“Kenapa lu mau nemuin gua?” tanya Clairine dengan hati-hati. “Astaganaga … ini suasana sekarang tegang banget sih ….” monolog Clairine.
“Lu … kenapa ngelakuin itu?” tanya lelaki yang berada di depannya Clairine sekarang. Tangannya menelusuri kantong celananya yang terlihat menonjol karena ada suatu barang yang ia sudah pegang sekarang.
Cutter.
Tapi sebentar…
“Itu punya gua anjir … kok ada di si Erlond … Erlund … Erland?? Anjir ribet banget deh namanya.” monolog Clairine terheran-heran sampai-sampai kulit yang berada di tengah keningnya mengkerut dengan sempurna.
“Ini pasti punya lu kan?” tanya Erland dingin yang membuat atmosfer di sekeliling mereka tidak mengenakkan. Namun rasanya, itu tidak berefek sama sekali dengan Erland yang dengan santainya masih duduk sambil bertumpu kaki di salah satu kursi taman yang sudah agak usang. Sangat berbanding terbalik dengan Clairine yang sudah mengopek-ngopek kulit tebal di ujung jarinya.
“Iya ….” cicit Clairine pelan sembari ia sedikit-sedikit menengadahkan kepalanya ke arah dimana Erland sedang duduk sekarang. Cowo yang dipandangi Clairine itu malah memberikan sekilas senyum miringnya ke arah Clairine. Sebuah kerutan dalam di dahinya dan sipitnya mata Clairine adalah jawaban atas senyum miring yang dilemparkan Erland.
“Gak ada niatan untuk ngejawab pertanyaan gua tadi?” tanya Erland setelah beberapa detik suasana hening menyeliputi mereka.
“Maksudnya??”
“Kenapa lo ngelakuin itu?” tanya Erland dengan tegas. Tatapan tajam yang dia keluarkan dari mata hitam pekatnya mampu membuat Clairine semakin gugup. Mata Erland seakan bisa menghipnotis Clairine yang membuat ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
“Lu pasti terpesona sama ketampanan gua.” ujar Erland tepat sasaran. “Sialan nih manusia satu nyebelin banget … tapi emang bener sih.” kesal Clairine yang sayangnya hanya bisa dia ungkapkan di pikirannya sendiri. Salahin aja si Erland. Kenapa coba dia bisa ngeintimidasi Clairine dengan nada bicaranya yang dalam.
“Ya kan? Bener kan apa kata gua?” teror Erland memperteguhkan apa yang barusan ia bilang.
“Iya iya iya. Puas lu?” kata Clairine bersamaan dengan emosi yang dia pendam selama beberapa detik yang lalu.
“Ya udah sekarang jawab pertanyaan pertama gua.”
“Gua gak ngerti maksud lu apa.” jawab Clairine singkat. Ia tak berani menatap Erland karena ia takut kalau Erland akan tahu apa yang dia sembunyikan.
“Lu pasti tahu.”
“Enggak.”
“Lu pasti ta—“ Kriiinggg. Sebuah keajaiban telah terjadi karena ada penyelamat Clairine, yaitu bunyi bel sekolah yang terdengar sangat nyaring, bunyinya itu membuat senyum Clairine merekah karena dia jadi mempunyai alasan untuk segera pergi dari hadapan cowo dingin yang sekarang sedang berdecih karena ia tahu apa yang akan terjadi setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓house with no mirrors✓
Teen Fiction"Lo pasti ngelakuin itu kan?" "Ngelakuin a - apa mak- maksud lu?" "Self harm." _______________ Semua ini berawal dari Erland yang mengetahui bahwa Clairine melakukan self harm. _______________ "Mungkin gua bakal lebih percaya diri kalau gak ada cerm...