Leteshia menatap punggung Diego dengan seksama. Tangan kanannya memegang kain basah yang sedikit ternodai oleh warna merah. "Kenapa berhenti?" ujar Diego membuyarkan lamunan Leteshia. Gadis itu kemudian menjumput semangkuk air bersih dari kuali lalu membasahkan kainnya. Lagi-lagi ia memeras kainnya hingga setengah basah lalu kembali membersihkan luka Diego.
"Kenapa kau begitu bersikeras membunuh Macario tadi? Dia tangan kanan orang tuaku," tanya Leteshia yang akhirnya membuka mulutnya. Tangan dan matanya masih fokus terhadap luka robek Diego.
"Seseorang dengan cepat berubah, Leteshia. Aku dapat merasakan ketamakan pada dirinya. Apapun itu, pasti ada yang spesial dari kalian bertiga."
"Lalu?"
"Lalu? Oh, ayolah, Leteshia. Siapa yang tidak ingin menguasai dunia dengan kekuatan super? Lihat saja Ailen, chaos nya yang bahkan belum terkendali bisa membunuh begitu banyak witches. Orang-orang ingin memiliki apa yang kalian miliki," berondong Diego sambil berbalik singkat.
Leteshia berpikir sejenak lalu benar-benar menghentikan kegiatannya ketika ada seorang gadis yang datang. Gadis itu berdeham canggung sambil membawa sebuah nampan lalu meletakannya tepat di nakas samping Diego dan Leteshia berada. "Kau bisa menggunakan ramuan-ramuan itu, Leteshia. Aku sudah memintanya dari para witches."
Leteshia yang masih tertegun akan kedatangan Korona, tak menyahut apapun. Senyum canggung Korona pun makin tercetak jelas di wajah cantik gadis itu. Diego yang menyadari betapa buruknya keadaan ini kemudian membuka suara untuk sekedar berterima kasih.
Korona masih dengan senyum canggungnya, beralih menatap Diego ketimbang Leteshia dengan tatapan anehnya. "Ah, iya, aku baru ingat. Aku sudah membawakan kalian baju hangat. Malam ini akan terasa sangat dingin di sini. Pakailah dan bergabunglah dengan kami untuk makan malam."
"Hanya kita ber-enam. Yang lainnya sudah makan malam," ucap Korona cepat ketika Leteshia terlihat akan menginterupsi. "Aku tunggu, ya. Semoga lukamu cepat sembuh, Diego."
Korona pergi setelah sempat menepuk pundak Diego untuk sekedar basa basi. Leteshia kemudian bergegas mengaplikasikan ramuan-ramuan tadi lalu memakaikan Diego baju hangat. Setelah semua selesai, dirinya kembali ke nakas lalu memerhatikan pakaian hangat itu sejenak.
Teringat wajah Korona, gadis itu dibayang-bayangi oleh amarahnya yang membara kala itu. Membuat salah satu sahabatnya terpisah dari mereka dan berakhir di sini. Seandainya mereka tidak terlibat perkelahian yang berujung pembunuhan Macario dan Sherin yang entah hilang kemana--pasti mereka tak akan pernah melihat Korona lagi.
"Aku masih dapat melihat aura canggung kalian berdua. Kau belum berdamai dengannya?"
Pertanyaan Diego membuat dirinya sedikit tersentak dan kembali ke dunia nyatanya. Tangannya dengan cepat memakaikan baju hangat di atas chemisenya begitu saja. Ia tidak terlalu suka dingin. Apalagi dengan suasana hatinya yang buruk, ia dapat dengan mudahnya membenci siapapun yang mencari masalah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Blood
FantasíaKetiga gadis spesial yang menjadi target mutlak siapapun yang menginginkan keabadian. Tiga spesies gabungan terkuat yang memutuskan untuk kembali mencari orangtuanya yang telah lama hilang. Mereka dipaksa berjuang. Bertahan. Dan terus menetap. Lente...