꯴᩠ꦽꦼ25. Potongan Akhirꪆᰰ

6K 594 194
                                        

"Will you love me when my heartbeat stops?
When my heartbeat stops, will you stay mine?"

«Hailee Steinfeld - Afterlife»

(Name) memandangi pemandangan kota Paris dari bianglala besar yang ia naiki bersama sang Ayah. Kedua bola mata cokelat tua terlihat berbinar takjub melihat pemandangan kota dari atas sana. Tak henti-henti mulutnya berucap kata pujian yang tertuju pada Kota Paris.

Bianglala merah itu mencapai puncaknya, membuat si gadis sedikit gemetar melihat ke bawah. Ia mengambil posisi duduk tegak, tak seperti tadi yang menatap kanan-kiri seperti anak kecil. "Takut," Ucapnya menatap Yuuta.

Pria itu tertawa pelan dan mengacak rambut putrinya, "ada Ayah."

Mendengar ucapan itu, hatinya merasa sedikit senang. Raut ketakutan berganti dengan senyuman lebar yang cantik, (Name) kembali memandangi kota dari atas sana.

Beberapa menit telah berlalu, wahana yang mereka naiki telah mencapai batas waktu. Ayah dan anak itu turun dari bianglala dan memandang sekitar--memikirkan wahana apa lagi yang akan mereka mainkan--.

Manik cokelat tua menangkap seorang pria berkostum badut yang memegang banyak balon warna-warni di tangannya. "Ayo kita beli!" (Name) berjalan sambil melompat-lompat kecil ke arah si badut. Yuuta yang belum mengatakan apapun hanya bisa menggeleng pasrah melihat kelakuan (Name) yang seperti anak kecil.

Kedua kakinya berhenti tepat di dekat si pria berkostum badut. Gadis itu tersenyum lebar sembari memiringkan kepalanya, "berapa satu balon?"

Pria berkostum badut berkedip beberapa kali sebelum memberikan dua buah balon berwarna merah jambu berbentuk hati. "Untuk gadis cantik, gratis."

Ucapan si badut membuat kedua pipi gadis cantik itu memerah. Tangannya merogoh saku untuk mengeluarkan sebuah permen. "Untukmu," Ujarnya sembari memberikan permen rasa buah kesukaannya pada si pria. Sebelum pergi ia tersenyum lagi dan berterimakasih.

Badut itu memandangi sebungkus permen di tangannya dan tersenyum kecil saat melihat sebuah tulisan di bungkus permen itu.

'Permen enak, untuk orang hebat.'

Dengan dua buah balon di tangannya, (Name) kembali berjalan menuju sang Ayah yang tengah berdiri di dekat penjual es krim dengan dua buah es krim vanila di tangannya. Bersemangat, gadis itu kembali berlari kecil menuju Yuuta.

"Wah! Aku mau balon itu!" Seorang gadis kecil menunjuk balon milik (Name). Seorang pria yang menggendongnya berkata jika mereka bisa membeli balon yang baru nanti. "Tidak! Mau itu!" Rengek si gadis kecil memberontak.

(Name) memandang balon dalam genggamannya sekilas dan memberikan satu ke arah si gadis kecil. "Ini untukmu," Katanya dengan senyuman lebar. Pria yang menggendong anak itu berterimakasih padanya dan beranjak pergi.

Mirip Nanami saat menggendong Ayako sewaktu datang ke toko bungaku.

Ia menggeleng pelan untuk mengacaukan lamunannya. Saat ia ingin menengok ke arah Yuuta, matanya menangkap sosok yang dikenal. Entah kenapa, di balik penjual layangan (Name) seperti melihat tubuh kekar yang diselimuti kemeja biru laut.

Pakaian yang sangat ia kenali. Lebih lebih lagi, pria yang memakai kemeja itu berambut blonde. Yang rambut blonde di Paris banyak, gumamnya kecewa.

Nafasnya berhembus pelan, (Name) berjalan lesu menuju sang Ayah. "Ini," Ucap Yuuta sembari menyodorkan es krim.

(Name) segera mengambil es krim kesukaannya dan menjilatnya. Pikirannya tak berhenti bergumul soal Nanami. Seakan pria itu hadir di sini, jantungnya berdegup kencang tak aman.

SECRETS | Nanami KentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang