Diki celingukan mencari eksistensi Rendi yang diyakini belum jauh dari tempat ini. Dirinya harus memberitahu sekarang pada Rendi, dan tidak mau terus menundanya, karena Diki sudah tidak bisa mengelak lagi, Rendi sudah melihatnya tadi.
Akhirnya orang yang dia cari ketemu, Rendi tengah duduk di kursi taman tidak jauh darinya. Tanpa izin dari sang empu, Diki duduk disebelah sahabatnya.
"Ren, gue mau ngomong sama Lo." Rendi yang merasa ada orang lain di samping nya melirik kearah suara, namun segera mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Rendi masih memikirkan Dava saat ini.
"Gue mau minta maaf sama Lo, terserah Lo kalo mau nyebut gue sebagai penghianat, karena itu nyatanya." Dahi Rendi mengerut, namun seperti tahu akan apa yang dimaksud, dirinya berdiri dari duduknya dan menatap tajam Diki.
"Maksud Lo apa? Ngomong yang bener." Marah Rendi, inilah yang ditakuti Diki. Ia takut jika Rendi sudah marah seperti ini. Rendi jika sudah marah tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan sekalipun itu tekan dekatnya.
"Gue anak dari pelaku yang udah buat orang tua sama Dava kecelakaan itu Ren, alasan gue waktu itu nelpon Lo buat nolongin gue, tapi gue takut buat ngomong masalah itu ke lo. Gue minta maaf Ren." Terdengar decakan meremehkan dari Rendi setelah nya dengan tangan semakin menggenggam erat dengan rahang keras serta mata yang memerah.
"Udah basi tau nggak!! Nggak usah minta maaf, gue nggak butuh maaf Lo!!."
"Ren, soal Dava. Lo yakin kan kalo sebenarnya Dava nggak mungkin ngomong kayak gitu." Namun sepertinya perkataan Diki membuat Rendi bertambah marah saat ini.
"Nggak usah sebut anak nggak tau diri itu didepan gue." Katanya dengan nyalang.
"Ren, gue yakin Dava nggak maksud gitu." Rendi tersenyum miring mendengarnya.
"A*****! Udah gue bilang jangan ngomongin dia, tuli Lo!. Atau Lo ngomong gini karna Lo sekongkol sama dia kan, bullshit Dik." Rendi meninggalkan Diki disana sendiri.
"Ren." Diki memejamkan matanya, dirinya pantas mendapatkan benci dari Rendi setelah apa yang dirinya lakukan.
Rendi masih merasa sangat kecewa pada Dava, tidak tahu kah bahkan pamannya rela kehilangan nyawa demi mengungkapkan kebenaran yang ada, namun Dava malah menghancurkan begitu saja semua bukti yang ada.
Dava benar-benar tidak menghargai perjuangan orang demi Dava sendiri. Anak itu langsung lupa saat sudah mengetahui jati dirinya yang sebenarnya, memilih ikut dengan orang jahat yang jelas-jelas sudah membuang dirinya.
Namun Rendi sekarang sudah akan benar-benar tidak akan peduli lagi pada anak itu. Dava sudah menghancurkan kepercayaan yang dirinya berikan.
"Lo bilang terserah Lo kan. Oke gue nggak bakal ngelibatin diri gue buat nyelametin Lo. Gue kecewa sama Lo Dava." Batin Rendi, persaudaraan yang sudah mereka bangun hancur begitu saja.
."Dava udah turutin semua kemauan tante, jadi Dava mohon jangan libatin mereka ke masalah ini." Pandangan Dava melihat ke Maya dengan penuh permohonan.
"Buat itu tenang aja, tante nggak bakal ingkari janji." Maya ingin mengelus rambut Dava, segera saja anak itu menghindar. Tidak sudi jika tubuhnya disentuh oleh wanita jahat itu.
"Buktinya apa kalo omongan tante bisa Dava pegang." Wanita didepannya itu terkekeh pelan, lalu duduk dengan anggun nya di sofa.
"Fisik mirip, begitu juga pun dengan sifatnya. Ah rasanya seperti melihat duplikat dari Angga saat ini, sifat keras kepala ayahnya ternyata menurun padamu dengan baik." Dava geram mendengarnya, wanita ini memang banyak omong.
"Dava nggak suruh tante buat ceramah, tante hanya perlu jawab pernyataan Dava tadi."
Lagi-lagi Maya terkekeh akan kemarahan Dava. "Astaga, bahkan gaya bicaranya sama dengan Angga dulu saat kecil. Oke, jangan marah anak manis. Untuk mereka sendiri, Tante tidak akan melibatkan mereka karena apa? Karena mereka tidak ada sangkut pautnya dengan semua ini. Tapi ingat, jika mereka tetap saja melawan seperti polisi itu, jangan salahkan tante." Mendengarnya Dava menjadi marah, bukankah itu artinya sama saja dengan tante mau mencelakai keluarga nya, dan berarti Dika meninggal juga gara-gara tante nya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World (END)✓Terbit
FanfictionDi sanalah dirinya hidup, di tengah hutan tanpa seorang yang menemaninya. Mungkin sangat mustahil, namun apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini?. Dirinya yang suka menatap bintang pada gelapnya malam hari yang bahkan tidak mengetahui nama dan...