Gedung itu berdiri tegak dengan indahnya, di dalam sana terdapat banyak orang yang memberi dan menimba ilmu. Sekolah, satu kata yang sudah sangat familiar di masyarakat. Tempat yang menjadikan siswa-siswi itu bukan hanya mendapatkan ilmu, namun juga mendapatkan teman-teman yang baik. Juga Guru yang sudah mereka anggap orang tua mereka sendiri di sekolah.
Sebab tengah istirahat, para siswa-siswi itu banyak yang memilih untuk mengisi perut mereka yang kosong, di salah satu tempat disini kanan, sekelompok remaja SMA itu sedang asyik membicarakan sesuatu. Cuaca yang kini cerah dan ramainya kantin menjadi ciri khas suasana sekolah.
"Ren, ayolah ikut aja. Di sana tuh nggak seburuk yang ada di otak lo itu." Remaja yang dipanggil 'Ren' lebih tepatnya bernama Rendi oleh temannya menghela napas malas mendengar perkataan yang berulang kali temannya katakan. Rendi salah satu siswa SMA kelas 3 yang berarti akan lulus sebentar lagi, sama dengan kedua temannya yang duduk di didepan dan satu di sampingnya ini, mereka berempat sudah menjadi teman sedari kelas 1 SMA.
"Mendaki gunung tuh bukan selera gue Chan, apalagi itu tempat yang jarang banget di jamah orang." Tolak nya mentah-mentah, Chandra tertawa mengejek. Rendi dari dulu memang susah jika di ajak untuk bepergian.
"Nggak keren lo Ren, apa lo mau mainan Barbie ya di rumah?." Rendi reflek menggeplak mulut Chandra yang berada di sampingnya, temannya ini memang asal ceplos. Sementara kedua temannya Diki dan Angga--duduk di depannya sedari tadi hanya menonton saja.
"Enak aja, ya udah Minggu gue ikut. Puas!." Katanya ketus lalu pergi dari sana, Rendi tidak marah. Ia pergi dari sana karena ada urusan.
Ketiga temannya tersenyum puas, akhirnya Rendi mau juga di ajak. "Nggak sia-sia kita bujuk Rendi dari kemarin." Kata Angga sembari melipat tangan di depan dadanya.
Hutan, satu kata yang menggambarkan tentang pohon-pohon yang tumbuh dengan sendirinya, yang di dalam hutan itu terdapat banyak aneka tumbuhan dan juga hewan. Entah itu tumbuhan bisa di konsumsi ataupun beracun, entah itu hewan jinak ataupun hewan buas. Intinya itu hutan di dalamnya sangat liar.
Membayangkan untuk hidup di dalam sana saja sudah bisa membuat bulu kuduk berdiri dan merinding membayangkan bagaimana jika kita tinggal di dalam sana. Mungkin sangat mustahil 'kan bagi orang hidup sendiri di dalam hutan sana, namun di dunia ini apa sih yang tidak bisa terjadi, tuhan bisa dalam segalanya.
Ya, seperti remaja satu ini. Ia tidak tahu apa pun apa yang ada di luar sana. Hidup di hutan sendirian, sungguh sungguh sedih tentang takdirnya yang harus hidup di dalam sana.
Ia kini sedang berjalan untuk mencari tumbuhan untuk bisa ia makan untuk hari ini. Tidak ada yang spesial dalam kehidupan sehari-harinya, monoton.
Mata bulat nya melihat kearah birunya langit dan terangnya matahari di atas sana. Ia tersenyum tipis, senyuman yang tidak pernah diketahui oleh orang.
Selalu ada keinginan akan menjelajahi dunia luar sana, namun ia terlalu takut untuk melangkah lebih jauh lagi. Dalam benaknya ia ingin menjelajahi luar sana, memiliki seorang teman dan keluarga yang sebelumnya ia tidak tahu apa itu.
.
.
.
Rendi dan teman-temannya sudah siap mendaki, dihari liburnya kali ini Rendi harus merelakan mengikuti keinginan teman-temannya. Dengan malas, Rendi melangkah gontai menuju mobil yang sudah di siapkan.
"Ren, semangat dikitlah. Belum tau aja, nanti pasti bakalan seru." Ujar Angga merangkul Rendi berjalan menuju mobil. Sang empu hanya mengangguk lemah, sungguh ia sangat tidak menyukai hal-hal seperti ini.
Setelah siap, mobil itu melaju dengan kecepatan sedang dengan Chandra yang menyetir. Di sebelahnya Diki dan yang berada di belakang Angga dan Rendi.
Cuaca cerah sesuai prediksi dan ramalan cuaca yang mereka cari tahu. Mereka menyiapkan semuanya sudah dari bulan lalu, semua sudah matang dan semoga saja berjalan lancar.
Semua bersorak gembira kecuali Rendi yang memilih untuk diam dan memandangi pemandangan di luar sana. Tidak habis pikir, bagaimana ke-3 temannya itu sangat semangat.
Sejam lebih mereka dalam perjalanan, sampailah mereka di tujuannya. Ke empat remaja dengan wajah rupawan itu mulai turun dari mobil dan bersiap-siap untuk mendaki, mereka membawa tas ransel yang begitu besar yang di dalamnya terdapat banyak perlengkapan dan keperluan.
