Yep, aku tiba-tiba berpikir mau hapus cerita ini karena alurnya sangat membosankan. Maafkan aku untuk itu. Aku paham, aku berusaha untuk jadi lebih baik kedepannya.
Be honest, cerita ini nggak aku susun dengan rapih dan pakai ide seadanya.
Walaupun ceritanya nggak jelek, tapi 'kurang' sempurna, aku mungkin nggak akan revisi karena mulai sibuk belajar. Tapi bisa aja kalau aku mau(?).
Huh, aku emang suka terburu-buru menuangkan ide cerita sampai berantakan begini jadinya. Seandainya aku bisa sabar sedikit aja, mungkin cerita ini akan jadi rapih.
Terimakasih banyak untuk pengertiannya.
Enjoy-!
°•°•°•°•°•°
[Name's POV]
Nging-
Suara berdenging itu membangunkanku. Kedua mata ini berat untuk terbuka, tapi suara bising membuatku penasaran untuk melihat apa yang terjadi. Perlahan aku menatap ke depan, melihat Gojo yang berdiri di depan Mahito. Timbul tanda tanya dalam kepala, aku tidak paham apa yang terjadi.
Yang aku ingat, hanya Hanni yang marah besar dan menancapkan pisau ke bahu kananku. Setelahnya, aku tidak dapat ingat. Kepalaku sakit sekali.
Tangan kiriku mencoba menyentuh bahu kanan. Ah, masih ada luka di sana. Entah kemana perginya pisau itu.
Serpihan reruntuhan beterbangan di depanku. Gojo berusaha untuk melawan Mahito dengan kekuatannya. Aku lihat itu.
Debu beterbangan menyapa pengelihatanku. Kedua mataku tak dapat melihat apa yang terjadi di depan sana. Tak tahu kemana perginya orang-orang. Di sini sepi, hanya ada aku, Gojo, dan Mahito.
Kedua kakiku berusaha keras untuk berdiri. Sembari memegangi bahu kanan, aku menyandarkan tubuh di dinding. Rumah Mahito yang bagus dan megah mulai hancur sedikit demi sedikit karena pertarungan yang terjadi.
Samar-samar, dari balik debu yang beterbangan, aku melihat seseorang. Seseorang yang sangat aku kenali walau aku tak melihat wajahnya dengan jelas. "Nanami!" Aku berteriak, mencoba berjalan ke arahnya.
Wajahnya muncul kepermukaan, kini aku dapat melihat wajah berahang tegas itu dengan jelas. Senyuman manis terulas di bibirnya, "aku mencarimu." Dengan perlahan ia berjalan ke arahku.
Kami berpelukan, aku menghirup aroma parfum menyegarkan itu dari tubuhnya. Telingaku dapat mendengar detak jantungnya yang tenang. "Aku merindukanmu!" Jeritku sambil menangis. Sumpah, aku sangat merindukan kehadirannya.
Ia menatap mataku dengan tatapan dalam, tangannya mengelus pelan pipi kiriku. "Aku mencintaimu... Aku benar-benar melakukannya. Tak bisakah kamu paham atas itu?" Ucapnya.
Aku mengernyit kecil, tangan ini meraih tangannya. "Aku juga mencintaimu. Kau juga tahu, kan?"
"Aku tahu." Tangannya berhenti mengelus pipi, "maaf, maaf karena selalu berpikir aku pantas untukmu." Ucapannya membuatku kebingungan.
"Maksudmu?"
Ia menunjuk kakinya yang terluka, "aku pikir ini tak dapat sembuh seperti semula. Aku cacat."
Kedua mataku mengeluarkan cairannya lebih deras. Nanami menatapku dengan perasaan malu, aku tahu karena aku dapat melihat ekspresi wajahnya. "Kamu cacat pun tetap sempurna untukku. Aku tak peduli siapa kamu, bagaimana rupamu. Aku mencintaimu bukan karena menganggapmu sempurna. Aku menganggapmu nyata. Kamu ada di sini, ada untukku. Karena kamu ada, aku mencintaimu, Nanami." Aku kembali memeluk tubuhnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETS | Nanami Kento
FanfictionNozomi (Name), seorang gadis yang dihantui kutukan. Bertemu dengan Nanami Kento seakan bertemu super hero untuknya. Namun, bagi Nanami bertemu dengan (Name) adalah sebuah bencana. Mengapa? karena (Name) adalah seorang gadis yang banyak bicara. Sanga...
