꯴᩠ꦽꦼ19. Nyonya Tzukaꪆᰰ

3.6K 602 52
                                        

20 vote, next ya.

Persiapkan otak kalian untuk kembali berpikir tentang konflik di cerita ini.

°•°•°•°•°•°

Untuk ketiga kalinya pria itu berdecak kesal. Berkali-kali ia mengecek jam tangan yang melekat di pergelangan tangan kirinya. Sudah satu jam berlalu, namun orang yang ia tunggu tak kunjung tiba. Akhirnya ia berdiri, "kapan anakmu datang? Aku tak punya waktu banyak."

Wajah Tzuka menunjukkan ekspresi panik, "maaf. Bisa kita tunggu sebentar lagi?"

"Sebentar lagi apanya? Terpaksa kau yang menggantikan posisinya!" Bentak Mahito melempar gelas kaca di atas meja.

Matsuka menunduk gemetar dan bersembunyi di balik kimono ibunya. Gadis berusia 8 Tahun itu mengintip wajah Mahito yang merah padam akibat meredam emosi.

Mahito sendiri telah menunggu saat-saat ini tiga tahun lamanya. Namun, yang Tzuka janjikan tak kunjung tiba. "Kau tak berbeda dengan suamimu. Sesama pembohong!" Ujarnya menunjuk kening wanita berusia 49 Tahun itu dengan emosi.

Suasana hening seketika. Tak ada yang berani melawan Mahito jika ia sudah bicara dengan nada tinggi. Namun, suara langkah kaki dari luar ruangan menarik perhatian mereka.

Tak lama pintu kayu itu terbuka, "Ibu!" (Name) berlari memeluk tubuh Tzuka yang gemetar hebat. "Ibu, kenapa gemetar?" Kedua bola matanya menatap khawatir dan berbalik menatap orang asing yang berdiri di belakangnya.

Wajah merah padam penuh emosi itu seketika berubah menjadi wajah lemah lembut penuh senyuman. Ia menatap gadis terbalut kimono merah jambu yang berdiri di depannya, "Ibumu baik saja."

"Maaf, tapi kau siapa?" Matanya menyipit bingung.

Tangan itu terulur menggenggam tangan (Name), "Mahito."

Gadis itu ragu-ragu untuk memegang tangan di depannya. Perlahan tapi pasti, tangan mereka saling menggenggam. "Uhm... (Name)." Segera saja si manik cokelat tua menarik tangannya dan berbalik menatap sosok kecil yang bersembunyi di balik kimono Ibunya. "Hai Matsuka!" Sapanya penuh ceria.

Matsuka tersenyum lebar. Walaupun mereka jarang bertemu, namun (Name) telah mengenal adik-adiknya. Gadis kecil itu memeluk (Name), "kakak!"

"Ibu... Ambilkan air dulu." Tanpa menunggu jawaban, Tzuka berjalan keluar dari ruang tamu.

Kini di ruangan itu hanya ada Mahito, (Name), dan Matsuka. Mencoba menghiraukan Mahito, (Name) mengajak adik tirinya untuk duduk dan membicarakan banyak hal. "Bukankah stroberi buah kesukaanmu?" Tanya (Name) sembari membenarkan posisi jepit rambut Matsuka.

"Iya!" Gadis kecil itu tersenyum lebar, menampakan gigi kecilnya.

"Lalu, kenapa kamu tidak suka warna merah?" Alisnya terangkat menatap sosok kecil yang tengah memegangi pahanya.

Kepalanya tertunduk, "merah itu warna darah... Matsuka takut darah." Kedua bola mata bulat itu melirik Mahito.

(Name) melirik Mahito sekilas, "Matsuka memang pernah lihat darah?"

Genggaman pada kimono (Name) semakin keras, "setiap hari Ibu berdarah, Matsuka takut." Anak perempuan itu memeluk tubuh (Name).

"Huh?" Bingung (Name) saat mendengar omongan Matsuka. Ibu, berdarah kenapa?

Tiba-tiba Mahito tertawa kecil, "hahaha... Anak-anak. Kalau wanita memasak, jari memang suka teriris pisau. Benar, kan?" Tangannya mengambil gelas wine dari atas meja dan meneguknya beberapa kali.

SECRETS | Nanami KentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang