15. Say It Louder

76 11 7
                                    

Korona berjalan membelah kerumunan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Korona berjalan membelah kerumunan. Melewati banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Tangannya sempat ditahan oleh Elzio-namun, ia kembali melepasnya dan berjalan tanpa melepaskan pandangannya pada Amara.

"Berhenti di situ, Nona Korona."

Korona berhenti mendadak ketika Niccolas memberi perintah. Gadis itu kini menatap Niccolas lekat tanpa berniat mengatakan sepatah kata pun.

"Kau melanggar peraturan camp. Peraturan tetaplah peraturan." Niccolas lalu memangggil beberapa pengawal untuk mendekat. "Jaga dia hingga malam tiba."

"Apa yang bisa membuktikan bahwa tuduhan Amara sialan itu salah?"

Seluruh pasang mata kemudian beralih pada Korona. Nada bicaranya meninggi di akhir menandakan emosi gadis itu yang tidak dapat terkontrol lagi. Sementara itu, Diego dan Elzio tampak gelisah-memikirkan bagaimana mereka semua bisa keluar dari situasi ini.

"Bertarunglah denganku." Amara berdiri di hadapan Korona. Gadis itu menyeringai mengingat betapa buruknya kemampuan bertarung Korona kemarin. "Dan tunjukkan rupa aslimu, Nona Manusia."

Korona mengepalkan tangannya hingga permukaan kukunya memutih. Semua orang langsung membubarkan diri untuk mempersiapkan arena bertarung mereka berdua-lagi. Korona menatap Amara dari jauh yang balik menatapnya. Ia bahkan tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Kalah. Atau menyesal.

"Kau akan menyesal untuk yang kedua kalinya." Suara itu membuyarkan lamunannya. Pria yang telah memenuhi pikirannya itu berjalan mendekat kemudian memegang kedua lengannya. "Tatap aku, Korona. Apa aku tak cukup bicara semalam? Ia terlatih-"

"Dan tidak ada salahnya aku berusaha menang, kan? Ayahku tak pernah mengajariku untuk menyerah. Simpan kata-katamu untuk kejutan yang luar biasa." Korona mengusap pipi kanan Elzio. Gadis itu lalu menyatukan kening mereka sambil tersenyum. "Miss me, My Lord?"

Elzio terkekeh begitu juga dengan Korona. Mereka masih di posisi yang sama. "Sure, My Lady."

Korona tersenyum untuk terakhir kalinya lalu memutuskan naik ke atas ring. Ia sempat menatap Elzio dan Diego bergantian sebelum akhirnya pertarungan resmi dimulai. Korona dan Amara mulai memasang posisi kuda-kuda. Mereka berdua berputar-tampak mengulur waktu sambil mencermati kelemahan satu sama lain.

"Egomu terlalu tinggi, Korona."

Bugh!

Pukulan pertama tepat mengenai rahang Korona. Gadis itu terjatuh tersungkur-bibirnya sudah terlihat sedikit sobek. Kekuatan Amara memang tak bisa diragukan lagi.

"Kau tidak boleh menyerah, Korona."

Korona bangkit. Elzio benar. Tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya. Ia kemudian meneliti postur tubuh Amara. Mencari kesempatan untuk menyerang.

Last BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang