Dengan hati yang sangat pasrah, gadis gembul itu dengan pelan duduk kembali di tempat duduknya tadi. Kejadian di mana Clairine berhasil menarik perhatian cowo cuek itu mengundang ketiga sahabat cowo tersebut untuk mempertanyakan apa gerangan yang membuat seorang Erland Gian bisa mengeluarkan sepatah kata kepada mahluk yang bernama perempuan.
"Anjir banget kok dia nahan gua sih? Seinget gua gua kagak pernah berurusan sama dia. Gua aja gak tahu nama dia siapa." monolog Clairine.
"Bro gua gak salah denger nih?
Lo baru aja nyuruh cewe untuk tetep diem di tempatnya? Jangan bilang lo suka sama si gentong ini?!" jerit Josef Antonio tertahan di telinga salah satu sahabatnya, Erland Gian."Emang kenapa? Cemburu lo?" jawab Erland singkat. Seraya ia menyisip es teh manis yang ada di depannya dan bibirnya mengukir sebuah senyum miring di gelas kaca yang sedang bertubrukan dengan bibir merah miliknya.
"Kagak lah anjir. Bego lu ya. Gak mungkin gua bakal suka sama si gentong. Ngelihatnya aja bikin mata gua sakit." desis Josef sembari ia melihat Clairine yang tengah menunduk dengan mata yang sedikit terutup. Josef tak kuasa untuk menahan kepalanya yang menggeleng-geleng ke samping kiri dan kanan. Gumamnya, "Dia makan apa aja dah supaya bisa segendut itu? Ckckckck."
Coba tebak apa yang terjadi kepada Josef dalam hitungan 1 detik?
Yang pasti itu sesuatu yang sama sekali tidak Josef pikirkan.
"Jaga bicara lu ya. Dia juga manusia yang punya perasaan." tegas Erland. Tangan kekar miliknya sudah meremas kuat kerah dari seragam milik Josef. Alhasil, rasa takut dan gugup melingkupi hati Josef saat ia memandang tatapan marah dan kecewa yang terpancar dari mata hitam pekat milik Erland.
"I— iya. Ma— maap." jawab Josef terengah-engah. Kejadian barusan tadi akhirnya menarik atensi seluruh penjuru murid yang ada di kantin, tak terkecuali dengan Clairine. Sejujurnya, ia mendengar semua percakapan mereka, tapi ia terlalu takut untuk sekedar menyuruh Erland berhenti. Keberadaan Erland didekatnya saja sudah membuat dia terintimidasi.
Untunglah dalam beberapa detik, Erland bisa mengendalikan emosinya dan dia pelan-pelan namun pasti menurunkan tangannya dan membiarkan Josef mengambil nafas banyak-banyak karena jantungnya yang tadi sempat memompa dengan sangat cepat.
Saat Erland kembali duduk, murid-murid di kantin pun langsung menundukkan kepala dan berpura-pura untuk tak peduli dengan apa yang barusan terjadi. Suasana di sana sangat tegang dan rasanya bahkan air menetes pun bisa terdengar ke seluruh penjuru kantin sangking heningnya.
Clairine tak suka suasana ini.
Sangat.
Rasanya saat ini suara-suara teriakan itu menguasai seluruh isi otaknya dan mengambil semua saraf-saraf otaknya yang bekerja dengan baik. Di pikirannya, semua orang tengah memandang ke arah tubuh yang ia sangat benci itu dan menertawakannya, layaknya ia seorang badut yang selalu tersenyum di keadaan apa pun. Walaupun, hatinya sudah diremas dengan sangat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓house with no mirrors✓
Teen Fiction"Lo pasti ngelakuin itu kan?" "Ngelakuin a - apa mak- maksud lu?" "Self harm." _______________ Semua ini berawal dari Erland yang mengetahui bahwa Clairine melakukan self harm. _______________ "Mungkin gua bakal lebih percaya diri kalau gak ada cerm...