Part 33

5.1K 326 13
                                    

Sisi sedang berdiri di balkon kamar Villa sambil bersedekap. Menatap hamparan pohon teh yang sedang dipetik pucuk-pucuknya oleh para pekebun.
Rasa damai menyelusup memasuki hatinya. Denis sungguh berbaik hati membiarkannya tinggal di Villa besarnya.

Tapi, rasa damai itu lenyap saat Sisi melihat sosok yang sangat dikenalnya.
Laki-laki itu bersama seorang gadis cantik. Sisi ingat, gadis itu bernama Sofi. Hmm... CLBK kata orang... Cinta lama belum kelar... Atau... Cinta lama bersemi kembali.... Atau apalah itu...
Gadis itu nampak bahagia. Dengan manja bergelayut di lengan kokoh laki-laki itu. Lengan yang sama yang pernah memeluknya.

Sisi memeluk dirinya sendiri. Menahan sakit yang muncul bersamaan dengan pemandangan yang dilihatnya. Gadis itu memeluk mencium si lelaki. Setelah itu, sang lelaki mengelus kepala gadis itu dengan sayang.

Lelaki itu Digo! Menorehkan kembali luka yang belum lagi kering.
Sisi luruh. Kakinya tidak kuat menopang beban hatinya. Ia merosot duduk bersandar di pojok balkon. Memeluk lutut dan menangis disana.

Entah berapa lama ia menangis, karena saat topan badai dihatinya sedikit mereda, ia berdiri dan tidak melihat lagi kedua insan itu ditempat tadi.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Denis terburu-buru berjalan ke mobilnya. Ada perasaan tidak enak memenuhi hatinya. Tiba-tiba saja ia teringat Sisi.
Denis.melajukan mobilnya kencang. Ia ingin segera menemui Sisi. Ia sudah menelpon Sisi, tapi ponselnya tidak aktif. Ketika dicobanya menelfon Bi Yanti, wanita paruh baya itu sedang bersih-bersih, dan tidak tau keadaan Sisi. Karena Bi Yanti bilang kalau Sisi sedang berada dikamarnya.

Tapi kenapa hatinya terasa sakit seperti ini? Kenapa seolah-olah ia merasa terjadi sesuatu pada Sisi?

Perjalanan yang biasanya ia tempuh sekitar tiga jam, kini ditempuh Denis dalam waktu dua jam.
Begitu sampai, Denis langsung berlari menuju ke kamar Sisi, dibarengi tatapan heran Mang Didin dan Bi Yanti.

Denis perlahan membuka pintu kamar Sisi yang ternyata tidak dikunci.
Dan pemandangan yang dilihatnya membuat jantung Denis seperti diremas.

Sisi duduk di pojok kamar, memeluk lututnya. Tubuhnya berguncang hebat. Sisi menangis. Kenapa? Bukankah tadi pagi ia masih menerima telfonnya dan mengatakan semua baik-baik saja?
Perlahan Denis mendekati Sisi. Disentuhnya bahu Sisi lembut, seolah takut menyakiti fisik gadis itu.
"Sisi? Kamu kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Denis pelan.

"Nis, aku... Aku gak bisa..." Sisi memeluk Denis dan menumpahkan semuanya disana.
Denis dengan susah payah mendengar cerita Sisi dan berusaha mencernanya karena Sisi menceritakannya dengan terbata-bata ditengah isak tangisnya.

Denis mengusap punggung Sisi lembut.

"Apa... Apa gue ... Begitu... ...begitu tidak berarti...buat Digo, Nis? Kenapa... ...kenapa...kenapa...dia tega ... nyakitin gue... Gue.... Apa salah gue? ... Nis, gue gak bisa... Gue .... Gak bisa lupain...Digo... Tolongin gue, Nis," Denis merengkuh gadis itu dan mendudukkannya di kursi rias yang ada di dekatnya, lalu Denis berlutut di depannya.

"Sisi, ijinkan gue berbuat sesuatu buat lo. Ijinkan gue," Denis menggenggam jemari Sisi erat.

Sisi menatap Denis dengan pandangan kabur. Dan sebelum semuanya gelap, Sisi sempat mengangguk mengiyakan apa yang Denis minta.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Siang itu teramat terik. Denis membawa dua botol air mineral dan memberikannya satu untuk Sisi.

"Gue gak tau lagi harus bilang apa. Rasanya, ribuan ucapan terimakasih juga gak akan cukup. Tapi, gue bener-bener harus ngucapin terimakasih untuk semua perhatian lo ke gue, dan untuk semua yang udah lo lakuin buat gue. Juga buat bantuan-bantuan lo," Sisi memandang Denis dengan tatapan berterimakasih.

"Rasanya gue pernah bilang kalau gudang gue udah penuh sama ucapan terimakasih deh, Si. But, you know...everything i do for you," sahut Denis tersenyum lebar.

Sisi membalas senyum itu dengan tulus.
"You know what? I have a best friend and best guardian angel in the world. And it was enough for me. Thank's for all your kindness, Denis," Sisi memeluk Denis.

Suara panggilan untuk penumpang dengan tujuan Paris memenuhi ruang tunggu. Sisi dan Denis bangkit dari duduknya, ikut berbaris bersama penumpang lain.

Semenjak kejadian di Villa itu, Denis mengurus segala keperluan yang dibutuhkan Sisi.
Dan sekarang, Denis akan mengantarkan Sisi ke kota penuh romansa, kota mode, Paris!

Rencananya, Sisi akan tinggal bersama teman Denis disana dan ikut semacam sekolah mode sekalian membantu di rumah mode milik Jaqueline, teman Denis juga.

Sisi menoleh ke belakang sekali lagi. Selamat tinggal Indonesia, selamat tinggal Digo!

Hanya waktu yang bisa menjawab, apakah takdir akan mempertemukan kita kembali atau tidak. Sekarang aku hanya berpegang pada satu hal. Jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, maka pasti akan ada jalan yang akan mempertemukan kita, ucap Sisi dalam hatinya sebelum melangkah memasuki pesawat yang akan membawanya pergi jauh.

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku

Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Andai engkau tahu betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu isi dalam doaku
Ku tahu tak mudah menjadi yang kau pinta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

Jika aku bukan jalanmu
Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu

Ku berhenti mengharapkanmu
Jika aku memang tercipta untukmu
Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu

BERSAMBUNG...

Buat yang udah tunjuk tangan di comment... @Ikka_Dj , @cerita_bersambungNNA , @angelinsovina , update di atas buat kalian....

Selamat menikmatiiiii.....

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang