Part 30

5.4K 319 2
                                    

Denis memeluk tubuh mungil itu dengan sayang. Sementara gadis itu masih menangis di dada bidangnya. Denis membiarkan Sisi menumpahkan semua rasa sakit melalui airmatanya. Denis bisa merasakan bagaimana sakit hati yang dirasakan Sisi.

Perlahan isak tangis Sisi makin lirih. Dan perlahan juga ia melepas pelukan Denis. Ia memandang Denis dan tersenyum malu.

"Maaf, sudah bikin baju lo basah," ujar Sisi menunduk.

"Gak pa pa. Yang penting lo lega. Tapi... Setelah ini lo gak boleh nangis lagi ya my princess... Sayang tuh air matanya dibuang-buang. Kalo.banjir gimana?' tanya Denis tertawa kecil.

"Thank's ya, Nis. Lo selalu ada buat gue. Lo bener-bener guardian angel gue," Sisi mengusap air matanya.

"You're wellcome my princess," Denis membungkuk menghormat seperti seorang bawahan pada ratunya, membuat Sisi tergelak.

Denis tersenyum menatap Sisi yang sudah bisa tertawa geli melihat tingkahnya.

"Masih mau disini? Atau mau pulang?" tawar Denis. Ia akan dengan sukarela menemani Sisi di tempat itu jika Sisi menginginkannya.

"Gue rasa, gue udah jauh lebih baik sekarang. Sebaiknya kita pulang, Nis." kata Sisi.

Denis mengangguk. Tak lama kemudian, mereka sudah dalam perjalanan pulang.
Karena kelelahan menangis, Sisi tertidur.
Dan ketika sampai di depan rumah Sisi, Denis tidak tega membangunkan Sisi. Ia pun membawa Sisi ke rumahnya.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

"Sisi kenapa, Nis?" tanya Mama Denis melihat anak semata wayangnya menggendong Sisi dan membaringkannya di kamar tamu.

"Sisi ketiduran, Ma. Kasihan dia!" dan Denis pun menceritakan secara ringkas apa yang dialami Sisi.

"Ya udah, biarin dia tidur disini, kamu istirahat sana," jawab mamanya yang diangguki dengan patuh oleh Denis.

Denis pun masuk ke kamarnya, tapi tidak sedetik pun ia bisa memicingkan matanya. Bayangan pancaran terluka dari mata Sisi mempengaruhi hatinya. Tapi ia tidak bisa begitu saja mendatangi Digo dan melabraknya karena sudah membuat Sisi patah hati. Persoalan itu antara Sisi dan Digo. Denis hanya orang luar yang tidak berhak ikut campur masalah mereka.

Tapi Denis juga tidak ingin Sisi tersakiti seperti sekarang ini. Ia ingin melindungi Sisi. Menjaga Princess nya baik-baik agar tidak tergores sedikitpun. Ia ingin memastikan Sisi bahagia.

Denis tidak pernah memaksakan perasaannya pada Sisi. Ia sangat menghormati apa yang sudah menjadi keputusan Sisi. Meskipun itu terasa pahit baginya. Ia sudah cukup bahagia melihat pujaannya bahagia. Kedengarannya klise, tapi memang seperti itulah yang Denis rasakan.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Sinar matahari menerobos melalu celah gordyn yang tidak tertutup rapat. Sisi menggeliat dan pelan-pelan membuka matanya. Ia merasa asing dengan kamar yang ditempatinya.
Sisi duduk dan mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ah ya, ia bersama Denis semalam. Denis menemaninya saat ia menumpahkan semua kesedihannya. Bahkan ia belum sempat mandi semalam.
Sisi.mengedarkan pandangannya menyapu seluruh ruangan itu sekali lagi. Ia beranjak turun dan menyeret langkahnya ke kamar mandi yang ada di dalam kamar yang ditempatinya itu.
Setelah membersihkan dirinya, dengan baju kerja yang ia pakai kemarin, ia melangkah keluar. Di meja makan dilihatnya Tante Andin dan Denis sudah duduk menikmati sarapannya.

Denis menoleh ke arah Sisi ketika ia melihat gerakan melalui ekor matanya.

"Hai, morning Sisi," senyum Deni mengembang melihat Sisi terlihat baik-baik saja.

"Hai Denis... Tante Andin... Maaf, Sisi sudah ngerepotin," Sisi menunduk.
"Kenapa gak bangunin gue sih?"Sisi menyodok rusuk Denis dengan sikunya. Matanya mendelik.

"Hehehe... Sorry...gue gak tega. Abis lo pules banget," sahut Denis meringis karena sodokan Sisi.

"Nggak apa-apa, Sisi. Ayo sini, kita sarapan bareng. Nanti kamu biar diantar Denis pulang untuk ganti baju, dan kamu bisa berangkat kantor sama-sama," kata Mama Denis dengan senyum maklum.

Sisi mengangguk, lalu bergabung di meja makan untuk sarapan. Ia melihat keakraban Denis dan mama nya. Rasa kehilangan itu kembali menguasainya. Wajahnya murung dan matanya berkaca-kaca. Dan Denis melihat itu.

"Kenapa, Si? Lo nangis? Gak enak badan? Apa perlu gue antar ke doktet?" Denis meletakkan punggung tangannya ke dahi Sisi dengan panik.
Siai yang menyadari bahwa kesedihannya membuat Denis heboh, tertawa kecil sambil menggeleng.

"Gue gak pa pa. Cuma keingetan mama papa aja. Lihat keakraban lo sama tante Andin, gue jadi kangen sama orang tua gue," kata Sisi menghela nafas dan membuangnya pelan.

"Sudahlah, Si. Kalau kamu mau, Sisi boleh kok anggap tante sebagai mama Sisi," Tante Andin mengelus kepala Sisi dengan penuh kasih sayang.
Sejak Denis mengenalkan gadis itu padanya, mama Denis sudah menyayangi Sisi seperti ia menyayangi anaknya sendiri. Ada sesuatu dari dalam diri Sisi yang membuatnya mempunyai perasaan itu pada gadis mungil dihadapannya ini.

Setelah sarapan, Denis mengantar Sisi pulang ke rumahnya sekalian berangkat ke kantornya.

"Mmm... Nis, gue gak masuk kerja hari ini. Gue mau sendiri dulu. Gue gak pengen ketemu Digo. Gue... Gue butuh waktu untuk nyembuhin hati gue. Ya meskipun gue tau gak akan bisa," Sisi menunduk.

Denis menatap gadis itu dengan hati sakit. Andai saja rasa yang dimiliki Sisi itu mengarah padanya, ia yakin, ia mampu membuat Sisi menjadi orang yang paling bahagia.
Denis mendekat dan merengkuh gadis itu. Mencoba memberi kekuatan agar gadis itu tegar. Lalu, muncullah ide itu dikepala brilliannya. Setidaknya Ia bisa mengawasi Sisi agar tidak berbuat nekat meskipun ia tau Sisi tidak mungkin melakukannya, tapi untuk berjaga-jaga tidak ada salahnya kan?

"Kenapa lo gak ikut gue ke kantor aja. Kita bisa have fun disana
Lo bisa refreshing di Mall deket kantor gue," Denis menyampaikan usulnya sambil tersenyum lebar.

Sisi menatapnya lama. Ia ingin sendiri, bukan berada di keramaian.
"Sebaiknya nggak deh, Nis. Gue pengen sendiri," tolak Sisi lirih.

"Lo yakin? Apa kalau lo dirumah, lo bisa tenang? Apa Digo gak nyariin lo kesini?" pertanyaan Denis membuat Sisi terdiam dan berpikir.
Betul juga kata Denis, kata Sisi dalam hati.

"Tapi gue pengen sendiri dulu, Nis," sahut Sisi.
Denis mengerutkan dahinya sejenak dan tersenyum.

"Oke, lo siap-siap gih. Gue anter ke villa gue, lo bisa tinggal disana selama lo mau. Sementara lo siap-siap, gue telfon sekretaris gue dulu buat reschedule," ujar Denis mendorong Sisi masuk ke rumah, lalu ia mengeluarkan ponselnya menghubungi sekretarisnya.
"Hallo? Tara? Iya, kamu atur ulang schedule hari ini, saya ada perlu. Kemungkinan saya gak masuk hari ini," kata Denis mengkonfirmasi ketidak hadirannya.

Denis tersenyum melihat tubuh mungil Sisi keluar sambil menyeret-nyeret travel bag nya. Denis langsung mengambil alih travel bag itu dan memasukkan ke mobilnya.

Sisi menatap Denis dengan penuh rasa terimakasih. Untung ada Denis, sehingga ia tidak perlu merasa sendiri. Denis yang selalu ada saat ia membutuhkan tempat untuk berbagi, baik suka maupun duka.

BERSAMBUNG...

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang