🌿BC-02

16.9K 3K 266
                                    

Gadis dengan penampilan anggun datang menghampiri kekasihnya di sebuah warung makan, tengah berduaan. Kedua tangannya terkepal, ingin melampiaskan amarah namun tak bisa. "Udah aku duga kamu pasti disini."

Bayu kaget mendapati Laura datang menghampirinya di tengah malam seperti ini. Di Bali memang banyak warung atau-pun restorant yang melayani 24 jam.

Laki-laki itu berdiri. "Laura, kok kamu ada disini? Sama siapa?"

Laura menyingkirkan tangan Bayu dari kedua bahunya, matanya sudah berkaca-kaca. "Mau sampai kapan hubungan kita kayak gini Bay? Kamu lebih mentingin kak Mila daripada aku yang notabenya adalah pacar kamu."

Mila yang di sebut namanya-pun menghentikan acara makannya. Rambut yang jatuh di muka ia singkirkan ke belakang, matanya terpejam. Ingin mengelak namun ia sadar kalau dirinya dengan Bayu terlalu dekat. Selama ini ia juga selalu menasihati Bayu.

"Kak Mila yang butuh, kamu selalu siap meskipun kamu lagi sama aku. Tapi giliran kamu aku butuhin gak ada. Terus kapan waktu kamu full buat aku tanpa menyebut nama kak Mila? Aku sakit Bay," lanjut gadis yang umurnya dua tahun lebih muda dari Bayu dan Mila.

"Gak gitu Ra. Kamu kan tau sendiri aku sama Mila dari kecil sama-sama, dan kamu juga tau kalau Mila udah aku anggap seperti adik aku sendiri. Gak lebih," kata Bayu.

"Sekarang gini aja. Kamu pilih aku atau kak Mila?!"

Bayu mengusap kasar wajahnya. "Aku gak bisa milih. Kalian berdua penting buat aku."

Mila berdiri. "Laura, gue minta maaf kalau selama ini kedekatan gue dengan Bayu buat lo gak nyaman-"

"Emang iya! Baru nyadar?! Kemana aja selama ini?!" sela Laura menuh penekanan.

"Ra! Kamu bisa sopan gak?! Mila lebih tua dari kamu," cetus Bayu.

Air mata Laura jatuh, kepalanya menggeleng tak percaya. "Sekarang aku tekanin sekali lagi. Kamu pilih aku." Menunjuk dirinya sendiri. "Atau dia!" menunjuk wajah Mila.

Mila kembali menatap Laura. "Sekali lagi gue minta maaf. Lo tanang aja, gue pastiin hubungan kalian gak akan terganggu akan kehadiran gue."

Kedua tangan Laura di silangkan di depan dada. "Bagus deh kalau gitu."

Pandangan Mila beralih dimana teman yang selama ini selalu menemani dan selalu ada buatnya. Ia menepuk pundak Bayu. "Gue gak mau jadi perusak hubungan orang. Jadi mulai sekarang lo jaga jarak sama gue. Btw makasih teraktirannya. Gue pergi."

"Mil!" panggil Bayu ketika Mila melenggang tanpa menoleh kepadanya.

Mila berjalan di bawah gelapnya malam. Satu-satunya teman terdekatnya sudah tak ada lagi. Ia sendirian, tak ada orang yang mau beteman dengan gadis kumuh, dekil, bau, juga pamalak sepertinya.

"Sial mulu hidup gue. Disana salah, disini salah. Kemana-mana salah. Coba kalau gue bisa napas di dalam air, udah pindah ke laut gue. Gak papa jadi tetangga sepongebob, daripada disini ada aja bacotan."

"WOY MILA! MAU KEMANA LAGI LU?! DASAR ANAK KURANG AJAR!"

Mata Mila membola begitu melihat Sadil bapaknya ada disini. Belum sempat kaki ringkihnya menganyun, lengan Mila sudah di cekal erat oleh laki-laki bertubuh tinggi kurus itu.

"Pak lepasin!" ronta Mila.

"Lu harus ikut gua!"

"Mila gak mau Pak!"

"Gua gak peduli! Lu wajib donorin kornea mata lu buat anaknya Subagio!"

Sadil manarik paksa anak satu-satunya. Dengan sekuat tenaga Mila menahan tangannya, berdiri menatap Sadil penuh kecewa. "Bapak bener-bener tega. Kalau Bapak jual kornea mata Mila gimana caranya Mila cari uang buat bayar semua hutang-hutang Bapak?"

Banana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang