Part 22

5.8K 380 2
                                    

Denis memandang gadis yang duduk didepannya dengan sabar. Gadis itu hanya diam sejak pertama mereka menempati salah satu meja di foodcourt Mall besar itu.

Dipandanginya wajah bingung Sisi dengan alis bertaut. Wajah itu teramat lugu dan mata bening itu seperti sebuah jendela yang terbuka lebar, sehingga Denis bisa melihat apa yang terjadi didalamnya.
Ia tau, Sisi sedang gelisah. Dan ia juga tau, kegelisahannya kali ini berasal dari hati.

"Sisi, mau cerita?" tanya Denis hati-hati menyentuh punggung tangan Sisi sekilas, namun sentuhan ringan itu bisa membuat Sisi terlonjak kaget.
Denis tau, Sisi sedang melamun. Tapi ia tidak tau, apa yang sedang dilamunkan gadis mungil berkulit putih itu.

"Ehm... Cerita? Cerita apa?" tanya Sisi gelagapan.

Denis tersenyum lagi. Memandang mata Sisi lekat-lekat sebelum gadis itu sibuk membuat bulatan dari tissue yang di genggamnya.

"Gue tau lo sedang gelisah. Gue bersedia kok jadi pendengar lo," ujar Denis tanpa melepas senyumnya.

"Ah... Apaan sih? Gue gak gelisah kok," elak Sisi, lalu menghela nafas.

"Beneran lo gak mau cerita? Siapa tau beban hati lo sedikit ringan kalo lo membaginya sama gue," Denis sedikit membungkukkan badannya agar bisa menatap wajah Sisi.

"Gue.... Gue bingung... Bingung sama perasaan gue akhir-akhir ini," Sisi memandang Denis yang tersenyum menenangkannya, memberinya kekuatan untuk mengungkapkan apa yang menjadi bebannya.
Dan mengalirlah semua dari bibir tipis Sisi, tentang apa yang dirasakannya. Sementara Denis mendengar kan dengan raut muka tenang, meski hatinya tergores makin lama makin dalam.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Denis berdiri di balkon kamarnya sendiri menatap kosong. Pikirannya terpaku pada ingatan pembicaraannya dengan Sisi siang tadi. Gadis itu terlihat gelisah. Awalnya ia ragu mengungkapkan kegelisahannya. Tapi tak lama, semua mengalir begitu saja dari bibir tipisnya.
Denis pernah bertemu laki-laki itu. Laki-laki yang mengungkapkan perasaannya pada Sisi. Ia mengenalnya karena Sisi yang memperkenalkan mereka. Dan mereka bertiga dipertemukan dalam waktu yang bersamaan, beberapa bulan silam.

Waktu tidak dapat mengukur seberapa cepat perasaan seseorang berkembang. Sisi pernah bercerita, bahwa atasannya mengungkapkan perasaannya pada Sisi. Tapi waktu itu, Denis yakin, Sisi belum mempunyai perasaan apapun terhadap laki-laki itu. Sisi lebih dekat pada Denis.
Tapi entah bagaimana perasaan itu tumbuh di hati Sisi.
"Gue gak tau bagaimana awalnya, karena tiba-tiba saja setiap gue dekat dengannya, jantung gue berdetak cepat. Setiap gue menerima semua perhatian manisnya, gue merasa melayang. Dan setiap gue menatap senyumnya, gue diam-diam berharap jika senyum itu akan selalu ada buat gue. Dan yang lebih parah lagi, gue merasa ada sesuatu yang hilang saat dia gak ada di dekat gue," kata-kata Sisi terngiang di telinga Denis.
Denis tau, Sisi sedang jatuh cinta. Tapi kenapa bukan dengannya? Selama ini Sisi selalu dekat dengannya, bahkan Denis dengan leluasa masuk ke rumah Sisi tanpa Sisi merasa risih. Bahkan Sisi pernah bilang kalau Denis itu sepertu Guardian Angel buatnya, dan Denis bilang bahwa Sisi itu Princess yang harus dijaganya dengan sepenuh hati.

Tapi kenapa pilihan hati itu tidak jatuh kepadanya? Kenapa justru pada atasannya? Denis masih ingat saat Sisi memperkenalkannya pada Digo sore itu. Ia dapat melihat betapa canggung dan tidak nyamannya Sisi bersama laki-laki itu. Sisi lebih terbuka bersamanya. Tapi kenapa sekarang berubah?

Denis mengacak rambutnya bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus berseliweran di otaknya.
Yang ia tau, ia sudah jatuh cinta dengan gadis mungil itu sejak awal ia menyelamatkan gadis itu dari kerasnya lantai Mall beberapa bulan lalu. Perasaan ingin berada di dekat gadis itu membuatnya gila-gilaan mendekati Sisi, hingga akhirnya ia cukup dekat bahkan dengan leluasa ia memasuki kehidupan gadis mungil itu.
Tapi kenapa justru Digo tang mampu menggerakkan hati Sisi? Membuat jantungnya berdebar saat berada didekat atasannya? Kenapa Sisi tidak mempunyai perasaan yang sama dengannya saja? Kenapa harus Digo?

Denis menghela nafas entah untuk yang keberapa kalinya. Menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir kegundahannya saat malam semakin pekat.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Sore ini langit berbias merah. Sisi meneliti kembali penampilannya. Digo sudah menunggunya di ruang tamu. Tadi setelah makan siang dengan klien, Digo menghampiri mejanya dan mengajaknya dinner.

Sisi meraih tas tali panjangnya, melirik penampilannya lagi dan bergegas menemui Digo di ruang tamu.

Digo berdiri sambil tersenyum menyambut Sisi dan mengulurkan tangannya.
Ragu-ragu Sisi menyambut uluran tangan Digo yang segera menggenggam dan menariknya lembut menuju ke mobil yang diparkirnya di depan rumah.
Digo membukakan pintu dan mempersilakan Sisi masuk ke mobilnya sebelum ia sendiri masuk ke belakang kemudi.

Seseorang nampak memperhatikan kepergian Digo dan Sisi dari jarak yang cukup jauh.
Wajahnya nampak sendu, lalu berbalik berjalan menuju rumahnya sendiri dengan langkah gontai.

BERSAMBUNG...

I'm back.... Meskipun kerjaan bikin puyeng... Tapi aku bela-belain buat update  cerita ini.
Yaaa.... Meskipun rada-rada gak jelas gitu....atauuuu..... Malah gak jelas sama sekali???
Wkwkwk....

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang