"Gue dapet laporan dari petugas gerbang, katanya ada tiga polisi. Mereka nyari Dea Karamila."
Deg!
Tubuh Mila menegang bersamaan dengan kalimat yang terlontar dari bibir Galih. Suhu tubuhnya naik seketika, panas dingin, itu lah yang dirasakan.
Langit yang tadinya cerah, seakan berubah menjadi malam. Jantung Mila memompa tak seirama. Sekedar menelan ludah pun harus bersusah payah. Akhirnya yang ia takutkan selama ini terjadi juga. Polisi sudah mencium keberadaannya.
Rasanya ingin menangis, namun tak ada air mata yang mau keluar. Yang di lakukan sekarang hanya bisa meremas gamis yang ia kenakan. Mila memejamkan mata.
Husein melihat istrinya. "Ning."
Mata Mila terbuka spontan. Tatapan Husein menyiratkan bahwa ia butuh penjelasan.
Ia juga tak tahu apa yang di buru polisi terhadapnya, apakah karena kasus pencurian beberapa bulan lalu? Atau kasus pembegalan? Sungguh, lidah Mila terasa begitu kelu.
"Ada masalah apa?" tanya Husein, pandangan tak lepas dari istrinya.
Wanita itu menurunkan pandangannya, tak berani membalas tatapan Husein.
"Jelaskan, Ning," serunya kembali.
"Aku juga gak tau apa yang mereka inginkan dari ku."
Hari ini, pondok pesantren Al-Ikhsan di hebohkan oleh kedatangan tiga orang polisi yang mencari istri dari gus mereka.
Bukan hanya santri, bahkan tak sedikit dari tetangga yang ikut penasaran. Lihat saja, para tetangga itu menunggu informasi di depan gerbang.
Desas-desus warga mulai tak enak, mereka beramai menerka kejahatan apa yang di lakukan istri dari putra pengasuh pondok pesantren ini.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi!" Suara dari luar.
Husein melirik Galih. "Galih, tolong temui mereka. Suruh mereka menunggu."
Galih pun mengangguk, pamit untuk menemui tiga polisi yang nekat menerobos masuk ke dalam pesantren.
Pandangan Husein beralih kepada istrinya. "Temui mereka Ning."
Kepala Mila menggeleng kuat. Percuma ia lari dan sembunyi jika ujungnya di suruh menyerahkan diri. Meski tak salah tapi bukti mengarah padanya. "Aku gak mau!"
"Sekarang kamu cerita, ada urusan apa kamu sama polisi?" tanya Husein sedikit memaksa. "Mereka gak akan mencari tanpa sebab."
"Apa ini alasan kamu bersedia menerima seruan kakek untuk tinggal di pesantren? Berharap kamu bisa bersembunyi dari mereka?" Husein menatap Mila tak percaya. "Ternyata kamu seorang buronan."
Mila menggeleng lema. "Enggak, Sein."
"Harusnya kamu cerita dari awal."
Brak!
"Jangan bergerak!"
Mila dikepung oleh tiga polisi sekaligus dengan masing-masing membawa senjata berupa pistol. Dari awal mereka sudah bersikap sopan dengan bersabar untuk menunggu, akan tetapi yang namanya polisi tetaplah polisi. Jika tidak segera di tindak lanjut buronan akan meloloskan diri kembali.
Wanita itu menatap kaget ketiga orang peseragam yang mengepungnya di antara sisi ranjang, detak jantungnya memompa lebih cepat. Rasa panik seketika menyerang.
Bukan cuma Mila, Husein pun juga sama kagetnya. Ia berdiri. "Ada apa ini?"
"Ternyata kalian yang sengaja menyembunyikan buronan!" suara salah satu polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banana Cinta
RomanceWajib baca Hi, ust Agam! Dulu, lanjut baca Jodohku Yang Mana? Baru cerita Banana Cinta, biar gak bingung. Satu buah pisang membawa seorang Ali Husein Al-Fahrizi terpaksa menikahi gadis mantan begal, buronan depkolektor. Ini lah kisah singkat Gus H...