6. Together

165 35 7
                                    

"Syukurlah kalian baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Syukurlah kalian baik-baik saja."

Leteshia meringkuh Korona dan Ailen erat. Mereka berdua berhasil selamat dan sampai disini sekarang. Leteshia melepas pelukan lalu tersenyum hangat. Mempersilahkan mereka berdua untuk istirahat.

Korona menghampiri Elzio yang berdiri memperhatikannya dari tadi. Tangan Elzio terluka sebab perlawanan tadi. Korona mengamit kedua tangan Elzio lalu melihat Elzio iba.

"Biar aku obati saja. Apa kau tidak merasa sakit?"

Elzio terdiam sejenak. Menyesap aroma candu ketika berada dihadapan Korona. Matanya menjelajah mata cantik itu yang kelam. Tangannya yang dingin berpadu pada kehangatan yang mengalir di setiap aliran darah Korona.

"Aku hanya butuh-"

"Darah. Aku tahu itu. Hisaplah darahku, Elzio."

Saat Elzio melawan para pelindung Austin tadi, Korona memperhatikan diam-diam. Taringnya yang nampak serta caranya menghisap darah menyimpulkan bahwa ia seorang vampire.

"Tidak sembarang orang yang bisa ia hisap darahnya, Korona." Bibi Valerie datang membawa sekantung darah. "Minumlah. Jangan sekalipun berpikir untuk menghisap darah orang disekitarmu."

Elzio menerima sekantung darah itu. Beranjak pergi setelah menatap Valerie sarkas. Valerie satu-satunya orang tua yang berada di tengah-tengah mereka. Tak segan-segan wanita itu memenuhi keperluan para remaja yang saling bertolak belakang.

Ailen yang melihat Diego pergi ke taman belakang berniat menyusulnya untuk sekedar menanyakan sesuatu. Diego duduk di sebuah bangku begitu pula dengan Ailen. Sempat saling terdiam beberapa menit, Ailen akhirnya membuka pembicaraan.

"Maafkan aku, tapi sebelumnya, aku Ailen." Ailen mengulurkan tangan yang tak kunjung disambut oleh Diego. Pria ini memang terlihat marah ketika bertemu dengannya. "Baiklah, aku ingin menanyakan beberapa hal."

Entah dimana pikiran Diego saat ini. Melalang buana ke masa lampau dan tak ingin kembali. Tak seharusnya ia terjebak. Rengkuhan ibu yang paling hangat sangat membuatnya merindu sedikit melukis pilu di ujung hatinya.

"Maafkan aku atas semua yang terjadi pada ayah dan juga ibumu," ujar Ailen tulus.

Diego yang malang itu sedikit tergugah. Detik berikutnya ia menyadari manik mata Ailen. Persis seperti milik ibu gadis itu. Wanita yang telah menjalin kasih terlarang dengan ayahnya.

Belum terlalu jauh sampai ayah Ailen tahu semuanya. Sebuah skandal perselingkuhan yang diciptakan Ibu Ailen dan Ayah Diego berhasil memicu kemarahan Ayah Ailen.

Diego kecil yang kala itu membawa lukisan sederhana di tangannya terduduk pilu. Pisau tajam bertanda bangsawan menancap kokoh di dada ayahnya. Diego kecil bersimpuh menangis dengan darah yang berjejeran di lantai.

Tepat seminggu setelah pemakaman ayahnya, lagi-lagi ia harus terjerat rantai kehilangan. Ibunya ditemukan terbujur kaku setelah meminum racun mematikan.

Last BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang