Semua orang punya masalah nya masing-masing, walau terkadang membuat tertekan saat masalah yang dihadapi terlalu berat. Kadang juga membuat kita ingin menghilang demi menghindari masalah. Adakah caranya untuk menghadapi sebuah masalah?
"Adek di rumah ya sama ayah dan kak Fiki, mungkin nanti bunda pulang sore, kasih tau kak Rendi juga kalo bunda pulang telat." Hari ini Mita ada keperluan lagi yang mengharuskan keluar rumah, Fiki anak itu beralasan sakit karena malas sekolah, sementara Agus memang libur kerja hari ini.
"Iya bun, hati-hati di jalan, jangan ngebut ya bunda itu bahaya, nanti di marah polisi." Balas Dava dengan menasihati Mita, wanita di depannya itu tertawa mendengar nya, bukan karena mengejek namun karena gemas. Mita tau darimana Dava mendapatkan kata-kata, yaitu dari dirinya sendiri yang selalu menasihati Rendi sewaktu akan sekolah atau keluar pergi. Jadilah Dava mengikuti kata-kata dari dirinya.
"Iya sayang, ya udah bunda berangkat ya. Baik-baik di rumah." Dava mengangguk patuh dan menyalimi tangan Mita ketika wanita itu berpamitan.
Berselang perginya Mita, Dava melenggang ke kamarnya, anak itu masih senang-senangnya belajar membaca buku.
"A-ku sa-ya-ng ke-lu-ar-ga. Aku sayang keluarga." Ejanya dengan semangat khas anak SD.
"Eh ada bocil lagi baca buku nih." Fiki yang tiba-tiba datang menyenderkan dirinya ke tembok seraya bersedekekap di samping meja belajar Dava.
"Oh kak Fiki. Apa kakak baik-baik aja, udah nggak pusing ya." Ucapnya mendongakkan wajahnya. Setahunya Fiki sakit.
"Iya kakak baik aja." Jawabnya, lalu dirinya berjalan dan mengambil sesuatu yang ada di kamar itu.
"Ini yang dari kakak kan? Nggak nyangka sih kalo masih di simpen. Kirain udah dibuang sama kakak mu." Ujarnya, membolak-balik kan barang tersebut dan setelah puas Fiki mengembalikan nya ketempat asal.
Dava hanya mengangguk, yang dipegang oleh Fiki tadi adalah iron man yang diberikan Fiki tempo lalu.
"Sampe lupa tujuan kakak kesini buat apaan, nah gimana kalo kita keluar?." Ajak Fiki.
"Mau ngapain kak?." Tanya Dava dulu sebelum mengiyakan permintaan Fiki.
"Sesuatu." Balasnya dengan senyuman.
"Kayaknya Dava nggak bisa, kak Rendi belum pulang. Tunggu kak Rendi pulang ya kak." Tawar Dava, ia ingat kata-kata kakaknya yang tidak boleh dekat Fiki.
"Yah, ngapain nungguin Rendi sih. Kan kakak maunya keluar sama Lo aja. Emang kenapa sih kalo nggak ada Rendi" Ucap Fiki kecewa dengan tawaran Dava, jika ia berbicara dengan adanya Rendi sama saja ia bunuh diri.
"Kata kak Rendi, kalo mau kemana-mana harus ada kak Rendi. Dava nggak bisa kak, maaf ya." Tolak Dava dengan halus, rupanya anak itu benar-benar mengingat dan menuruti perkataan Rendi.
'sial, nih bocah ternyata nurut bener sama rendi'. Batin Fiki, ia kira Dava mudah untuk dia kelabuhi. Tak apa jika kini ia gagal, esoknya ia akan coba lagi.
.Disekolah, Rendi dan teman-teman sibuk dengan urusan masing-masing. Karena sedang istirahat, di dalam kelas hanya ada beberapa orang saja.
"Ini nggak pada laper apa gimana? Kantin yok." Ucapan Chandra mengalihkan perhatian mereka.
"Yoklah." Jawab Angga. ke empatnya langsung berdiri, Rendi yang sebenarnya malas untuk ke kantin juga ikut berdiri.
"Ren, masih mikirin si Fiki?." Tanya Diki saat di perjalanan. Mereka berdua berjalan di belakang sementara Angga dan Chandra didepan yang kini malah kejar-kejaran seperti anak kecil.
"Woy hati-hati dong!." Suara itu berasal dari siswi sekelasnya saat Angga dan Chandra tidak sengaja menabraknya, kedua bocah itu pun meminta maaf dan setelahnya melanjutkan aksi kejar-kejaran yang entah maksud nya untuk apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World (END)✓Terbit
FanfictionDi sanalah dirinya hidup, di tengah hutan tanpa seorang yang menemaninya. Mungkin sangat mustahil, namun apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini?. Dirinya yang suka menatap bintang pada gelapnya malam hari yang bahkan tidak mengetahui nama dan...