Part 52

5.4K 325 13
                                    

Malam semakin larut. Denis belum sedikitpun merasa ngantuk.
Pikirannya berkecamuk. Ia yakin, cintanya hanya untuk Sisi. Tapi apa yang dilihatnya di ujung taman yang diterangi temaramnya lampu taman itu membuatnya merasa tidak nyaman. Ia melihat Sherin. Berdua. Dengan siapa? Denis tidak bisa melihat dengan jelas wajah laki-laki itu.
Perasaan apa ini? Denis menggelengkan kepalanya pelan. Apa mungkin ia mulai mencintai Sherin? Tapi perasaannya pada Sisi masih tetap sama, tidak berkurang sedikitpun! Apa yang terjadi dengan perasaannya?

Denis menghela nafas panjang. Ia harus bertemu Sherin. Ia harus memastikan apa yang terjadi dengan perasaannya.
Denis melirik jam yang melingkar di tangannya. Sudah larut malam. Mungkin Sherin sudah terlelap. Tapi, apa salahnya mencoba, bukan?

Denis mengambil ponselnya. Menekan sesuatu di kontaknya, dan menunggu.

"Hallo?" terdengar suara di seberang.

"Mmm... Sherin?"

"Ya, kenapa malam-malam gini nelfon, Nis?" suara di seberang masih jernih. Sherin belum tidur rupanya.

"Mmm... Sher, besok kita ketemuan bisa kan?" ini pertama kalinya Denis berinisiatif mengajak Sherin bertemu. Dari keinginannya sendiri!

"Besok? Aduh, sorry banget, Nis. Aku gak bisa. Besok ada meeting di kantor, terus lanjut ke lokasi. Ada yang mau booking buat acara Wedding gitu. Sorry ya?"

"Oh... Gak bisa ya? Kalau sorenya?" Denis berharap ia bisa bicara berdua dengan Sherin.

"Mmm... Aku gak bisa pastiin, soalnya aku gak tau selesai jam berapa."

"Kalau besoknya lagi?"

"Besok aku kabarin ya. Ada apa sih? Penting ya?"

"Mmm... Cukup penting sih. Ya udah, besok kabarin aku, kapan kita bisa ketemuan."

"Oke. Besok aku kabarin."

"Ya, selamat tidur," setelah menutup telfonnya, Denis tertegun. Apa yang tadi dia bilang? Selamat tidur? Ada apa ini? Dan kenapa sekarang mau ketemu Sherin jadi sulit gini? Apa karena Sherin sudah punya kesibukan?

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Sisi bersedekap menatap Digo dengan kesal. Digo masih menunduk meneliti berkas-berkas yang ada di depannya.

"Kamu sebenernya cinta gak sih sama aku?" tanya Sisi menyentak kesal. Hampir satu jam ia diabaikan begitu saja oleh Digo.

Digi mendongak tersenyum pada Sisi yang merengut dihadapannya.

"Kok gitu sih nanya nya? Ya aku cinta dong sama kamu. Kenapa? Masih gak percaya?" tanya Digo menutup berkas yang ada di meja. Ia berdiri menghampiri Sisi, menarik gadis yang masih cemberut itu berdiri.

"Kok cemberut sih Sayang? Senyum dong," kata Digo lucu. Ia terkekeh melihat Sisi kesal padanya.

"Kamu udah gak sayang sama aku!" sahut Sisi dengan suara rendah. Matanya mulai berair.

"Siapa bilang? Aku sayang banget loh sama kamu. Maaf ya udah bikin kamu bete. Aku gak punya maksud bikin kamu kesel. Aku cuma pengen kerjaanku cepet selesai, and after that.... I'm yours," kata Digo memeluk Sisi, mengusap rambut gadisnya dengan lembut.

"Bener?" tanya Sisi tidak percaya.

"Beneran Sayang, masa aku bohong sih?" Digo tersenyum mengecup sebelah pipi Sisi sekilas.

"Ya udah deh. Sana terusin kerjanya! Tapi aku pinjem Erick ya," kata Sisi mulai jahil.

"Eh, mau ngapain?" tanya Digo heran. Di wajahnya nampak sekali kalau ia cemburu.

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang