24 (Revisi)√

1.9K 277 15
                                    

Mata bulat itu memperhatikan seorang wanita yang sedang membersihkan tubuhnya menggunakan handuk, bisa ia lihat Mita sangat telaten merawat dirinya.

Dava belum pernah seperti ini sebelumnya, dan saat mendapatkan perlakuan ini sungguh hatinya merasa sangat hangat dan nyaman, sungguh afeksi yang begitu berbeda.

"Bunda, kapan Dava boleh pulang?." Mita yang sedang mengelap kaki Dava menggunakan handuk tersenyum dan mengelus pipi anak itu pelan.

"Adek yang sabar ya, nanti kalo dokter udah bilang adek udah boleh pulang, pasti nanti pulang kok. Ini juga masih sakit 'kan." Katanya memberi pengertian dan mengusap perut Dava yang terluka dengan sangat lembut.

"Bunda, apa bunda selama ini kerepotan sama Dava?, Maafin Dava ya bunda." Mata anak itu masih memperhatikan apa yang dilakukan oleh Mita, sedangkan wanita itu mendekat kembali setelah meletakkan baskom berisi air serta handuk untuk membersihkan tubuh Dava dilantai.

"Emang bunda pernah bilang kayak gitu? Coba emang kapan bunda bilang kayak gitu." Mita menatap lekat remaja didepannya, Dava menggelengkan kepalanya pelan.

"Bunda nggak pernah bilang 'kan, jadi Dava jangan bilang gitu lagi ya. Bunda sedih dengernya, Dava nggak ngerepotin bunda kok. Dava tau nggak, pas bunda denger Dava masuk rumah sakit. Rasanya bunda mau pingsan pas itu, apalagi sampe denger Dava harus dioperasi sama butuh donor darah, bunda takut banget waktu itu."

Dava pun menatap lekat mata Mita, matanya sudah memerah mendengar jawaban Mita, mendengar apa yang Mita jelaskan membuat dirinya begitu tersentuh dan bahagia, Dava baru tahu beginilah rasanya disayang dan dirawat oleh seorang ibu. "Apa bunda sayang Dava?." Cicit anak itu, terus menatap Mita.

"Kalo itu bunda pasti pernah bilang, bunda tentu sayang kamu dek." Mita membawa Dava dalam pelukannya dengan hati-hati, matanya mendongak keatas saat air matanya akan turun. Mencium rambut anak itu untuk mencari kenyamanan, tidak bohong untuk Mita menyayangi Dava sepenuhnya.

"Bunda." Panggil Dava, Mita pun melepaskan pelukannya mereka untuk melihat Dava.

"Iya."

"Bunda, maafin Dava yang kemaren sempet nggak nurut sama bunda. Dava janji bakal nurut sama bunda besok-besok." Terang anak itu sungguh-sungguh, menunjukkan jari kelingkingnya agar Mita mengulurkan juga jari kelingkingnya, agar bisa ditautkan dan bukti jika dirinya akan menurut.

"Ini kak Rendi yang ngajarin, katanya tanda janji kayak gini." Jelas nya, memberi penjelasan agar Mita maksud artinya.

Mita bisa saja dibuat gemas dan tertawa akan kelakuan Dava ini, apalagi saat anak itu memanggil nya Bunda, sebuah kata yang bisa membuatnya hangat tiap kali mendengar nya.

Mita pun menautkan jati kelingkingnya, diselipkan diantara jari lembut dan mungil itu, Mita yakin bahwa jika Dava setahun kemudian akan bisa melebihi tinggi tubuhnya nanti. Seperti Rendi, wanita itu hanya sebahu saja jika berdekatan dengan anak sulungnya.

"Bunda jangan ketawa, 'kan Dava serius. Beneran deh Dava bakal nurut." Protes anak itu. Bagaimana bisa Mita tidak tertawa jika Dava selalu menggemaskan seperti ini. Dirinya seperti merawat balita berusia 4 tahun.

"Iya adek, bunda cuma gemes aja sama kamu." Katanya dengan mencubit pipi Dava karena tidak tahan akan tingkah anak itu, yang diperlakukan seperti itu hanya menyengir memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu serta kawat yang menempel.

Suasana hening beberapa saat, hingga Dava angkat bicara.

"Bunda?."

"Iya dek."

"Apa bunda mau, ceritain sedikit tentang kak Dani?." Mita terdiam, Dava yang melihat itu pun menjadi tidak enak, harusnya ia tidak menanyakan itu.

"Kalo bunda nggak mau cerita nggak papa kok, maafin Dava yang nanyain hal kayak gitu. Bunda pasti sedih ya." Mita menggelengkan kepalanya tidak setuju.

New World (END)✓TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang