18. Promise

42 7 1
                                    

Malam ini mereka memutuskan untuk singgah sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini mereka memutuskan untuk singgah sebentar. Tubuh mereka juga butuh istirahat. Apalagi perkelahian menegangkan di Kedai Minum tadi pagi cukup menguras tenaga.

Leteshia meraup air jernih yang mengalir sepanjang sungai. Tangannya lalu digunakan untuk mengusap wajahnya dengan air itu. Leteshia tersenyum tipis. Setidaknya air itu dapat memberikan sensasi segar dan menenangkan baginya.

"Kenapa belum tidur?"

Leteshia menoleh ke belakang sekilas. Mendapati Diego yang kini ikut berlutut di sampingnya. Pria itu menatap Leteshia dari samping lalu tersenyum.

Sejujurnya gadis itu tidak bisa tidur dengan beribu-ribu pikiran yang berkutat di otaknya. Perkelahian tadi pagi membuatnya sedikit getir. Ia bahkan dapat melihat jelas orang-orang mati di tangannya ataupun di tangan teman-temannya. Tidak menutup kemungkinan hal yang sama akan terjadi dengannya dan juga yang lainnya.

Oh, tidak. Ia berpikir terlalu jauh.

"Belum mengantuk. Lebih tepatnya tidak bisa tidur," ujar Leteshia sambil menarik napasnya dalam-dalam. "Perkelahian tadi adalah yang pertama bagiku. Maksudku-aku tidak pernah ikut kegiatan bela diri apapun sebelumnya. Apa keputusanku sudah tepat?"

"Keputusan apa?"

"Membunuh lawan."

Diego tertawa kecil mendengar pernyataan Leteshia. "Bukankah itu memang tujuannya, Leteshia? Bagaimana kau bisa menang tanpa menyentuh bahkan membunuh lawanmu?"

Leteshia mengalihkan pandangannya. Gadis itu menatap lurus ke depan. Menerawang seisi hutan yang mungkin sangat berbahaya. Dirinya tak menyangka ia berhasil melewati hutan lebat ini.

"Aku teringat kedua orangtuaku," ucap Leteshia membuat Diego menatap lekat dirinya. "Sepanjang malam mereka selalu menghantui pikiranku. Apa mereka benar-benar masih hidup? Atau perjalanan kita ini sia-sia. Semuanya masih abu, Diego."

"Tidak," sanggah Diego cepat. "Buang prasangka burukmu itu, Leteshia. Itu hanya membuatmu terganggu. Fokuslah pada perjalanan kita ke depannya."

Leteshia mengangguk lalu kembali larut dalam pikirannya. Diego mengerti akan keraguan gadis itu. Hal yang wajar yang juga menimpanya ketika pertama kali ia memutuskan meninggalkan dunia immortal dan memilih untuk mencari ketiga gadis ini. Gadis yang sekarang telah bersama dengannya.

Diego adalah pria yang terakhir sampai diantara kedua pria lainnya, Elzio dan Aisar. Ketika mereka menerima surat yang menuliskan bahwa Korona, Ailen, dan Leteshia yang merupakan keturunan kerajaan asli sedang dalam bahaya. Mereka langsung bergegas kepada pengirim surat itu. Pengirim surat yang berbeda dan ternyata tinggal di tempat yang sama.

Mereka bertiga dengan asal yang berbeda, sama-sama bergegas ke Annancy. Suatu desa di Utara yang lumayan ramai dihuni. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah mencari pengirim surat dan menanyakan apa maksudnya. Namun, hasilnya tetap nihil. Mereka hilang sejak surat itu sampai di tangan mereka.

Last BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang