🖇*ೃ˚[9]༘ 🖇

249 20 34
                                    

“Lu tadi kayaknya bicara sesuatu sama orang yang tadi di kasir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lu tadi kayaknya bicara sesuatu sama orang yang tadi di kasir. Agak serius kayaknya kalian bicara. Emang bicarain apa tadi kalian?” tanya Ginny penasaran karena sebetulnya dia sudah memperhatikan gelagat aneh Clairine sejak gadis gembul itu mengernyit karena apa yang ia lihat di kertas bon yang dia terima.

“Oh enggak … itu karena tadi salah ngitung karyawannya. Soalnya,tadi gua lihat ada promo beli satu gratis satu, tapi di bonnya malah dihitung jadi dua. Jadinya, gua koreksi deh. Eh dianya agak ngotot lalu gua langsung agak ngegas deh. Makanya dari tadi gua merengut tuh pas nunggu kopi.” jelas Clairine dengan sangat santainya. Ini semua karena kemampuan aktingnya yang cukup bagus. Tuh kan benar saja, Ginny tetap masih percaya dengan Clairine.

Jujur, gadis gembul itu agak merasa bersalah karena kebohongan-kebohongan kecil yang ia selalu lakukan kepada satu-satunya sahabat yang ia punya.

“Oh begitu … astaga … kirain gua apa seriusan. Lu tadi kayak agak marah dan serius gitu wajahnya. Gua aja tadi sempet takut ngelihat wajah lu pas tadi kita duduk di café.” balas Ginny sembari jari-jari lentiknya mengetik materi pembelajaran matematika tadi dari buku paket miliknya. Clairine terperangah akan kepekaan sahabatnya yang bisa terbilang tajam. “Berarti dari tadi dia gak main HP. Tapi perhatiin gua.” pikir Clairine yakin.

“Udah nih … bagian lu sekarang, yang chapter 4.” ucap Ginny yang sesudahnya langsung merebahkan tubuhnya di sofa yang berada di belakangnya. Sedangkan Clairine mengambil alih laptop miliknya dan mengambil buku paketnya yang sudah ia buka di chapter 4 tadi. Clairine membaca dan merangkum bagiannya.

Sedangkan Ginny sekarang mencoba untuk tidur. Mungkin ia lelah meladeni Josef yang terus menerus membacot dengan perasaan gak tahu malunya itu. Sayangnya, sebelum Ginny tidur untuk melepaskan penatnya, ada suara nyaring berasal dari HP yang berada tepat di samping kepalanya. “Aish sialan … siapa sih yang nelepon gua tengah hari gini? Kagak ada kerjaannya apa?” pikir Ginny kesal. Lagian, siapa sih yang gak kesel pas lagi mau tidur, terus diganggu.

“Halo.” ucap Ginny dingin setelah ia menekan tombol berwarna hijau yang terpampang di layar handphonenya.

“Hai sayang ….” jawab Josef di seberang sana dengan centil.

“Astaga … apa lagi yang harus gua hadepin ini?” monolog Ginny putus asa. Ginny saja sebetulnya tidur gegara si manusia lucknut satu ini. Tapi pas mau tidur malah diganggu lagi dengan manusia yang sama. Harus sesabar apa lagi Ginny, hah?

Bye.” tandas Ginny sesaat sebelum ia menekan tombol merah yang berada di tengah layar HP-nya. Ia bernafas lega karena ia bisa memutus sambungan telepon dengan sangat mudah. Canggihnya teknologi zaman sekarang. Pastinya, kelegaan yang ia rasakan hanya bertahan selama 5 detik. Karena setelahnya, benda berbentuk kontak itu kembali mengeluarkan suaranya dengan nyaring.

“Mau lu apa sih, aya?!” kesabarannya sudah diuji untuk ke dua kalinya dalam hari yang sama. Ginny sudah tidak mempunyai stok kesabarannya lagi.

✓house with no mirrors✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang