꯴᩠ꦽꦼ04. Pelindungꪆᰰ

4.9K 1K 59
                                        

Tolong pencet bintang, ya?
Boleh? Terimakasih!

Jangan lupa kritik dan saran karena
aku butuh itu. Selamat membaca!

•°•°•°•°•°•

(Name) terbangun tiba-tiba. Matanya melihat jam di nakas yang menunjukkan kalau sekarang masih pukul 02:13. Gadis itu mengelap keringat yang ada di dahinya dan menatap kosong ke arah plafon, mencoba mengingat mimpi buruk yang lagi-lagi ia dapatkan.

Untuk sekian kalinya (Name) terbangun di tengah malam karena mimpi yang sama. Ia bermimpi tentang kakaknya, lagi dan lagi. Tidak tahu kenapa, walau telah mencoba ikhlas, rasa takut dan bersalah kembali menyelimuti hati kecilnya.

(Name) seakan hidup dipenjara ruang waktu. Kedua kakinya bagai tak dapat melangkah ke depan untuk melupakan semua yang terjadi di masa lalu. Ia terjebak dengan semua mimpi buruk juga pikiran negatifnya.

Dan lagi-lagi, air mata mulai mengalir dari mata indahnya. Gadis itu menggigit ibu jari agar suara tangisnya tak meledak. Air mata terus mengalir, gigitan di ibu jarinya semakin kencang.

"Kakak... Tidak bisakah kau membiarkanku hidup dengan tenang?" (Name) mengusap air matanya dan mengambil posisi duduk. Tangan kanannya meraih kompas untuk melihat foto terakhirnya bersama Rami, "aku tidak akan melupakanmu. Biarkan aku hidup tenang."

(Name) menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.

Tak terasa hari sudah pagi, (Name) terbangun dan menyadari kalau ia tertidur dengan posisi semalam. Gadis itu melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 08:12. Seharusnya (Name) membuka toko, tapi hari ini ia memilih untuk meliburkan diri. Ia berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah penampilannya rapih, (Name) memasukkan kompas itu ke dalam saku jaketnya. Hari ini, ia berniat mengunjungi psikiater untuk berkonsultasi mengenai kesehatan mentalnya.

Hanni bilang jika ia tidak dapat menemani (Name) karena pekerjaannya. (Name) memaklumi dan tidak mempersalahkan itu. Kakinya melangkah berjalan menuju stasiun yang letaknya tidak jauh dari apartemen.

Bising yang ada di kereta tidak mengganggu lamunan (Name), gadis itu melihat ibu jarinya yang terbalut perban. Gigitannya semalam ternyata begitu kuat sampai melukai ibu jari cantiknya yang bulat.

Sakit.

***

(Name) memperhatikan kantung obat yang dokter berikan. Katanya, (Name) hanya kelelahan dan kurang istirahat. Jadi dokter memberikan lima pil penenang agar gadis itu bisa beristirahat tanpa merasa panik di tengah malam.

Saat sedang menatap kedua kakinya sembari berjalan, ada seseorang yang menyamakan langkahnya di sebelah (Name). Gadis itu mendongak, melihat siapa yang berjalan di sebelahnya. "Tidak masalah, Nona?"

Dengan ramah (Name) tersenyum, "habis darimana?"

Gojo mengangkat paper bag berisi makanan, "untuk murid-murid."

Alisnya mengernyit, "murid?" Tanya (Name) bingung. Ia sama sekali tidak tahu kalau Gojo adalah seorang guru.

"Yuuji, Nobara, dan Megumi," Jawab Gojo. Rambut peraknya yang mengembang tertiup angin pelan, membuatnya terlihat seperti permen kapas lucu di mata (Name).

SECRETS | Nanami KentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang