Part 5

7.7K 522 0
                                    

Pagi itu, Sisi berangkat lebih pagi. Ia ingin menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda kemarin.

Ketika ia mengunci pintu, dilihatnya Denis sudah menunggunya di depan pintu pagar.

"Bareng gue aja, yuk! Mumpung gue lagi baik nih," sambut Denis ketika Sisi melihat dan menautkan alis menatapnya heran.

"Hehehe... Boleh tuh... Lumayan ngirit ongkos... Tapi ngomong-ngomong kenapa lo berangkat pagi banget?" tanya Sisi merasa aneh.

"Gue lagi mau nge-cek sistem absensi di kantor," sahut Denis membukakan pintu buat Sisi.

"Kenapa sama sistem absensi nya?" tanya Sisi begitu Denis duduk di belakang kemudi.

"Ya... Kemarin itu tanpa sengaja gue liat ada seorang staff yang dateng telat, tapi di absensinya gak menunjukkan itu," sahut Denis mulai menjalankan mobilnya.

"Maksud kamu, manipulasi?" Denis mengangguk menjawab pertanyaan Sisi.

"Berarti semacam korupsi waktu dong?" gumam Sisi.

"Betul! Gue udah tanya sama beberapa orang, kata mereka sih staff satu itu memang sering banget dateng telat. Makanya gue sengaja dateng pagi, biar gue bisa liat gimana cara dia absen. Kenapa selama ini absensinya selalu bagus," ucap Denis tersenyum.

"Hmm.... Lo perhatian juga ya ke hal-hal kaya gitu? Bukannya itu urusan HRD ya?"

"Iya sih, tapi gue kepengen staff gue disiplin. Gue mau karyawan gue profesional dan jujur. Gue mau apa yang udah dirintis sama bokap gak hancur gitu aja. Gue harus bisa buktiin ke nyokap, bahwa gue bisa pegang amanat bokap gue," Denis berkata dengan sepenuh hati, membuat Sisi menatapnya dengan kagum.

Mereka ngobrol sepanjang perjalanan hingga tak terasa sudah sampai di depan kantor Sisi yang masih nampak sepi.

Sisi turun dan melongokkan kepalanya melalu jendela.

"Thank's tumpangannya. Semoga berhasil ya," ujar Sisi tulus memberikan semangat.pada Denis.

"Thank's juga udah mau nemenin gue di jalan," sahut Denis tersenyum dan membalas lambaian Sisi, kemudian ia melajukan mobilnya kembali.

Sisi berjalan menuju lift, dan saat lift terbuka, ia pun masuk.

Tepat saat pintu lift bergerak menutup seseorang berteriak.

"Tunggu!" refleks Sisi mebekan tombol buka sehingga pintu yang tinggal separuh itu terbuka kembali.

Ternyata Digo yang berteriak dan buru-buru masuk ke lift.

"Selamat pagi, Pak," Sisi memberi salam pada atasannya.

"Pagi, kamu kok sudah datang? Bukannya jam kerja masih satu setengah jam lagi ya?" kata Digo melirik jam tangannya.

"Emm... Iya Pak... Saya mau beresin yang kemarin belum selesai," jawab Sisi menunduk.

"Tapi gak perlu sepagi ini juga kan?"Digo melirik gadis yang sedang menunduk di sebelahnya. Apa Sisi selalu serajin ini? Ia terlihat bertanggung jawab sekali dengan pekerjaannya.

"Kalau tidak datang pagi, tidak sempat, Pak. Soalnya jam sembilan nanti, ada meeting dengan PT Barata, kemudian setelah makan siang Bapak harus meeting dengan klien dari London, Mister Anthony. Lalu..." belum selesai Sisi mengingatkan jadwal, Digo menyetop pembicaraan itu dengan mengangkat telapak tangannya.

"Si, aku cuma bilang, gak perlu sepagi ini juga kan? Tapi jawaban kamu kenapa panjang banget?" tanya Digo mengernyit. Bibirnya menahan senyum melihat Sisi melongo sesaat sebelum menunduk minta maaf.

Digo menoleh melihat Sisi. Gadis itu lucu. Wajah putihnya mudah sekali memerah. Entah waktu dia tersipu, entah saat ia terkena panas matahari, atau mungkin kalau dia marah, wajahnya juga memerah.

Tanpa sadar, Digo sudah menatap Sisi lama, dan tersadar saat lift terbuka di lantai 20, tempat ruang kerjanya berada.

Digo mempersilakan Sisi untuk berjalan mendahuluinya, memperhatikan gadis itu dari belakang. Pakaian yang dikenakan tidak seksi, malah cenderung sopan. Tapi Sisi tetap terlihat cantik dan modis.

Hmm.... Digo sadar! Batin Digo memperingatkan dirinya sendiri.

*******

Akhirnya Sisi menemukan file yang dicarinya. Ternyata file itu berada di tumpukan dalam laci kedua mejanya, bercampur dengan file-file lain.

Tanpa sadar, Sisi tersenyum lebar sambil mengecup file itu.

Di ruangannya, Digo memperhatikan polah Sisi sambil terkikik geli. Bahkan sekarang ia jadi punya hobby baru, yaitu mengintip Sisi dari balik vertical blind ruang kerjanya.

Ckckck... Digo, rupanya lo kurang kerjaan banget! Gerutu hatinya sendiri saat menyadari kelakuannya itu tidak sepantasnya ia lakukan.

BERSAMBUNG...

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang