Part 36

5.5K 351 11
                                    

Suasana temaram di sebuah cafe di bilangan Orchard Road menambah kekakuan pembicaraan kedua orang yang duduk berhadapan di salah satu sudut nya.

"Bukannya sampai sekarang lo gak pernah nemuin dia? Sampai kapan lo mau nunggu dia?" Sofi memandang laki-laki dihadapannya dengan mata berkaca-kaca.

"Selamanya mungkin," jawab laki-laki itu asal.
Ya, laki-laki itu Digo! Dua bulan berlalu, dan ia sedikitpun belum menemukan titik terang tentang keberadaan Sisi.
Denis terlalu rapi menyembunyikan gadis itu.

"Dulu lo gak nunggu gue selamanya? Hanya dua tahun, Digo! Dan lo lupain gue gitu aja?" Sofi tak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Itulah hebatnya gadis gue! Dia mampu nyingkirin lo dari hati gue hanya dalam hitungan hari!" Digo tertawa bangga.

"Gue gak nyangka, lo setega ini sama gue," tangis Sofi pecah sudah. Begitu mendengar Digo ke Singapore, ia langsung memesan tiket menyusul laki-laki yang dicintainya ini. Ia ingin meraih sisa-sisa harapan yang mungkin ada. Harapannya untuk bersama Digo.

"Mungkin ini sudah jalannya, Sof. Gue minta maaf karena gue gak bisa bales perasaan lo lagi. Semua u.dah terlambat!" sahut Digo membuang muka menghindari dirinya melihat airmata Sofi. Ia takut menjadi lemah, dan itu akan mempersulitnya menemukan Sisi dan meraih hatinya kembali.

"Apa gue bener-bener gak ada harapan lagi? Apa lo gak bisa ngasih gue kesempatan sekali aja untuk ngebuat lo cinta lagi sama gue? Gue yakin kok, gue pasti bisa bikin lo jatuh cinta lagi sama gue," Sofi memohon pada Digo. Airmatanya sudah membajiri pipinya.

Digo terdiam. Lalu ia mencobai hatinya sendiri. Ditatapnya mata basah Sofi. Mencari-cari di sudut-sudut hatinya, apakah masih ada rasa cinta yang mungkin bisa kembali tumbuh untuk Sofi. Dengan intens ia menatap raut wajah cantik yang kini penuh lelehan airmata. Dicarinya getaran yang dulu pernah ada.
Digo menggeleng.
"Tidak! Kesempatan itu sudah tidak ada! Rasa itu sama sekali sudah hilang, Sofi. Sebaiknya lo mencari orang lain yang tulus mencintai lo. Maaf, gue harus pergi," Digo berdiri dan berbalik hendak meninggalkan Cafe, saat dirasakannya Sofi memeluknya dari belakang.

"Please Digo. Gue cinta sama lo. Kasih gue kesempatan, gue akan buktiin ke lo kalau gue bisa membuat lo kembali mencintai gue," tangis Sofi mengiba.

Perlahan Digo melepaskan lengan itu dari pinggangnya dan berbalik menghadap Sofi. Digenggamnya jemari gadis itu.

"Sofi, ini terakhir kalinya gue bilang sama lo. Gue sudah gak bisa cinta lagi sama lo. Lo terlambat. Cinta gue cuma buat Sisi. Gak ada yang bisa menggantikan Sisi di hati gue. Bukan lo, juga bukan yang lain. Ehm... Gini, ada orang yang bilang ke gue, kalau Sisi pernah ngomong seperti ini, sejauh apapun kami terpisah, kalau memang jodoh, kami pasti dipertemukan. Tapi kalau kami gak jodoh, sedekat apapun kami, pasti akan terpisahkan. Dan gue janji pada diri gue sendiri, gue akan cari Sisi sampai ke ujung dunia sekalipun. Karena gue yakin, Sisi jodoh gue, bukan lo atau yang lain! Selamat tinggal Sofi, semoga lo bisa dipertemukan dengan seseorang yang benar-benar menjadi jodoh lo," Digo melepaskan tangan Sofi, tersenyum pada gadis itu dan berlari menembus gerimis.

Sofi tergugu di tempat nya. Digo sudah tidak teraih lagi. Ia menyesali kebodohannya, melepaskan cinta Digo hanya untuk seorang laki-laki yang tidak melihatnya sama sekali. Dan kini, Digo menjelma menjadi sosok laki-laki itu, tidak melihatnya sama sekali, meski ia menangis darah sekalipun.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Pesawat yang Digo tumpangi sudah mendarat di Bandar Udara Paris, Charles de Gaulle. Setelah dari Singapore, ia langsung terbang ke Bangkok, Vietnam, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, London, terakhir ke Belanda sebelum akhirnya ke Paris. Sial, Denis benar-benar membuatnya pusing. Tapi ia tidak akan menyerah begitu saja.

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang