🖇*ೃ˚[18]༘ 🖇

182 19 36
                                    

“Lu baik-baik aja kan?” tanya Erland khawatir setelah ia melihat bagaimana Alena menindasnya dengan menjelek-jelekkan keluarga Clairine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lu baik-baik aja kan?” tanya Erland khawatir setelah ia melihat bagaimana Alena menindasnya dengan menjelek-jelekkan keluarga Clairine. Semua orang pasti akan melakukan tindakan yang sama dengan Clairine jika keluarga mereka yang dihina, bahkan Erland pun akan begitu, malah mungkin lebih parah. Namun, alasan dia menahan Clairine itu agar Alena tak mendapatkan apa yang dia mau, karena Alena akan makin bahagia jika lawannya terkalut dengan emosi mereka yang sudah ia pancing, persis seperti Clairine tadi.

“Gak. Gua lagi gak baik-baik saja, Erland.” ucapnya pelan karena mereka masih berada di tengah-tengah kerumunan murid itu. Semua orang di sana melihat kedekatan mereka dengan tatapan yang berbeda-beda. Itu pun berhasil membuat Clairine agak terintimidasi, apalagi ia baru saja ngelakuin itu di toilet tadi.

“Ikut gua.” ucapnya lembut sambil menarik bahu kirinya Clairine, membuat dia meringis sedikit yang sayangnya disadari oleh Erland. Jujur, ia bingung. Namun sedetik kemudian dia rasanya langsung sadar dan menatap Clairine dengan tatapan yang sendu.

“Kenapa dia natap gua kayak gitu? Masa iya sih dia tau gua baru ngelakuin itu? Kalau iya, dia tuh bukan manusia tapi peramal kali, gila.” pikir Clairine sebelum dia ditarik dengan lebih lembut lagi sama Erland, berjalan melewati semua orang yang masih berbaris karena ingin melihat apa yang Erland lakukan kepada gadis gendut yang sebelumnya tidak ter-notice sama sekali di sekolahnya.

.·:*¨༺ ༻¨*:·.

UKS.

Ya, mereka berdua sekarang lagi di UKS. Sialnya lagi, Erland memang benar-benar mengetahui apa yang barusan Clairine lakukan dan dia sendiri yang malah mengobatinya. Iya. Lengan atas Clairine itu lagi diobatin sama si Erland. Tentunya, dengan cara dipaksa pake banget.

“Gua aja yang ngobatin diri gua sendiri elah. Gua aja baru ketemu lo kemarin kenapa lo maksa banget deh?” racau Clairine yang sama sekali tak dipedulikan Erland. Dia tetap saja masih mengoles Betadine di sayatan-sayatan yang masih memerah itu. Bayangkan coba, lu ketemu cowo baru kemarin, terus dia udah ngobatin luka lu, di bagian yang bikin gak nyaman lagi.

“Woy ah elah lu jangan pura-pura budek deh.” sergah Clairine jengah. Dari tadi dia ngomong, si Erland masih diem-diem bae, mana dia juga harus nahan sakit pas lukanya kena Betadine. Ngeselin banget gak sih?

“Nih udah selesai. Jangan lakuin itu lagi. Gak tahan gua lihatnya.” ucapnya dingin dengan mukanya yang datar pula, membuat Clairine makin gak nyaman saat ia harus mendongak ketika melihat Erland, rasanya dia sedang dimarahi oleh ayahnya tau gak sih.

“Lu aja yang jangan peduliin gua Erland. Kan udah gua bilang tadi, kita baru ketemu kemarin. Sebelum itu, lu aja gak tahu siapa gua.” racaunya seraya ia menghela napasnya yang tertahan karena tadi Erland jujur aja, sempat membuat jantung Clairine tiba-tiba memompa 2 kali lebih cepat. Untuk menutupinya, dia langsung pergi melewati Erland yang masih membeku di tempat.

✓house with no mirrors✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang