Part 18

5.7K 345 0
                                    

Hujan turun cukup deras. Sisi masih berdiri di lobby menunggu hujan reda.

Tiba-tiba Sisi melihat sebuah mobil merah berhenti tepat di depan pintu lobby kantor Sisi.

Pintu kaca pengemudi diturunkan.

Sisi tersenyum melihat sebuah senyuman menyapanya melalui jendela kaca itu.

"Denis? Kok lo gak nelfon dulu kalo mo jemput?" tanya Sisi tertawa kecil lalu masuk ke dalam mobil dibarengi suitan beberapa teman kantornya yang masih disitu menunggu redanya hujan.

"Gue tuh tadinya gak niat jemput lo sih, cuma gak tau nih, kok kaya nya ada dorongan buat nyamperin lo kesini. Eh... Ternyata bener... Tetangga gue butuh tumpangan... Hahaha..." sahut Denis diikuti tawa renyahnya.

"Lo tuh udah kaya guardian angel tau gak?" senyum Sisi membalas kata-kata Denis.

"Oya? Emang lo ngerasa gitu?" Denis menaikkan sebelah alis bagusnya.

"Ya gimana nggak coba? Ingetbpas pertama kita ketemu? Lo kan yang nyelamatin gue dari kerasnya lantai Mall? Pas gue lagi kangen sama mama papa dan kakak gue, lo juga pas dateng. Sekarang, gue lagi butuh tumpangan, hehehe... Lo dateng... Pas banget kan?" tawa Sisi pelan.

"Hmm... Berarti... Nama lo di kontak gue ganti sama My Princess aja. Kan princess emang harus dilindungi?" Denis tersenyum lebar melirik Sisi yang tertawa mendengar kata-kata Denis.

"Kalo gitu, nama lo juga gue ganti My Guardian Angel," Sisi langsung mengedit sesuatu di ponselnya.

Denis menepikan mobilnya didepan rumah Sisi, lalu mengambil ponselnya sendiri, mengganti nama kontak Sisi di ponselnya dan menunjukkannya pada Sisi.

Sisi juga menunjukkan apa yang sudah di editnya dan ditunjukkan pada Denis. Lalu keduanya tertawa.

Denis kemudian mengambil payung di belakang jok nya, meminta kunci pagar pada Sisi dan keluar dari mobil untuk membuka pintu pagar lebar-lebar agar mobilnya bisa masuk ke halaman rumah Sisi.

Setelah memasukkan mobil dan memarkirnya tepat di muka pintu rumah yang dinaungi kanopi besar, Denis pun turun membukakan pintu untuk Sisi sambil sedikit membungkukkan badan laksana seorang prajurit menghormat pada ratunya.

Lalu dengan berlari kecil dengan payung di tangannya, ia menutup pintu pagar sebelum kembali ke teras.

Sisi sudah membuka pintu rumahnya, menyuruh Denis masuk.

Sementara Denis duduk di ruang tamu, Sisi masuk dan keluar lagi dengan sehelai handuk yang diberikannya pada Denis.

Setelah itu Sisi ke dapur untuk membuat dua cangkir coklat panas.

"Nis, nih gue bikinin coklat panas. Biar badan lo anget. Biar gak sakit!" Sisi mengulurkan secangkir pada Denis yang menerimanya dengan tatapan terimakasih.

"Ngomong-ngomong, lo betah kerja di kantor lo?" tanya Denis saat Sisi akan berjalan masuk.

"Betah. Kenapa lo nanya gitu?" kening Sisi mengerut.

"Gak pa pa. Emang lo mau kemana sih? Dari tadi mondar-mandir keluar masuk gak brenti brenti," gerutu Denis.

"Ada deh... Tunggu bentar ya..." Sisi tersenyum dan segera kabur ke dalam, meninggalkan Denis yang mengalihkan perhatiannya pada remote televisi dan dengan cekatan memgganti-ganti channel tv didepannya.

Setengah jam kemudian, Sisi keluar dengan dua piring nasi goreng beraroma menggugah selera.

Denis tersenyum lebar.

"Tau aja lo kalo gue lagi laper?" Denis menerima sepiring nasi goreng buatan Sisi, meletakkannya di meja, memfoto nasi goreng itu dan mem-post nya dengan caption :

'Thank you My Princess for the most delicious fried rice I've ever eaten"

Sisi yang melihat postingan itu membalasnya dengan : 'Ur welcome My Guardian Angel'

Lalu mereka tertawa.

"Kenapa kita jadi alay gini ya?" tanya Sisi tertawa geli dengan tingkah mereka.

"Lo tuh asal mulanya!" ledek Denis.

"Kok gue? Yang buat postingan siapa?" cibir Sisi gak mau kalah.

"Ya abis gak tahan liat nasi goreng yang baunya sedaaaap...hmmm...." Denis tersenyum memejamkan matanya, mengendus aroma nikmat yang mengepul dari nasi goreng di hadapannya.

"Udah ah, keburu dingin nanti. Ayo dimakan," kata Sisi lalu mereka pun makan dengan lahap, terutama Denis yang porsinya memang sengaja Sisi beri lebih banyak.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Digo turun dari mobilnya, membiarkan mesinnya tetap hidup. Setengah berlari buru-buru masuk lift menuju ruang kerjanya.

Digo terdiam. Lantai 20 sudah kosong. Ia kembali masuk ke dalam lift yang membawanya kembali turun.

Ia berjalan pelan. Di lobby hanya ada dua orang Security dan beberapa orang yang masih menunggu redanya hujan.

"Fer, kamu liat Sisi?" tanya Digo pada staff IT yang masih berdiri disitu.

"Eh, saya liat tadi udah pulang Pak. Kira-kira seperempat jam yang lalu, iya kan Son?" Ferdi, staff IT itu meminta dukungan pada Soni, teman sebagiannya yang juga masih menunggu disitu.

"Iya, Pak Digo, Sisi tadi dijemput mobil merah. Kaya nya sih cowoknya," sahut Soni mengangguk membenarkan keterangan temannya.

"Oh, ya sudah," angguk Digo tersenyum, lalu beranjak masuk ke mobilnya dan melarikannya dari situ.

"Ngiri gue sama si Boss. Masih muda, tajir, sukses, pekerja keras, cewek manapun pasti tunduk sama dia, mana ganteng lagi," gumam Soni menatap bayangan mobil berwarna putih yang melesat membelah tirai hujan yang begitu rapat.

"Tapi sepertinya ada yang aneh sama Big Boss kita itu, Sob! Masa jam segini nyariin sekretarisnya? Mau ngapain?" timpal Ferdi.

Soni mengedikkan bahunya, acuh. Ngapain juga ngurusin urusan Boss nya. Mending ia mikir kehidupannya sendiri.

BERSAMBUNG...

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang