🌿BC-07

12.4K 2.7K 820
                                    

Mila keluar dari rumah Husein dengan perasaan senang. Bukan senang karena bertemu Husein melainkan senang karena perutnya kenyang.

Kaki Mila berhenti spontan saat otaknya mengingat sesuatu. "Duit gue!"

Ia berlari masuk meninggalkan santri yang bernama Jannah tersebut.

"Mbak, mau kemana?" pekik Jannah tertahan. Tak mungkin juga ia meninggikan suara di depan rumah gus, tidak sopan.

Mila tak mempedulikan pekikan Jannah, dia masuk kedalam kamar yang tadi sempat digunakan untuk mandi dan mengganti baju.

Ceklek!

"Huaaaaa!" teriak Mila membungkus seluruh tubuhnya dengan kelambu hitam yang tergantung di depan pintu kamar tersebut.

Husein yang hendak membuka baju pun di urungkan saat mendengar teriakan menggelegar dari perempuan. Meski tahu sudah sah menjadi istrinya, akan tetapi tetap saja ia malu dan belum terbiasa akan hal itu.

"Sedang apa kamu disitu?" tanya Husein.

Tanpa membuka lilitan kelambu ia menjawab. "Lo yang ngapain? Dasar cowok cabul, buka baju sembarangan!"

Kaki Husein melangkah mendekati istrinya. Ah mendengar kata istri seperti ada yang menggelitik perutnya.

Satu tangan membuka lilitan yang sekiranya tepat pada wajah Mila. "Ini kamar saya, harusnya saya yang bertanya kenapa kamu kembali lagi?"

Mendapati laki-laki yang baru ia kenal sudah mengenakan baju, di bukalah lilitan tersebut. Matanya mengedar, benar saja ini kamar cowok, kenapa ia baru sadar. Bodohnya Mila, jika lapar tak ingat keadaan, tak ingat pula dengan apa yang ada di sekitarnya. "Jadi ini kamar lo?"

"Kenapa? Kamu mau tidur disini?" gurau Husein mendapat pelototan sempurna dari sang empu.

"Lo tuh cowok cabul yang gak mau dikatain cabul."

"Memanya kapan saya pernah mencabuli kamu? Pikiran kamu saja yang terlalu sering di buat maksiat," balas Husein.

Mila berdecak sebal, tak bisa menggugat kata-kata Husein. "Tau ah. Minggir! Gue mau ambil duit gue."

Gadis itu menyerobot masuk kedalam kamar mandi, meninggalkan gelengan kepala. Mengambil baju kotor yang ia pakai tadi, bibirnya tersenyum lebar saat menemukan barang yang ia cari. Satu lembar uang seratus ribu.

Ia angkat uang tersebut di udara. "Huh! Masih selamat uang gue. Berharga nih, gak punya lagi."

Belum cukup sampai disitu kekagetannya, begitu membalikkan badan ia terjingkat mendapati tubuh Husein sudah berdiri di ambang pintu menutupi hampir seluruh jalan keluar masuk.

"Minggir!" ketus Mila.

Husein memberi ruang untuk Mila keluar dari kamar mandi. "Tunggu."

"Apa lagi?! Lo mau minta duit gue?!"

Laki-laki itu mengambil sebuah tas berukuran sedang, menyodorkan kepada gadis tersebut.

"Apaan?" tanya Mila.

"Itu baju buat kamu." Tangannya meraih dompet, mengambil uang satu lembar seratus ribu. "Jangan boros-boros, gak baik. Jika butuh apa-apa datangi saya."

Sebentar! Mila masih bingung, ia memang mata duitan tapi juga tak mau sembarangan menerima uang dari orang. Jaman sekarang semua hal pasti ada timbal baliknya. "Sebenarnya apa sih yang lo mau dari gue? Gak mungkin orang gak kenal tiba-tiba kasih apapun. Pasti ada maunya."

"Mau saya hanya satu, kamu belajar memperbaiki diri dengan ikhlas. Itu saja," jawab Husein.

Kedua tangan Mila berkacak pinggang, kepalanya mendongak menatap laki-laki yang hanya berjarak empat jengkal saja. "Kalau gue gak mau?"

Banana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang