Pertemuan Rendi dengan remaja manis didepannya bisa membuat Rendi tidak terlalu khawatir, ia akan meminta bantuan remaja yang entah siapa namanya untuk membantu mencari jalan keluar dan mencari teman-teman nya yang terpisah. Rendi begitu bersyukur dengan dia yang tolong oleh remaja manis itu, ia mungkin saja sudah dimakan hewan buas jika saja tidak diselamatkan atau mungkin Rendi malah semakin tersesat didalam hutan.
Kini keduanya sedang duduk di depan gubuk itu, Rendi terkikik geli saat melihat remaja manis itu membelakkan matanya begitu terkesima saat melihat-lihat batang yang dibawanya. "Sepertinya benar kau sedari kecil memang disini ya, aku tidak tahu bagaimana bisa kau bisa bertahan hidup disini, tapi aku begitu kagum padamu yang bisa bertahan lama disini." Setelahnya Rendi meringis karena berbicara formal pada anak didepannya yang bahkan tidak tahu apa yang dikatakan.
Seperti angin yang berlalu begitu saja, remaja manis itu tidak mengindahkan perkataan Rendi, tangannya malah sibuk menyentuh dan memperhitungkan barang-barang milik Rendi, selain tidak mengerti apa yang dikatakan Rendi, ia juga tidak bisa membalas perkataan nya jadi ia putuskan untuk membungkam mulutnya.
"Aku bingung akan memanggil mu dengan sebutan apa, hmm bagaimana jika ku panggil kau Dava? Bagus kan?." Rendi tersenyum tipis setelahnya, tapi tetap saja, remaja manis itu masih berkutat dengan barang-barang Rendi.
"Nah sekarang kau panggil aku kak Rendi, karena aku tau kamu lebih muda dariku. Mungkin
Nah kamu akan ku panggil Dava, nama yang ku berikan padamu." Remaja manis itu, yang kini sudah mempunyai nama--pemberian dari Rendi memandang Rendi dengan polosnya. Rendi terkikik geli lagi dan menjelaskan dengan gerakan tangan bahwa ia bernama Rendi dan dirinya itu Dava."Ayo ikuti aku, D A V A, Dava." Rasanya seperti mengajari anak TK membaca, namun Rendi senang melakukan nya.
"A-ava?." Cicitan yang begitu kecil itu terdengar malu-malu, Rendi dengan antusias mengangguk semangat dan dengan sabar mengajari Dava berbicara.
"D A V A, pelan-pelan saja, jangan takut." Sungguh Rendi gemas sendiri saat ini, jika dilihat lihat lagi Dava ini imut hanya saja penampilannya yang menutupi keimutannya.
"D-dava? Dava!." Pekik nya senang saat sudah lancar mengatakan namanya sendiri. Dava tersenyum seperti anak kecil yang habis dibelikan es krim, jangan lupakan tangannya yang bertepuk senang seraya menunjuk dirinya sendiri bahwa ia bernama Dava.
.
.
.
Waktu berjalan dengan cepatnya, tidak terasa sudah empat hari Rendi dan teman-temannya terjebak dalam hutan. Teman-temannya masih berpisah dengan Rendi, yang ada dipikiran ke empat remaja itu sekarang orang tua mereka yang pasti sangat khawatir saat ini. Benar saja, sisi lain ibu Rendi yang bernama Mita itu terlihat mondar-mandir di depan pintu. Seharusnya sudah tadi pagi Rendi dan teman-temannya pulang, namun hingga siang belum terlihat batang hidungnya juga. Tidak ada kabar dari anaknya itu. Sebenarnya Mita sudah cemas dari pertama anaknya akan melakukan perjalanan mendaki bersama teman-temannya selama 4 hari itu.
"Yah, bunda takut terjadi apa-apa pada Rendi." Adu nya pada sang suami bernama Agus. Sang suami juga sama cemasnya, ia cari salah satu nomor telepon polisi yang merupakan adiknya sendiri untuk meminta bantuan.
"Ayah sudah menghubungi Dika untuk mencari tahu, bunda tenang aja pasti Rendi baik-baik, mungkin saat ini mereka masih dalam perjalanan." Katanya berusaha menenangkan perasaan khawatir istrinya, Mita mengangguk lesu. Ia tidak mau berliannya pergi lagi.
.
.
.
Rendi dan Dava sudah bersiap untuk mencari keberadaan teman-temannya. Sebenarnya sudah sedari kemarin, namun belum ada kemajuan dalam mencari temannya, namun kali ini Rendi memutuskan untuk mencari lebih jauh lagi, seraya membawa barang-barang miliknya bersama dengan anak yang dirinya baru jumpai beberapa hari lalu. Dava keluar dari bilik setelah berganti baju milik Rendi, sang pemilik tentu yang menyuruhnya untuk mengenakan baju tersebut. Dava terlihat sedikit begitu bersih saat ini, memperlihatkan kulit putih bersihnya dengan rambut gondrong miliknya. berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World (END)✓Terbit
FanfictionDi sanalah dirinya hidup, di tengah hutan tanpa seorang yang menemaninya. Mungkin sangat mustahil, namun apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini?. Dirinya yang suka menatap bintang pada gelapnya malam hari yang bahkan tidak mengetahui nama dan...