Ketiga gadis spesial yang menjadi target mutlak siapapun yang menginginkan keabadian. Tiga spesies gabungan terkuat yang memutuskan untuk kembali mencari orangtuanya yang telah lama hilang. Mereka dipaksa berjuang. Bertahan. Dan terus menetap.
Lente...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku tidak mengerti mengapa mereka bisa belajar secepat itu," Diego bergumam menatap ke arah Korona, Lethesia, dan Ailen yang sedang bersenda gurau. Sesekali, Ailen terlihat memamerkan sihir chaos-nya yang baru saja dilatih oleh Aisar. Api unggun pun bersemarak di tengah-tengah mereka. Selain untuk penerangan, mereka juga perlu kehangatan.
"Mengingat lambatnya aku menguasai ilmu memangsa, itu cukup mengagumkan. Bahkan mereka hidup sebagai manusia selama bertahun-tahun. Tak bisa dibayangkan jika mereka tinggal di sini sedari dulu," sahut Elzio. Aisar yang duduk di atas kayu besar sebagai kursi seadanya mengangguk menyetujui.
"Itulah mengapa semua orang menginginkan mereka." Aisar beralih menatap api unggun. Pria itu sedang mengingat kabar angin yang pernah ia dengar ketika menjadi prajurit istana dahulu. "Kabar tentang darah campuran, apa kalian memercayainya?"
Elzio berpikir sejenak. "Tidak sebelum bertemu mereka. Kudengar para ratu merupakan witches. Rasanya sangat tak valid. Seharusnya mereka tidak pernah lahir."Mengingat tak ada satupun bukti hal terlarang tersebut, vampire itu tak sepenuhnya yakin.
"Tak ada kabar yang beredar tanpa suatu dasar. Aku yakin para bangsawan menyimpan banyak rahasia. Salah satunya mereka," tutur Diego. "Tak ada yang tahu mengapa kita mendapat surat dan menjadikan kita utusan untuk melindungi mereka. Apa alasan masuk akalnya kecuali kita benar-benar terikat?"
"Terikat atau kita yang terpengaruh?" sanggah Aisar mengangkat alisnya. "Orang-orang yang memiliki kekuatan mencolok dapat dengan mudahnya menarik siapapun."
"Kurasa dia sudah ditandai untukku. Alasan yang tepat mengapa aku membantunya."
"Alasan baru-baru ini, kan? Mate itu pilihan, Elzio. Kau bahkan masih menganut mitos lama yang percaya bahwa mate sudah digariskan dan kau tinggal menjalaninya. C'mon. Move on, dude."
Baru saja Elzio hendak protes, suara keributan terdengar dari arah para gadis. Dengan sigap, mereka bertiga menghampiri sumber suara dan mendapati Leteshia yang terjatuh di antara bebatuan. "Apa yang telah terjadi?" tegur Diego membantu Leteshia berdiri. Leteshia yang tadinya tengah bercanda lalu tak sengaja terpeleset ternyata dapat membuat semua orang khawatir. Leteshia tersenyum kecil, menutupi senyumnya agar tak terlihat.
"Terpeleset. Bukan masalah besar."
Diego bergumam menanggapi pernyataan Ailen. Baru saja pria itu melangkah sambil memapah Leteshia yang terluka, suara Elzio kembali menghentikannya. "Dimana Korona?".
Semua yang ada di situ reflek mencari jejak gadis itu, tak terkecuali Leteshia. Gelapnya malam di tengah hutan membuat mereka sedikit kesusahan. Apalagi hanya ada sumber cahaya remang-remang dari beberapa obor yang mereka bawa.
Gesekan pergerakan terdengar tak jauh dari balik tubuh mereka. Diego dengan insting serigalanya langsung memasang posisi siaga. Benar saja, Korona muncul dari belakang. Diego yang memperhatikan gadis itu, menyipit--sedikit mundur memapah Leteshia menjauh. Pria itu tau dan harus menganggap bahwa Korona yang sekarang adalah bahaya.