꯴᩠ꦽꦼ21. Wanita Putus Asaꪆᰰ

3.3K 559 36
                                        

Hai! Hai!

Jangan lupa bintangnya.
Nanti aku kasih bulan-!

(*≧∀≦*)

•°•°•°•°•°•

Prang!

Mahito membanting patung-patung kaca yang berada di ruang tamunya. Dengan frustasi ia merobek sofa, juga mengeluarkan kapas-kapas di dalamnya. "Bagaimana bisa Pendeta itu gagal datang?!" Teriaknya kesal.

Tak ada satupun yang berani menjawab pertanyaan itu. Semuanya menunduk, sebagian dari mereka menggeleng tak tahu menahu. Mahito membanting tubuhnya ke atas sofa sembari mengendurkan dasinya.

Tadi, setelah makan malam seorang pelayan berkata kalau pendeta yang akan menikahkannya dengan (Name) mengalami kecelakaan yang membuatnya berhalangan datang. Mendengar itu, Mahito seperti orang kesetanan. Ia marah dan membanting semua benda yang berada di dekatnya.

Para pelayan tak dapat berbuat banyak melihat kelakuan tuan mereka. Mahito memang begini jika sedang diliputi amarah.

Dari dapur, Hanni tersenyum kecil. Ia berhasil membuat Pendeta tak datang malam ini.

Mengendap-endap Hanni keluar dari mansion besar milik Mahito. Gadis itu menuju telepon umum dan mengetik nomor di sana. Saat telepon terhubung, ia menyapa, "halo, Pendeta?" Kedua matanya menyapu daerah sekitar, memastikan tak ada orang yang berada di sekitarnya. "Pernikahan diundur. Jika ada orang yang memintamu untuk datang, mereka adalah penipu yang akan membunuhmu. Berikan saja alasan kalau kau kecelakaan."

Dari seberang sana Pendeta menjawab ucapan Hanni dan menurutinya. "Aku akan membayarmu sebagai permintaan maaf. Tapi tolong, jika ada yang memintamu untuk datang, tolak saja."

Dengan riang kedua kakinya berjalan menuju kamar (Name) yang berada di ujung lorong lantai 3. "(Name)!" Sapa Hanni setelah mengunci pintu.

Gadis yang sedang melamun di depan jendela itu menengok lemas. "Apa?" Balasnya.

"Aku telah meminta Pendeta untuk tidak datang. Kau tidak akan menikah dengan Mahito! Apa kau senang?" Hanni memegang kedua bahu sahabatnya dari belakang.

Senyuman lebar muncul di wajah suram itu, "benarkah? Terimakasih, Hanni!" (Name) memeluk tubuh Hanni yang sedikit lebih tinggi darinya.

Mereka berdua melepaskan pelukannya dan menatap keluar jendela, dimana matahari terbenam dapat terlihat dari sana. Kedua gadis itu bersenda gurau, menghiraukan mayat-mayat gadis yang telah mematung di sekitar mereka.

Bagi mereka, Mahito lebih menyeramkan dari semua mayat yang ada di dunia ini. Dan karena Hanni telah berhasil menjalankan rencananya untuk menggagalkan pernikahan (Name), gadis bermanik cokelat tua itu tak perlu khawatir lagi untuk malam ini.

Kedua gadis itu saling bertukar tatap ketika mendengar suara teriakkan dari lantai di bawah mereka. "Proses pembuatan manekin," Ujar Hanni tanpa menunggu pertanyaan gadis di depannya.

"Apa yang akan mereka lakukan pada gadis-gadis itu?" Matanya memancarkan ketakutan dikala suara-suara teriakan dari bawah sana semakin keras.

Bahunya mengendik, "aku tak bekerja dibagian itu. Tapi, setahuku gadis-gadis itu akan dimandikan terlebih dahulu dengan pengawet. Lalu, mereka akan di rendam air lilin panas sampai tubuh mereka mengeras. Aku tak tahu lebih lanjut, hanya itu." Hanni menatap (Name) yang sedang menutup mulutnya seakan tak tega. Tangannya meraih jari-jemari (Name), "tenang. Kau akan baik-baik saja."

SECRETS | Nanami KentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang