"Hahahaha ... lo kayanya emang pantes sih dapet itu, Clair. Lihat aja nih diri lu sekarang. Apa lu gak malu punya badan kek gini, hah? Yang Alena lakuin tuh untuk nyadarin lu tahu gak? Dasar babi." kata-kata yang tajam nan menyakitkan itu Clairine katakan kepada kirinya sendiri, sambil ia melihat bayangan dirinya di cermin toilet sekolah.
Kondisinya sekarang memang persis dengan apa yang tadi dia katakan.
Menyedihkan.
"ARRRGHH!" tangannya sudah mau membuat cermin di depannya rusak. Tapi kok anehnya... bukan cermin yang berkontak langsung dengan tangannya sekarang. Namun, sebuah tangan kekar menghalangi tangannya untuk berkontak dengan cermin yang sudah retak itu. Darah segar pun mengalir deras dari cermin itu, tapi bukan darah Clairine. Bukan dia yang merasakan kesakitan itu.
"Felix ... kok lu disini?" tanya Clairine kaget dan malu, pastinya, "ASTAGA! Lu berdarah banget! Ayo ke UKS! Cepet."
"Clair ... lo kok kayak begitu? Lu kenapa?"
"Nanti aja kita lanjutin oke? Lu diobatin dulu. Lu sakit karena gua. Astaga ... lu kenapa ngehalangin tangan gua, huh? Kan, jadinya lu yang sakit." racaunya sambil mereka berjalan cepat ke UKS. Tenang... bajunya Clairine tadi gak sampe robek kok. Jadi dia masih 'aman' kalo dilihat. Tapi tetap terlihat menyedihkan sih.
"Malah karena itu gua ngehalangin lo, Clair," jawabnya pelan sambil memamndang Clairine sendu, "karena gua tahu itu sakit."
DEG
"Alasan gua ngelakuin ini emang untuk nerima rasa sakit itu, Felix." jawab Clairine sambil tersenyum simpul. Felix pun merespon senyuman itu dengan keningnya yang mengkerut dalam. Dia bingung kenapa seorang manusia bisa menyakiti dirinya sendiri? Untuk apa mereka melakukannya? Itulah beberapa pertanyaan yang ada di kepalanya Felix.
Karena Clairine langsung menyeret Felix untuk lansung ke UKS, dia pun tak sadar bahwa sepanjang mereka berjalan... cowo itu hanya berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang melayang di otaknya itu. Bahkan sampai mereka ke UKS juga, si Felix tak sadar.
"Udah nih obat-obatnya gua ambilin. Maaf ya karena lu sakit karena gua. Lain kali, lu gak usah lagi ngelakuin itu." ungkap Clairine yang berusaha untuk membuat nada bicaranya dingin agar ia tak perlu untuk mengungkapkan sisi lainnya ke cowo yang ada di depannya ini. Sekarang, barulah si Felix tersadar.
"Lo yang obatin lah. Kan elu yang ngebut gua kek gini? Ya kan ...." ucapnya sambil tersenyum jahil, tangannya pun sudah dia arahkan Clairine, menunggu agar gadis gembul itu mengobatinya. "Astaga ... kan satu tangan lu gak sakit. Tapi emang gua sih yang ngebuat dia jadi sakit." monolog Clairine yang akhirnya membuat keputusan untuk mengobati Felix.
"Nah gitu dong elah. Lu juga gak ngeluarin tenaga kan untuk ngobatin gua?"
"Ngerasain tekanan batin tapi dasar Felix!" jerit Clairine, tentunya dalam hati. Sebetulnya mah Felix tahu isi hatinya karena Clairine kali ini tak berniat untuk menyembunyikan ekspresinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓house with no mirrors✓
Teen Fiction"Lo pasti ngelakuin itu kan?" "Ngelakuin a - apa mak- maksud lu?" "Self harm." _______________ Semua ini berawal dari Erland yang mengetahui bahwa Clairine melakukan self harm. _______________ "Mungkin gua bakal lebih percaya diri kalau gak ada cerm...