"Jadi nanti kita jangan sampe kepisah di jalan, kalo ada yang capek bilang aja jangan di paksain. Pokoknya selalu bareng-bareng jangan ada yang ke pisah." Instruksi singkat dari Diki di simak dan diangguki oleh yang lainnya.
"Buat lo Ren, ini kan baru pertama kalinya. Kalo ada apa-apa langsung ngomong aja, semisal nggak kuat bilang." Peringat dari Chandra kepada Rendi, ia hanya takut sahabat nya ini kenapa-kenapa karena baru pertama kalinya.
"Iya, tenang aja. Gue inget kok." Setelah berucap itu, mereka segera memulai petualangan nya. Diperjalanan Rendi sedikit mengembangkan senyum tipisnya, ternyata mendaki tidak seburuk itu.
Sudah 4 jam mereka sudah lewati, sesekali mereka akan berhenti untuk mengecek kondisi, istirahat dan minum, mau bagaimana pun keselamatan tetap nomor 1. Mereka sebisa mungkin tetap menjaga kondisi mereka agar tetap berstamina.
Angga yang sedang duduk beserta yang lainnya mengecek ponselnya untuk mencari arah jalan, seketika matanya melotot saat ia sadar sesuatu. Sesuatu yang sangat buruk, ia tidak tahu bagaimana jika teman-teman yang lainnya tahu berita buruk ini.
Angga melirik satu persatu temannya yang tengah mengatur napasnya setelah perjalanan tadi. "Guys, gue punya berita buruk buat kalian." Akhirnya Angga memberanikan dirinya untuk memberitahu. Ketiga remaja itu seketika menengok ke arah Angga dengan raut penasaran.
"Gue nggak tau kalo ini bakal terjadi, gue minta maaf banget karena ini nggak ada di rencana kita. Kita salah arah. Lebih tepatnya tersesat." Sesalnya, sungguh ia tidak tahu kejadian ini akan terjadi. Padahal ia selalu melihat kompas untuk melihat arah yang benar.
Rendi lemas mendengar nya, inilah yang ia tidak sukai dan akhirnya terjadi juga. Seru dari mananya jika tersesat begini. Pemikiran tadi yang mengatakan mendaki tidak seburuk itu kembali menjadi pemikirannya semula.
Diki dan Chandra mengusak rambutnya kasar, mereka tidak bisa menyalahkan siapapun disini. "Udah Ang, ini bukan salah Lo. Sekarang kita cuma bisa nyari tau gimana kita bisa keluar nya dari sini." Ujar Diki, Angga mengangguk lemas. Mereka sudah berjalan jauh entah dimana, apalagi mereka tidak tahu arah.
Mereka melihat sekeliling, hanya ada pohon, hewan kecil dan bunyi serangga yang mereka lihat dan dengar. Mereka sama sekali tidak mengenali di mana mereka berada.
"Shit! Nggak ada sinyal!." Pekik Chandra frustasi, tentu tidak ada sinyal. Disini jauh dari kota dan sama sekali tidak ada listrik.
Rendi hanya diam saja meratapi nasibnya disini. Ia sudah membayangkan jika ia akan mati disini dengan dimakan binatang buas. Sungguh ia tidak mau mati konyol di dalam sini, ia hanya bisa berdoa semoga tuhan cepat-cepat memberi tahu jalan keluar nya.
"Kita jalan pelan-pelan, selalu bersama jangan sampe kepisah." Perintah Diki, ia memang paling tua diantara mereka, jadi jangan heran jika ia yang paling dewasa dan bisa diandalkan. Semua menurut saja dan mulai melanjutkannya perjalanan tanpa arah. Mereka hanya bisa berdoa semoga mereka selamat dan bisa kembali ke rumah.
Rendi berjalan hati-hati, ia berada di barisan paling belakang yang di depannya Chandra lalu Angga dan paling depan Diki. jalan yang licin dan juga menanjak membuat mereka susah untuk bergerak. Naasnya nasib baik tidak berpihak kepada Rendi, ia terpeleset batu yang licin--yang tidak sengaja ia injak dan terguling tanpa di ketahui oleh teman-temannya. Tidak ada yang menyadari hingga salah satu diantara mereka menyadari.
Chandra yang merasa kurang menengok kebelakang, dan benar saja Rendi tidak ada. "Stop! Stop! Rendi hilang!." Kedua temannya langsung berhenti dan kaget, menengok kanan-kiri untuk mencari Rendi dan benar saja, salah satu temannya itu hilang. Mengetahui Rendi hilang, mereka langsung terduduk lemas meratapi nasib, Rendi hilang. Jadi mereka harus bagaimana.
[]
Hai, maaf ya lama upnya. Maaf juga kalo ceritanya nggak seru, gaje banget ya ceritanya 😪😔
Disini aku nggak ngasih tau siapa yang jadi cast cerita nya, jadi terserah kalian mau bayangin siapa aja:)
Next?
Lampung,01062021
KAMU SEDANG MEMBACA
New World (END)✓Terbit
FanfictionDi sanalah dirinya hidup, di tengah hutan tanpa seorang yang menemaninya. Mungkin sangat mustahil, namun apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini?. Dirinya yang suka menatap bintang pada gelapnya malam hari yang bahkan tidak mengetahui nama dan...