🌿BC-25

13K 2.8K 1K
                                    

Dan akhirnya kejadian yang belum di inginkan benar-benar terjadi. Kesuciannya sudah di renggut suaminya.

Niat hati hanya ingin menguji coba apakah Husein laki-laki tulen atau belok, ternyata oh ternyata percobaannya membuahkan hasil.

FLASHBACK ON

"Ning, kalau belum siap hamil jangan mancing. Cepat pakai baju," seru Husein.

Satu alis Mila terangkat. "Dih, siapa yang mancing." Matanya memucing. "Kemaren siapa yang bilang gak napsu, hemm?"

"Mas juga laki-laki normal, Ning." Husein menggeram frustrasi. "Sekarang gini, waktu itu keadaan kamu belum tau kalau sebenarnya kita sudah suami istri. Seandainya aku bilang napsu melihat tubuh kamu, apakah kamu gak takut?"

"Coba jawab, takut apa enggak? Mas jamin masti Ning Mila akan lari," sambung Husein.

Gadis itu meringis, sembari mengeluarkan kekehan kecil. "Iya juga. Hehe."

"Sekarang Ning Mila harus tanggung jawab."

Dahi Mila berkerut. "Tanggung jawab buat apa?"

"Kasih hak Mas sebagai suaminya Ning."

Mila menggeser tubuhnya, memberi jarak. Kepalanya menggeleng. "Gak mau."

"Dengan sengaja Ning Mila pamer tubuh, setelah itu gak mau kasih. Dosa loh, Ning," papar Husein.

FLASHBACK OFF

Dari situ lah awal dimana Mila memberikan hak Husein sebagai suaminya. Entah lah, sangat tidak romantis.

Jika di ingat rasanya Mila ingin tenggelem di dalam rawa buaya. Bagaimana tidak, kesannya seperti Mila yang sangat menginginkan hingga menjadi wanita penggoda.

Perempuan itu terdiam dengan posisi baring, serta tubuh yang terbungkus selimut hingga bawah dagu. Mulutnya berdecak kesal, tak lama kedua sudut bibir melengkung ke bawah. "Kek, cucu mu udah ternodai. Mila udah kotor... Mila udah gak suci lagi," lirihnya.

Mila menutup setengah wajah dengan selimut. "Asli, malu banget gue. Bodoh lo Mil."

"Ckk, masa bisa kejadian beneran." Lagi-lagi ia menatap langit-langit kamar, terus merutuki kebodohannya.

Ia hanya tidur satu jam, setelahnya sudah tak bisa tidur lagi. Sementara Husein, masih tertidur pulas. Dilirik jam menunjukkan pukul 2 dini hari.

Dirasa ada pergerakan, perlahan kelopak mata Husein terbuka. "Udah bangun?"

Tanpa melirik Mila menjawab. "Bukan udah bangun tapi emang gak bisa tidur."

Husein memeluk istrinya. "Kenapa?" tanya nya serak, khas orang bangun tidur.

Tidak ada jawaban dari sang empu. Husein pun mengangkat kepala, memandang Mila. Tiba-tiba perasaan bersalah hinggap di benaknya. "Ning nyesel?"

Seketika Mila menatap Husein yang juga menatapnya dengan wajah bersalah. Kepalanya menggeleng. "Enggak, gak nyesel. Ini tandanya aku berhasil jaga hak kamu."

"Terus kenapa wajahnya murung."

"Mikir aja. Entar kalau aku hamil beneran gimana?"

Wajah bersalah Husein berubah menjadi wajah gemas terhadap istrinya. "Kamu gimana to Ning. Harusnya kalau di kasih momongan cepet alhamdulillah. Lagipula kalau pun Ning Hamil, kenapa khawatir? Kan ada suaminya."

"Aku takut gak bisa jadi ibu yang baik, kamu kan tau sendiri aku orangnya kayak gimana. Semua masih awam, gak ada apa-apanya sama santri kamu," papar Mila mulai menunjukkan rasa insecure terhadap lingkungan.

Banana CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang