20. Darkness

34 4 3
                                    

Tepat tiga puluh menit setelah mereka merampungkan makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat tiga puluh menit setelah mereka merampungkan makan malam. Ailen, Aisar, Leteshia, dan Diego sudah berkumpul di ruangan dengan meja bundar di tengah-tengah ruangan. Sesuai janji, malam ini mereka harus membahas dan mempertimbangkan keputusan yang diberi Macario.

Mereka memilih menjelajahi seisi ruangan sembari menunggu Sherin dan Macario datang. Leteshia dengan wajah penasarannya menarik beberapa buku dari rak secara bergantian. Begitu banyak buku menarik yang mengantri untuk ia baca. Elzio dengan Aisar di sudut ruangan tampak memerhatikan beberapa gawai unik yang tergeletak di atas meja. Mereka sibuk menerka-nerka berapa koin emas yang dibutuhkan untuk mendapatkannya.

"Diego."

Yang dipanggil menoleh. Diego yang tadinya berniat membentangkan peta di atas meja--mengurungkan niatnya ketika mendapati siapa yang memanggil.

"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja kegiatanmu. Aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar."

Diego melirik lawan bicaranya dengan ujung matanya yang berdiri tepat di sampingnya. Ia bahkan tidak menolehkan kepalanya. Pria itu kemudian membentangkan peta yang memerlihatkan seisi dunia immortal dengan berbagai nama tempat yang begitu asing bagi Ailen.

"Seluas ini dan terbagi menjadi begitu banyak daerah, kenapa harus ibumu dengan ayahku yang berselingkuh?"

Ailen terperangah. Perkataan Diego yang tiba-tiba sukses membuatnya terkejut bukan main. Pasalnya, amarah dan cua begitu terdengar berkecamuk dari nada bicaranya.

"Apa yang kau lakukan ketika mengetahui ibumu telah berselingkuh dengan ayah dari anak lain selama bertahun-tahun?"

Kini, Diego tak meluruskan pandangannya. Ia bahkan menatap wajah tengak Ailen dari samping. "Apa maksudmu bertahun-tahun? Mereka hanya dua insan yang saling jatuh cinta karena waktu. Mereka terlalu sering bersama. Ayahmu adalah pengawal ibuku, kan?"

Diego berdecak. Tangannya lalu menunjuk suatu tempat di ujung timur yang bernamakan Monroe lalu mendarat ke tempat paling barat yang bertuliskan Merrill. "Bagaimana bisa seorang pria datang sejauh ini hanya untuk menjadi pengawal? Dan bagaimana seorang ratu yang notabenenya sangat terjaga memilih seorang pria asing untuk menjadi pengawalnya?"

"Dan tanpa berpikir panjang," imbuh Diego cepat ketika Ailen hendak menyanggahnya.

"Jadi maksudmu mereka telah saling mengenal sebelumnya?"

"Lebih dari itu, Ailen."

Ailen memiringkan tubuhnya menghadap Diego. Raut wajahnya berubah masam. Tampak tak bersahabat. "Katakan semua yang kau tahu. Aku tak ingin mendengar hal memalukan ini dari orang lain."

"Tak ayal lagi mengapa hubungan mereka tetap awet." Diego menyunggingkan senyum miringnya. "Ibumu pandai menyembunyikan kebenaran."

"Cukup katakan padaku atau ..." Ailen menggantung kalimatnya. Gadis itu maju selangkah sambil tersenyum singkat. "Akan ku bawa kau ke era terburukmu, Diego Gyeza Vandert," bisik Ailen tepat di telinga kiri Diego.

Last BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang