman lirih sebelum kehilangan kesadarannya.
"Defibrilator!" Seru Lita yang langsung mengambil tindakan cepat menaiki bed. Menyatukan kedua tangan untuk kemudian menekan secara konstan dada Pangeran.