1 bulan kemudian...
Sudah lebih dari sebulan Dava menerima siksaan dari Maya dan Ejas tanpa henti. Tubuhnya kini kurus dengan wajah pucat, setiap hari merasakan sakit membuat anak itu terlihat lemah.
Dava kira Rendi akan mencari dirinya dan menyelamatkan ia dari sini, namun semua itu hanyalah harapan Dava setiap harinya. Mungkin semua ini karma baginya, Ia sudah berbuat salah mengecewakan orang-orang yang ia anggap keluarga, jadi ia harus menerima konsekuensinya.
Tidak ada yang menyelamatkan dari iblis itu, mungkin karena keegoisannya selama ini. Tiada hari tanpa raut kesakitan dan rintihan dari anak itu, seperti sudah menjadi rutinitas Dava merasakan sakit saat ini. Tidak ada lagi teriakan minta tolong yang akan Dava keluarkan, karena itu percuma. Maya dan Ejas tidak akan memberikan pertolongan.
"Sebentar lagi, Dava akan membuat Tante dan kak Ejas menerima hukumannya." Batinnya dengan menatap nanar kedua orang yang dengan santai menyaksikan dirinya kesakitan. Setelah kedua orang itu pergi, dan ia yang kembali diseret menuju kamarnya.
"Hari ini, Dava harus ketemu kak Rendi. Dava harus minta maaf." Gumamnya, menggenggam sebuah benda yang merupakan kamera kecil yang selama ini hanya dirinya yang tahu.
Ceklek!
Mungkin tidak, karena selama ini Challisa membantunya. Iya, adik dari Ejas itu dengan baik hati membantu Dava diam-diam. "Rey, ayok cepat! Kakak nggak punya waktu banyak, sebelum mami pulang." Challisa membantu memapah berjalan perlahan.
"Kak Lisa, makasih banyak udah bantu Dava selama ini." Chalissa tersenyum simpul mendengar suara Dava yang lirih, ia dekap anak itu memberi kasih sayang.
Challisa melakukan ini karena perlakuan kakak dan ibunya sudah keterlaluan, ia tidak sanggup ketika mendengar suara kesakitan Dava saat tidak sengaja melewati ruangan yang menjadi tempat siksaan untuk Dava.
Ia membantu meletakkan sebuah kamera kecil yang Dava bawa diruangan tersebut agar bisa merekam bagaimana kelakuan jahat mereka pada Dava.
"Sama-sama dek, maafin kakak ya karena cuma ini yang bisa kakak lakuin buat kamu." Rasanya Chalissa ingin menangis begitu saja saat ini, penampilan Dava yang seperti tidak berdaya dengan raut pucatnya membuat hatinya tersentuh.
Taksi yang Challisa pesan sudah sampai, ia sempatkan untuk mencium kening Dava yang terasa hangat itu. "Hati-hati Rey, kakak yakin kamu bisa selesaikan ini semua."
"Iya kak, selamat tinggal." Dava melambaikan tangannya pada Chalissa disertai senyum tipisnya.
Selama diperjalanan Dava terus saja memikirkan bagaimana reaksi Rendi, Mita serta Agus padanya. Tidak apa, semua yang akan terjadi nanti, Dava akan menerima semuanya. Dava takut penolakan akan dirinya dapatkan lagi, itu sangat menyakitkan. Hingga sampailah ditempat tujuan, ia berucap terima kasih pada supir taksi itu terlebih dahulu sebelum keluar mobil.
Jantungnya berdetak begitu kencang saat ini, sebulan lamanya ia meninggalkan rumah ini. Apakah akan tetap ada kasih sayang itu?. Apakah akan tetap sama rasanya. Dengan ragu tangan itu mulai memencet bel rumah tersebut, Dava meremat kesepuluh jarinya dengan gugup. Tidak lama kemudian Ranti keluar untuk mengetahui siapa yang datang, matanya membelak kaget saat tahu siapa yang datang.
"Dek Dava?." Katanya tidak percaya.
"Iya, ini Dava. Apa ayah, bunda sama kak Rendi ada di rumah?." Tanyanya lembut, Ranti yang masih terkejutnya mengangguk kaku.
"Boleh Dava ketemu mereka? Cuma sebentar kok." Ranti tersenyum dan membantu anak itu berjalan, Ranti bisa lihat bagaimana pucatnya anak itu hingga jalan pun sepertinya tidak sanggup.
KAMU SEDANG MEMBACA
New World (END)✓Terbit
FanfictionDi sanalah dirinya hidup, di tengah hutan tanpa seorang yang menemaninya. Mungkin sangat mustahil, namun apa sih yang tidak bisa terjadi di dunia ini?. Dirinya yang suka menatap bintang pada gelapnya malam hari yang bahkan tidak mengetahui nama dan...