10 (Revisi)√

4.2K 472 8
                                    

Tadi pagi, Dava sudah membaik namun siangnya anak itu muntah dan demamnya naik kembali. Langsung saja Mita yang kebetulan masih di rumah, yang tadi rencananya akan arisan pun mengurungkan niatnya, Mita memilih untuk memeriksakan Dava ke dokter. Sebenarnya bisa saja Mita memanggil dokter kemari untuk memeriksa Dava, namun ia memilih untuk langsung ke rumah sakit saja.

Kini mereka menuju rumah sakit untuk memeriksakan Dava. Anak itu berada di dekapan Mita dengan memakai Hoodie kebesaran milik Rendi. "Pusing." Lirihnya, Mita pun memijit kening nya untuk mengurangi rasa pening yang melanda dengan menyandarkan kepala Dava ke pundaknya. Dava pun tanpa sadar memeluk Mita dari samping, rasanya begitu nyaman dan hangat atas perlakuan Mita padanya.

Kendaraan beroda empat itu berhenti di gedung dengan ciri khas berwarna putih, tempat yang sebagian orang takut menginjakkan kakinya disana. "Dah sampe, kuat jalan kan?." Ujar Mita, Dava yang menyandar di pundak wanita yang kini ia panggil bunda pun itu mengerjapkan matanya melihat sekeliling. Tempat yang asing bagi Dava, ia menurut saja saat Mita menyuruhnya turun lalu menuntunnya untuk memasuki area rumah sakit.

Dahi anak itu mengernyit saat melihat orang-orang itu, aneh menurutnya. di tangan mereka ditempeli entah apa ia tidak tahu yang terhubung melalui selang lalu diatasnya ada sekantong berisi air.

Belum lagi orang-orang ditempeli dan lilit benda berwarna putih itu, ada juga yang memakai benda untuk membanru berjalan, juga ada yang duduk dikursi dengan roda besar dibelakang, dua roda kecil lainnya di depan, Dava tidak tahu itu apa.

Seketika ia menjadi takut akan di jadi seperti itu, ia menarik-narik sedikit baju Mita yang masih menuntunnya. "Dava kenapa, udah nggak kuat banget ya." Mita panik sendiri saat Dava menarik bajunya.

Dava menggelengkan kepalanya, rautnya menunjukkan ia ketakutan sekarang, apalagi saat orang-orang disekitar nya melirik kearahnya, ia jadi semakin takut.

"Takut, ayo pulang Bun. Dava takut." Cicitnya sambil terus menarik baju Mita, anak itu yang takut dilihat banyak orang menyembunyikan wajahnya di dekapan Mita sambil berucap ingin pulang saja.

Mita jadi tidak tahu harus bagaimana, di sisih lain ingin tertawa saat melihat kelakuan Dava, tapi ia juga tidak tega karena anak itu masih sakit. Jadilah ia tetap berjalan membawa Dava ke ruang dokter yang sebelumnya ke resepsionis terlebih dahulu, sementara anak itu terus menyembunyikan wajahnya. Orang yang ada disana pun menatap aneh Dava yang seperti itu, ada-ada saja batin mereka. Setelah mendaftar dan giliran dipanggil, Mita mengiring Dava kedalam ruang dokter.

"Nggak Bun, Dava mau pulang." Rengek anak itu saat sudah di hadapan dokter didepannya, dokter Rindy. Dava disuruh berbaring karena ingin diperiksa, tapi ia langsung menolak mentah-mentah dan ingin pulang saja. Dava takut akan seperti orang-orang yang tadinya dilihat.

"Dokternya cuma mau periksa Dava doang kok, nggak bakal nyakitin Dava. Dava mau sembuh kan? Mau pusing terus?." Bujuk Mita pelan-pelan, wanita itu dengan sabar dan memaklumi sikap Dava yang seperti ini. Mita sudah tahu tentang Dava, jadi ia bisa mengerti.

Kadang Mita berpikir bagaimana bisa Dava di dalam hutan sana sendirian, bagaimana anak itu bertahan hidup didalam sana, dan juga apa Dava merasa bahagia disana?. Kemungkinan besar Dava pasti mengalami kesulitan, Mita merasa sedih jika memikirkan itu.

Akhirnya pun Dava mau diperiksa, Mita tersenyum lega jadinya, anak itu memang sangat penurut walau ia bilang takut. "Apa yang Dava rasakan sekarang, pusing? Lemas?." Rindy memberi pertanyaan saat memeriksa, Dava hanya mengangguk pelan.

"Apa perutnya juga sakit?." Tanya nya lagi seraya sedikit menekan perut Dava. Anak polos itu menggeleng sebagai jawaban, Rindy tersenyum dan melanjutkan pemeriksaan nya.

New World (END)✓TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang