26 (Revisi)√

1.8K 266 9
                                    

Dika benar-benar melalukan apa yang dia ucapkan, menemui detektif Aji untuk menanyakan perihal kasus yang dia curigai.

Kini didepannya sudah ada orang yang dirinya cari, kartu nama yang dirinya dapatkan tidak salah. Sebelum menanyakan apa yang menjadikan dirinya kesana, Dika memperkenalkan diri dulu.

"Perkenalkan saya Andika Febrian, saya kemari karena ada keperluan dengan anda." Katanya dengan sopan, Aji yang ada di depannya tersenyum simpul.

Setelah dirasa sudah mendapatkan izin untuk bertanya lewat senyuman yang Aji berikan, Dika mulai mengeluarkan sebuah map dan diletakkan di meja depannya.

"Untuk apa kau memberikan ini padaku?." Tanya Aji melihat Map di depannya.

"Saya hanya penasaran dengan kasus itu pak, bukankah itu terlalu janggal dengan memberhentikan sebuah kasus begitu saja?." Ujarnya, Aji mengerutkan keningnya, dirinya yang tadinya tidak mengerti maksud Dika apa langsung paham saat membuka map tersebut.

Belum membaca pun Aji sudah tahu isi dari map tersebut, dirinya terdiam lalu menatap Dika. "Lalu kenapa menanyakan ini ke saya, kau pasti sudah tahu 'kan jika diri saya sendiri sudah mengundurkan diri."

"Maka dari itu, saya mencurigai kemunduran anda dari dunia kepolisian ada kaitannya dengan kasus ini." Dika berujar dengan tenang, berbeda lagi dengan aji didepannya yang terlihat sangat tidak menyukai pembicaraan ini.

Brak!!

Aji didepannya menggebrak meja dengan keras, menatap nyalang Dika di depannya. "Kau tidak tau apapun, sebaiknya kau diam saja." Sarkasnya.

Dika tersenyum licik di depannya, padahal ia hanya berbicara seperti itu. Kenapa Aji bisa marah seperti ini, dengan sikap Aji yang seperti itu malah membuat Dika semakin curiga 'kan.

"Karena itu, dengan ketidaktahuan yang saya punya. Saya akan mencari tahu agar saya menjadi tau apapun." Jawabnya dengan nada yang masih tenang.

"Jika anda diam dan tidak mau menyelesaikan kasus ini, biarkan saya yang menuntaskan ini dengan tangan saya sendiri." Lanjut Dika.

"Jangan berani-berani nya kau menyentuh kasus itu lebih jauh, jika tidak mau ada hal buruk yang menimpa dirimu." Jawab Aji dengan nada marah, Dika lagi-lagi hanya tersenyum tipis mendengar nya.

"Saya tidak takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, saya hanya ingin tidak ada lagi kasus seperti yang diberhentikan tanpa tanggung jawab." Apapun yang terjadi, Dika sudah berjanji akan menyelesaikan kasus ini hingga selesai.

"Kamu saya akui sangat berani, tapi bisa saja kamu yang akan melukai korban tersebut." Kata Aji dengan nada dingin, entah apa arti dari perkataan nya.

Dika bangkit dan mengambil map yang ada di meja, ia tersenyum manis dan berpamitan dari sana walau tidak dijawab oleh sang pemilik rumah. Sebelum benar-benar pergi dari sana, Dika berdiri didepan rumah itu lalu melihat map yang ada di tangannya.

Drrtt,, drrtt

Dirinya dikejutkan dengan ponselnya yang berbunyi, terpampang nama istrinya yang memanggil.

"Halo, kenapa?."

"...."

"Ah iya-iya, bilang sama dia, aku bentar lagi pulang."

"...."

"Iya."

Dika tersenyum, karena anak semata wayangnya yang kini masih berumur 10 tahun mencari dirinya agar segera pulang. Mungkin ada yang beda kenapa Dika memiliki anak kecil, sedangkan adiknya Dina sudah memiliki anak yang sudah besar. Itu dikarenakan dirinya dilangkahi oleh sang adik.

New World (END)✓TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang