🌿BC-19

11.6K 2.8K 831
                                    

Masih didalam kamar, posisi kedua tangan Mila pun juga setia mendekap sesuatu yang sekarang tengah terancam.

"Memangnya kamu pikir saya mau ngapain?"

Mila kebingungan mencari jawaban yang menurutnya tepat. "Ya itu."

"Itu apa?" sahut Husein.

"Iya itu pokoknya."

Husein memandang Mila dari ujung kaki sampai ujung kepala, lalu bersuara. "Saya gak nafsu denganmu."

Mata Mila mendelik, kedua tangan yang tadi berada di depan dada ia turunkan seketika. "Wah, sialan."

"Gak boleh ngumpat." Husein mendahului, mengambil sajadah miliknya.

Sementara Mila melihat dirinya sendiri, menelisik penampilannya. "Lah iya, emang apa yang di napsuin dari diri gue?"

Ia tertawa. "Baju kayak emak-emak gini mana bisa goda iman laki-laki. Otak lo yang keterlaluan, Mil."

Husein memandang Mila yang masih setia di tempat, sibuk mengomentari dirinya sendiri. "Mau sampai kapan kamu berdiri disitu? Sudah wudhu kan?"

Kepala Mila menggeleng polos. Asal kalian tahu, selama ini Mila tak pernah wudhu karena belum bisa. Sebenarnya ia di ajari akan tetapi dasar Mila nya saja yang kelewat bebal.

"Astagfirullahal adzhim," desah Husein menghela napas.

"Ya sudah, cepat ambil air wudhu," serunya.

Bibir Mila manyun, ia pergi kekamar mandi pribadi milik Husein. Tak lama ia datang sembari membawa air satu gayung. "Nih airnya."

Husein cengo dengan apa yang di bawa istrinya. "Ya Allah, Mila. Kamu ngapain bawa air satu gayung kesini?"

"Lo gimana sih! Tadi katanya disuruh ngambil air, ya udah ini gue ambilin," jawabnya polos.

"Ya Allah, Ya Robbi." Husein menarik napas dalam, menghembuskan gusar. "Saya nyuruh kamu ambil air wudhu, bukan ambil air satu gayung kesini. Kamu bisa wudhu apa enggak?"

Lagi dan lagi kepala Mila menggeleng tanpa dosa.  "Lupa tata caranya."

"Ya udah, ayo kita kemar mandi." Laki-laki ini berjalan mendahului Mila.

Merasa tak diikuti, Husein pun berhenti melihat kebelakang. Istrinya masih diam ditempat. "Loh, ayo. Keburu habis waktu magrib nya."

"Gak mau, entar gue lo apa-apain lagi."

"Ya Allah, saya mau ajarin kamu tata cara berwudhu."

"Ngomong kek daritadi." Mila nyelonong masuk duluan.

Husein mengajari Mila cara berwudhu dengan telaten. Ia heran, sebenarnya doa wudhu gadis ini hapal, hanya tata caranya saja yang tak bisa.

"Stop," seru Husein menghentikan pergerakan membasuh tangan.

"Kalau membasuh tangan jangan dari siku ke bawah, tapi dari ujung jari mengalir ke siku." Ia memperagakan bagaimana cara membasuh tangan yang benar. "Setiap tetes air yang jatuh dari kedua siku, maka berjatuhan pula dosa kita."

Kepala Mila manggut-manggut. Ia baru tahu jika setiap air yang jatuh dari siku bagaikan butiran dosa yang berguguran. Sebegitu baik dan sayangnya Allah kepada seluruh hamba-Nya, hingga hal yang di anggap kecil seperti ini ternyata dapat menggugurkan dosa.

Begitu selesai keduanya keluar menunaikan ibadah sholat magrib dengan Husein sebagai imam dan Mila sebagai makmumnya.

Sebelum benar-benar memulai takbir, laki-laki ini sempat nengok kebelakang, melihat istrinya. "Itu rambutnya kelihatan, dibenerin dulu."

Banana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang