Suara air mancur yang menenangkan membuat seorang wanita memejamkan matanya tenang. Ia berusaha menikmati udara segar yang tak ia pernah ia rasakan di kota. Tiba-tiba ia merasakan tangan besar yang memeluk pinggangnya erat. "Menikmati, ya?" Tanya sang suami berbisik tepat di telinganya.
Wanita itu tersenyum manis dan mengelus tangan sang suami. Tangan besar itu mengelus sang jabang bayi yang tertanam dalam rahim istrinya. "Cepat lahir, sayang." Satu kecupan mendarat di punggung sang istri.
"Kira-kira anak kita mirip siapa, ya?" Tanya wanita itu memejamkan mata, membayangkan wajah bayi kecilnya.
"Kamu, saja. Kamu cantik." Pelukan di pinggang semakin erat. Mereka berdua merasakan kehangatan.
Tik!
Televisi dimatikan oleh seseorang. (Name) berbalik, melihat pria yang memasang wajah kesal dengan remote TV di tangannya. "Kenapa dimatikan? Aku, kan sedang menonton," Ujarnya mengernyit kesal.
"Apa yang kamu lihat? Acara televisi tak berguna," Cibir si pria tinggi sembari mendaratkan bokongnya di sofa, tepat di sebelah (Name).
Gadis itu menghela nafas kesal, "aku kena marah terus." Bibirnya mencabik gemas.
Nanami meraih tangan istrinya, mencium telapak tangan dan merebahkan kepala di atas paha empuk sang istri. "Bukan begitu, sayang." Tangannya mencubit pipi kenyal itu dengan gemas.
"Bukan begitu apanya? Jelas-jelas sejak kemarin kamu selalu larang aku menonton TV," Gerutu (Name) sembari melepas tangan Nanami dari pipinya. Gadis itu memasang wajah jutek dan tak mau menatap orang yang tengah merebah santai.
Pria berambut pirang itu terkekeh pelan, "sayang... Jangan marah." Tangan besarnya meraih kedua tangan sang istri dan mengecupnya bergantian. Ia mengambil posisi duduk, "kamu tahu kenapa aku larang kamu nonton TV?"
"Tidak," Balas (Name) tak menatap.
Meraih dagu istrinya, Nanami menatap dalam. "Aku ingin membicarakan sesuatu bersamamu."
(Name) menghela nafas, "apa?"
"Sudah berapa lama aku tak menyentuh istriku sayang? Hm?" Si pria merangkul pinggul (Name) dan merapatkan tubuh mereka.
Kedua bola mata cokelat itu berputar malas, (Name) berdiri. "Ah, aku tahu arah pembicaraan ini kemana. Aku sedang tidak mood, Nanami." Ia melepaskan tangan Nanami dan berjalan menuju dapur.
Tak menyerah, pria itu berjalan mengikuti istrinya dari belakang. "Sebentar... Saja. Kumohon." Ia memeluk erat (Name) dari belakang.
"Bukannya kemarin sudah?" (Name) menengok, namun karena wajah Nanami terlalu dekat, pipi mereka saling menempel.
"Kemarin, kan yang mencapai puncak cuma kamu. Aku belum, (Name)." Pria itu menaruh kepalanya di atas pundak kanan dan menggesek manja.
Aroma maskulin dari rambut Nanami menyapa indra penciuman (Name). Ia mengacak rambut halus Nanami, "kamu pakai tangan saja." Si gadis berusaha melepaskan pelukan sang suami, tapi tak berhasil karena terlalu erat.
"(Name), aku mohon." Suaranya terdengar menyedihkan dan memohon.
(Name) memejamkan mata sabar. Dirinya merasakan sesuatu yang mengganjal di bokongnya, "duh, baiklah-baiklah! Siang hari begini kamu minta bermain." Ia berbalik dan melingkarkan kedua tangan di leher Nanami.
Nanami tersenyum senang, "hehe, sayangku!" Ia langsung melahap bibir sang istri dengan ciuman dalam. Tangan besarnya meremas bokong kenyal yang selalu menjadi candunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRETS | Nanami Kento
FanfictionNozomi (Name), seorang gadis yang dihantui kutukan. Bertemu dengan Nanami Kento seakan bertemu super hero untuknya. Namun, bagi Nanami bertemu dengan (Name) adalah sebuah bencana. Mengapa? karena (Name) adalah seorang gadis yang banyak bicara. Sanga...
