Dava menatap binar ke arah televisi yang tengah menayangkan sebuah acara pesta ulang tahun, mulutnya terbuka karena kagum melihat itu.
Apalagi saat orang yang katanya berulang tahun itu meniup lilinnya setelah semua orang disana menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Dava juga ingin juga seperti itu, dapat hadiah banyak, teman-temannya datang, lalu mendapat kue enak.
Karena itu, Dava menghampiri Rendi yang tengah berkutat dengan laptop didepannya. Ia tersenyum malu-malu, hal itu membuat Rendi bingung.
"Kak Rendi pernah ulang tahun." Tanyanya, Rendi mengalihkan perhatiannya dan mengangguk.
"Kakak, Dava ingin ulang tahun." Cicitnya pelan, menatap penuh harap ke Rendi.
"Eh?.".
"Dava mau kue, kayak yang di tv kak." Cicitnya lagi seraya malu-malu, jika sudah seperti ini, apa yang harus Rendi katakan pada Dava.
"Dava mau kayak gitu kak, rame banyak orang. Terus dapat hadiah." Katanya lagi, Dava tidak bisa membohongi dirinya sendiri yang menginginkan itu.
Sudah bisa ditebak jika Rendi tidak akan mungkin menolak permintaan Dava, walaupun dirinya sendiri cukup kaget tadi. "Adek yakin mau dirayain ulang tahunnya?."
Dava langsung mengangguk antusias dibuatnya.
"Boleh aja dek, tapi ngerayain ulang tahun harus nungguin tanggal kita lahir." Dava mengernyit tidak paham.
"Tanggal lahir? Maksudnya apa?."
"Hari dimana kita dilahirkan dek, misalnya nih kayak kakak 19 Januari, nah kita rayain ulang tahunnya tanggal 19 Januari juga." Jelas Rendi, sedangkan Dava ber-oh ria saja dan kembali berpikir untuk bertanya.
"Terus tanggal lahir Dava kapan?."
Deg!
Benar juga, Rendi lupa akan hal itu. Dirinya melirik Dava yang tengah menunggu jawaban darinya dengan tatapan polos."Aduh, gimana ya hmm... Itu..."
"Dava nggak punya ya?." Lirihnya, Rendi jadi gelagapan sendiri.
"Bukan gitu dek, aduh... BUNDAA!." Dan berakhirnya Rendi berteriak memanggil Mita untuk menyelamatkan nya sebelum Dava menangis.
"Apaan sih teriak-teriak, loh loh kok! adek kenapa?." Panik Mita yang sudah melihat Dava mengucek matanya menahan tangis.
Rendi langsung menjelaskan apa yang terjadi, membuat Mita tersenyum simpul lalu membawa Dava untuk duduk berhadapan dengannya.
"Adek, mau rayain ulang tahun?." Tanyanya pelan-pelan, Dava mengangguk kecil-kecil seraya memandang Mita.
"Minggu depan kita buat ya, kita undang semua temen sekelas adek disekolah, Sama temen-temen kak Rendi, gimana? Mau?." Sekali lagi Dava mengangguk kecil dan senyuman terbit di bibirnya.
"Boleh? Bunda nggak marah?."
"Boleh dong, kenapa juga bunda marah sama adek. Nanti kita bilang ke ayah buat siapin semuanya."
"Ayah nggak marah?."
"Nggak sayang, percaya sama bunda. Pasti ayah juga sama setujunya kayak bunda." Dava memekik senang. Besok saat dirinya masuk sekolah, dia akan memberitahu kepada teman-teman nya.
Soal hubungan Dava dengan Agus sendiri, Dava amat senang akan itu. Tidak menyangka jika Agus mau membuka hati padanya.
"Bun, nanti malem kita makan diluar yuk." Suara itu berasal dari Rendi yang membuat rencana.
"Boleh juga tuh, kita ajak juga mbak Ranti, kasian kalo di rumah sendiri."
.Pukul 7 malam pun mereka sudah siap-siap akan berangkat. Ranti yang juga diajak itu pun sedikit sungkan akan kebaikan keluarga ini padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World (END)✓Terbit
FanfictionDi sanalah dirinya hidup, di tengah hutan tanpa seorang yang menemaninya. Mungkin sangat mustahil, namun apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini?. Dirinya yang suka menatap bintang pada gelapnya malam hari yang bahkan tidak mengetahui nama dan...