Korona mengaduk susu kunyit hangatnya. Hening dan sepi ikut menyertainya. Sesekali rambutnya tersibak angin malam dari jendela yang terbuka.
Korona menyerngit. Seingatnya tadi ia sudah menutup jendela itu. Gadis itu lantas beranjak untuk menutup jendela.
Korona sempat mendongak keluar, namun tak mendapati siapapun disana. Mungkin angin malam atau bisa jadi kedua sahabatnya yang tak sengaja membuka jendela ini.
Gadis itu berbalik, namun tubuhnya tercekat. Pasokan udara dalam tubuhnya seakan mengurang dengan pesat. Matanya menatap netra merah milik pria asing itu.
Ada sorot kejam, menakutkan, dan ambisi yang terukir dibalik netra merahnya.
Austin menggenggam pergelangan tangan Korona. Erat. Hingga perih yang dirasa, walaupun takut menjadi prioritas utama saat ini.
“Ada apa? Aku sudah membuatkan susu kunyit hangat untukmu. Aku juga sudah menyiapkan kamar tamu untukmu. Beristirahatlah. Ini sudah malam.”
Korona gemetar. Apalagi mendapati tak ada respon sedikitpun dari pria asing itu. Bukannya jawaban atas semua pertanyaan Korona, Austin justru mempererat genggaman itu.
“Apa maumu?!”
“Kau dan kedua temanmu.”
“Apa maksudmu, bodoh?! Lepaskan aku!”
Korona meronta. Berusaha melepaskan diri dari pria asing itu. Namun percuma. Korona kalah telak. Tenaga Austin lebih besar dibandingkan dirinya.
Korona semakin memberontak. Gadis itu larut dalam ekspetasi kejam pria asing itu. Tangan Austin yang dingin begitu menyakitinya.
Austin tetap tenang. Menunduk menatap Korona yang masih meronta-ronta. Menyunggingkan seringai remeh dari bibir tipisnya.
“Siapa kau?!”
Korona berhenti meronta. Suara dari balik tubuh Austin tak asing lagi ditelinganya. Austin tak sedikitpun menoleh kebelakang, bahkan masih menatap Korona dengan pandangan kejam.
“Tolong aku, Leteshia. Dia menyakitiku. Dia jahat. Dia--”
“Tau apa kau tentang diriku, Nona cantik? Diamlah dan ikut denganku.”
“Jangan berharap! Bahkan seekor kera pun tak sudi berdampingan denganmu, Pria bodoh. Lepaskan aku!”
Austin terkekeh. Orang tua mereka ternyata sudah berhasil mendidik mereka. Melindungi diri dari orang lain. Bagus. Tak sia-sia dirinya mencari mereka sejauh ini.
“Lepaskan dia atau kau tahu konsekuensinya, Tuan,” sarkas Leteshia mendekat, “kau pria asing yang tak tahu diri. Lepaskan dia! Cepat!”
“Oke, oke. Akan kulepaskan.” Austin menyentak pergelangan tangan Korona. Keras. Kasar. Hingga Korona jatuh tersungkur. “Ups! Maafkan aku, Nona sok pemberani.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Blood
FantasyKetiga gadis spesial yang menjadi target mutlak siapapun yang menginginkan keabadian. Tiga spesies gabungan terkuat yang memutuskan untuk kembali mencari orangtuanya yang telah lama hilang. Mereka dipaksa berjuang. Bertahan. Dan terus menetap. Lente...