🖇*ೃ˚[27]༘ 🖇

149 17 28
                                    

"Tapi kenapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi kenapa ..?" lirih Ginny pelan sambil memandang Clairine dengan sepasang mata yang sudah menumpahkan kesedihannya lewat cairan bening yang sudah mengalir deras di pipi Ginny. Sekarang, sudah tidak usah ditanyakan lagi bagaimana perasaan Clairine, dia tentunya merasa gagal? Iya. Sepertinya, gadis gembul itu merasa bahwa dia gagal untuk menjadi sahabat bagi Ginny.

"Lu pasti tahu lah kenapa." balas Clairine pelan sambil tersenyum simpul. Kerutan di kening Ginny pun terbentuk, untungnya ia bisa mengetahui jawaban yang tepat pada akhirnya.

"Lu insecure?" tanyanya pelan, takut-takut kalau dia malah membuat sahabat gembulnya itu makin tidak nyaman. Karena sudah terlalu malu dan karena memang itulah jawabannya, Clairine pun mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan Ginny.

"Lo itu cantik, Clair. Please jangan dengerin kata-kata orang lain ya?" ucap Ginny. Clairine tahu kalau Ginny mengatakannya dengan sangat tulus dan lembut. Namun, ia tidak bisa memungkiri salah satu fakta, yaitu

"Tapi ini semua berasal dari diri gua sendiri, Gin. Gua udah gak bisa lagi berhentiin suara-suara yang ada di pikiran gua ini. Mereka selalu menghantui gua dan akan menyerang gua kalau kondisi mental gua lagi lemah." jelas Clairine dengan putus asa. Semua pikiran-pikiran negatif ini memang dari dalam dirinya sendiri, Clairine sadar sebetulnya. Namun, rasanya mustahil untuknya bisa menghapus semua itu karena dia merasa bahwa itu sudah berakar dalam dirinya.

"Please Clair, hiks hiks jangan lakuin itu lagi. Oke? Gu—gua gak bisa bayangin betapa sakitnya hati lu sampai lu ngelukain diri lu sendiri. Oke? Please Clair. Setidaknya jangan lakuin ini demi gua, Clair. Gua mohon sama lu." siapa coba yang tidak tersentuh hatinya jika seseorang mengatakan ini, ya kan?

Perkataan tulus sahabatnya itu pun masuk ke dalam hati Clairine dan seketika dia bertekad untuk berusaha keras agar tidak melakukan itu lagi. Ingat. Dia hanya akan berusaha keras, karena dia tak tahu apakah nanti dirinya akan sanggup untuk melawan mereka yang ada di dalam pikiran Clairine tanpa melakukan itu.

"Gin gu—gua gak bisa janji. Gua hanya bisa berusaha oke? Gu—gua akan mencoba untuk selalu inget momen berharga ini kalau gua mau ngelakuin itu lagi. Karena untuk sekarang, hanya itu yang bisa gua lakuin. Oke?" senyuman Ginny pun terbit kembali dan sebagai jawaban, dia pun mengangguk pelan dan meraih tangan Clairine, menggenggamnya erat sambil berkata

"Oke. Mulai sekarang, please ... kalau ada apa-apa ngobrol ke gua." perintah Ginny masih dengan senyumannya yang tulus. Tentunya, ini membuat Clairine merasa sedikit lebih tenang karena dia juga tidak kuat jika harus melihat sahabatnya menangis karena ulahnya sendiri.

"Gua bakal coba, jawabnya pelan, oh ya, gua langsung mau pulang ya. See you." ucap Clairine sambil menghapus jejak air mata yang ada di pipinya. Begitu juga dengan Ginny.

Clairine pun keluar dari kelasnya dan pergi ke toilet sebentar, membasuh mukanya, dan melatih dirinya untuk tersenyum. Barulah, dia masuk ke mobil dan menyapa mamanya yang untungnya tidak curiga atas apa yang barusan terjadi. Karena...

✓house with no mirrors✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang