24. Find Me

17 3 2
                                    

Korona membuka matanya paksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Korona membuka matanya paksa. Napasnya naik turun ketika tubuhnya mencoba bangun dari ranjangnya. Sesuatu menahannya, namun hal ini benar-benar cukup aneh. Hal terakhir yang ia ingat adalah dirinya yang kekenyangan dan tertidur di ranjang empuk ini bersama Elzio yang menemaninya. Teringat Elzio, gadis itu kemudian bergegas memeriksa apakah Elzio masih berada di sampingnya. Ia tak yakin, tapi itu terlihat seperti punggung Elzio yang tertidur di sampingnya. 

Pandangannya kemudian beralih pada jendela yang tirainya terbuka. Aneh. Gadis itu mengira ini sudah pagi, tapi nyatanya gelap masih terlukis dimana-mana. Apa ini ... mimpi? Untuk sekejap, Korona menganggap ini adalah mimpi yang terasa begitu nyata. Tapi hawa dingin yang menusuk tubuh tiba-tiba datang bersamaan dengan cairan kental yang Korona rasakan di tubuh dan ranjangnya. Korona menunduk, tangannya menekan bagian perut sebelah kanan. Tubuh Korona mematung ketika mendapati bekas tusukan tepat dibagian ia menekannya dengan genangan darah yang sudah memenuhi ranjang. 

Korona tak lagi berteriak dalam hati. Gadis itu langsung menepuk-nepuk punggung Elzio dengan kacau. Harapannya hanya satu, mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Elzio yang tak kunjung berbalik justru menambah kepanikan Korona. Gadis itu tak peduli lagi akan pertolongan pria itu yang benar-benar sesuai harapan atau sesuai terakhir kali ia mengecewakan. Kalau ini mimpi, tangan Korona yang bersimbah darah segera hilang berganti dengan alur mimpi yang tak beraturan. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. 

Bola mata Korona bergerak mengikuti ekor matanya ketika mendengar pergerakan dari Elzio. Gadis itu dapat merasakan insting buruk yang akan terjadi. Benar saja, tak sempat Korona berpikir lebih lanjut, Elzio berdiri tepat di sisi ranjang dengan mengangkat sebuah pisau yang sudah bersimbah darah. Sial. Korona dapat menyimpulkan bahwa pisau itu merupakan pisau yang sama yang membuat perutnya tertusuk. 

"Kami akan membunuhmu dengan benar sesuai apa yang seharusnya terjadi kepada monster sepertimu," hardik Elzio tak seperti biasanya. Korona sendiri tak yakin siapa orang itu sebenernya. Elzio tak benar-benar punya suara seberat dan seaneh itu. Korona kemudian mencoba tenang mengingat bagaimana kondisi ketika dirinya panik dan tidak berpikir jernih. Kacau.

"Kami?" tanya Korona mengerutkan keningnya.

"Ya. Kami." 

Tepat setelah Elzio berkata demikian, orang-orang dengan wujud berbagai ras--werewolf, vampire, dan elf --berdiri mengelilingi ranjang itu. Entah dari mana datangnya, Korona tak pedulikan itu. Sebab wajah-wajah mereka semua cukup menyita perhatiannya. Asap gelap mengelilingi mereka semua. Beberapa dari mereka berlumuran darah di bagian wajahnya. Entah pertikaian apa yang dilalui orang-orang ini, tapi mereka benar-benar babak belur. Belum sempat Korona mencerna apa yang terjadi, seseorang dari balik tubuhnya mendorongnya hingga Korona merasakan sensasi jatuh.

Sensasi jatuh yang cukup dalam. Korona baru tersadar ketika ia merasakan air yang memenuhi sekitarnya. Pandangannya bergerak kesana kemari mencari pasokan udara yang ia butuhkan. Korona tak lagi berada di kamar bersama Elzio ataupun makhluk-makhluk mengerikan tadi. Ia benar-benar tenggelam pada lautan yang dalam. Semakin lama semakin gelap. Permukaan benar-benar tak tergapai olehnya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang