5. Sorry

176 33 3
                                    

Aku menatap pantulan diriku di cermin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap pantulan diriku di cermin. Menuai kejadian yang telah kulalui selama hidup. Kesalahan itu. Kesalahan diriku saat belajar berkuda. Kaki kiriku terluka--menjadi lemah seperti sekarang.

Tak ada seorangpun yang tahu. Kecuali ayahku. Segera diberikan pertolongan pertama waktu itu. Aku tersenyum saat ayah mengatakan semuanya baik-baik saja. Dengan mudahnya aku percaya--tanpa tahu--bahwa aku selemah ini.

Aku Korona Zhephyrine Taliyah. Gadis yang menganggap bahwa mereka--Leteshia dan Ailen--adalah dunianya.

“Apa mungkin sekarang saatnya?” Suara Valerie samar-samar terdengar dari kamar. “Berapa usianya sekarang?”

“Tujuh belas.” Suara Elzio terdengar menyahut. “Beberapa bulan lagi menuju delapan belas tahun.”

Korona tersenyum tipis. Hidupnya berubah drastis hari ini. Kedua sahabatnya hilang. Ia tak punya arah hidup sekarang.

Korona menggeleng kuat. Dia tahu kedua sahabatnya itu berbeda. Mereka gadis terkuat yang pernah Korona kenal. Korona yakin, mereka pasti baik-baik saja.

Gadis itu masih terdiam. Tersenyum menatapi pantulan dirinya yang tumbuh menjadi seorang remaja. Apakah ini yang diharapkan kedua orang tuanya? Korona tak yakin. Ia bahkan menemui kejanggalan pada orang-orang disekitarnya.

“Leteshia adalah kuncinya.” Suara Valerie kembali terdengar. “Dia yang akan membawa mereka melangkah lebih jauh.”

Elzio terdiam sejenak--tampak berpikir. “Ada apa dengannya?”

Alih-alih menjawab, Valerie menatap lurus. Mulutnya masih bungkam. Tak ada jawaban apa-apa setelah beberapa menit juga.

“Apakah ia satu-satunya yang mendapatkan ingatannya kembali?” Elzio menatap Valerie. Serius. Dianggapnya itu adalah jawaban ‘iya’ karena Valerie masih saja terdiam.

“Bagaimana bisa? Mengapa dia tak mengatakan apapun tentang dirinya, masa lalunya, dunianya, dan--” Elzio menggeram mulai tak sabaran.

Gadis itu ternyata mengingat semuanya. Masa lalu yang menjadi kunci dari semuanya. Tangan Elzio mengepal--digunakannya untuk menopang keningnya di tembok.

“Mereka telah membuat perjanjian.” Valerie mengambil sebuah buku dari rak. “Mereka. Keluarga kecil yang menjadi penentu dunia kita.”

Elzio mendekati Valerie yang mulai membuka lembaran demi lembaran. “Leon dan Adena tahu bahwa ingatan mereka bertiga di manipulasi. Membuka ingatan secara paksa hanya akan membuat mereka mati secara perlahan.”

“Apa yang kalian bicarakan?” Korona muncul di belakang mereka. Matanya menyorot serius, meminta jawaban lebih lanjut.

Valerie berbalik lalu tersenyum. Meraih kedua pipi gadis itu lalu menangkupnya. “Apa kau tidak terluka, sayang?”

Last BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang