🖇*ೃ˚[24]༘ 🖇

121 22 38
                                    

Disinilah mereka sekarang…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disinilah mereka sekarang…

Di rumah Erland dan Zeline bareng sama sahabat-sahabatnya Erland. Clairine merasa bahwa dia sendirilah tamu yang tak diundang. Tapi, perlakukan mereka semua ke Clairine berbanding terbalik dengan apa yang dia pikirkan. Karena saat mereka semua sedang membahas sebuah topik, pasti mereka akan menanyakan pendapat Clairine dan benar-benar mendengarkan pendapatnya.

“Astaga ternyata lu seru banget diajak ngomong ya, dek.” ujar Zeline dengan senyumnya yang mengembang, walaupun di satu sisi dalam lubuk hatinya dia meringis karena gadis gembul itu mengingatkan dia akan Gabriella. Batinnya mengatakan bahwa ia sekarang juga harus menjaga Clairine sebagai adiknya sama seperti saat dia menjaga adik perempuannya dulu.

“Dek?” cicit Clairine agak terkejut karena Zeline yang rasanya sudah ‘mengklaim’ dirinya sebagai adik dari gadis cantik itu. Ya, kalau dari sisi Clairine sih dia sama sekali gak keberatan karena Zeline sangat bisa dikategorikan sisterable banget deh.

“Iya. Gak apa-apa kan? Lu kan emang juga lebih muda dari gua.” walaupun Zeline memandang Clairine sebagai adiknya, dia tetap mau mempertahankan atmosfer yang santai diantara mereka.

“Udah jadi kakak adek aja kalian. Mudah-mudahan langgeng ya.” celetuk Fernando yang ternyata sudah kembali dari toilet setelah menyelesaikan panggilan alamnya.

“Heh dikira lo orang pacaran atau nikah apa.” balas Clairine kesel.

“Eh … kan hubungan kakak adek juga bisa gak langgeng. Gimana sih lu.” jawab Felix ngegas. Ya walaupun terkadang kakanya—Fernando—sering bikin dia kesel, dia tetep sayang kok sama abangnya itu.

“Iya deh iya….” pasrah Clairine sambil ngangguk-ngangguk ke tuan raja Felix.

“Udah udah.” pungkas Erland sebelum terjadi keributan yang akan menuai protes dari tetangga.

“Iya iya.” jawab mereka berdua sambil memandang Erland jengah. Padahal mereka yang salah, tapi malah si Erland yang dapet tatapan gitu.

Setelah perdebatan yang unfaedah itu, mereka semua sekarang memutuskan untuk nonton film yang ditentukan oleh pihak cowo. Karena sialnya, Erland menang main gunting, batu, kertas saat bermain bersama kakaknya.

Genre-nya yang action aja udeh.” cetus Josef saat jarinya sudah menunjuk ke salah satu film yang berhasil mencuri perhatiannya.

“Horor aja udeh.” celetuk Felix sambil mengenyir lebar karena sepertinya hanya dia seorang yang berani nonton horor, walaupun dia yang paling kekanak-kanakan dari yang lain.

✓house with no mirrors✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang