Part 2

10.1K 603 0
                                    

Sisi diantarkan oleh kepala bagian HRD ke sebuah ruangan. Seorang laki-laki sedang mondar-mandir, sibuk berbicara melalui ponselnya. Cahaya yang masuk melalui kaca membuat laki-laki itu seperti siluet. Hingga akhirnya laki-laki itu menyelesaikan pembicaraannya dan berjalan ke mejanya.

Sisi menatap laki-laki itu, begitu juga sebaliknya. Keduanya sama-sama terkejut.

"Kamu boleh kembali ke ruangan kamu," kata laki-laki itu pada Rasti, kepala bagian HRD yang mengantar Sisi ke ruangan itu.

"Hmm.... Sisi kan?" tanya laki-laki itu tersenyum.

"Kamu.... Yang kemarin kan? Mmm... Digo... Eh... Bapak Digo..." wajah Sisi memerah. Ia tidak menyangka bahwa laki-laki yang dihadapannya adalah laki-laki yang bertabrakan dengannya kemarin di pertokoan tempat ia belanja baju-baju kerja.

"Yaaa.... Bolehlah di kantor kamu panggil Bapak. Tapi kalo diluar, panggil nama aja ya... Kita seumuran ini..." Digo menampilkan senyum mautnya.

Sisi tersenyum mengangguk kecil.

"Oke, jadi kamu kerja disini sebagai sekretaris aku. Aku mau kamu profesional. Sekretaris yang lama aku pecat karena gak becus kerja. Meja kerja kamu di depan ruang ini. Kamu ngerti?" jelas Digo.

Sisi mengangguk.

"Mengerti, Pak," jawabnya sopan.

"Kalau gitu, kamu siap-siap, sebentar lagi aku ada meeting. Kamu bawa agenda ini. Kamu pelajari, dan susun jadwalku dengan rapi. Aku gak mau kejadian dengan sekretaris lama terulang lagi. Jadwal acak-acakan, bertubrukan, gak jelas sama sekali," perintah Digo yang langsung dijawab Sisi dengan anggukan dan segera berjalan keluar.

"Mmm... Si," panggil Digo sebelum Sisi mencapai pintu.

Sisi menoleh dan berbalik.

"Selamat bergabung di Blue Eagle," senyum Digo mengembang.

"Terima kasih, Pak," angguk Sisi tersenyum lalu berjalan ke mejanya.

*******

Sisi sedang sibuk mengetikkan laporan hasil meeting pagi tadi di komputer. Wajahnya terlihat serius dengan dahi berkerut, menandakan ia berpikir keras.

Digo mengintip dari vertical blind dalam ruang kerjanya. Ia tersenyum. Ini awal yang bagus. Cara kerja Sisi yang cekatan dan praktis, membuatnya berpikir bahwa gadis itu mempunyai bobot, tidak sekedar cantik tapi berotak udang seperti sekretaris sebelumnya.

Entah berapa banyak perempuan yang menjadi sekretarisnya, selalu ada saja yang membuat Digo kesal. Entah tidak pandai mengatur jadwal,  tidak teliti, ada yang kurang rapi, bahkan ada yang melamar menjadi sekretaris nya dengan tujuan yang membuatnya geleng-geleng kepala. Apalagi kalau bukan kecentilan bergenit-genit dengan kliennya, setelah tidak mempan menggodanya?

Melihat Sisi yang bukan saja cantik, tapi juga pintar dan cekatan serta sopan, membuatnya dapat bekerja dengan nyaman dan tenang.

Digo melihat Sisi mulai mencetak hasil laporannya dalam waktu kurang dari setengah jam. Luar biasa untuk ukuran sekretaris baru.

Digo segera duduk ke kursinya kembali saat dilihatnya Sisi berdiri, memasukkan hasil print out nya ke dalam map dan berjalan menuju pintu ruangannya.

"Maaf mengganggu, Pak. Ini laporan hasil rapat pagi tadi," kata Sisi meletakkan map biru muda ke hadapan Digo.

"Hmm... Terimakasih," jawab Digo membuka map itu dan membaca isinya. Sisi menunggu dengan was-was. Ini hari pertamanya. Ia tidak boleh melakukan kesalahan. Apalagi setelah mendengar keluhan atasan barunya mengenai sekretaris sebelum-sebelumnya.

"Bagus, setelah ini kamu file dengan hasil meeting yang sudah-sudah," Digo menandatangani laporan itu dan menyerahkan kembali pada Sisi sambil tersenyum.

Sisi mengangguk hormat, dan keluar dari ruangan itu.

Sebentar kemudian ia sudah sibuk mencari file yang dimaksud atasannya. Berhubung ia baru disitu, Sisi belum tau seperti apa arsipnya. Ia membuka satu persatu file-file yang ada. Dua laci filling cabinet sudah ia bongkar, tapi tidak menemukan file yang dimaksud.

Masih ada dua laci lagi. File-file dalam filling cabinet itu acak-acakan dan tidak rapi. Sisi berniat akan merapikannya.

Ketika Sisi mengeluarkan file dari laci terbawah, pintu ruangan Digo terbuka.

Digo keluar sambil membuka kancing jasnya. Ia menoleh melihat Sisi sedang berjongkok memilah-milah file yang bertumpuk di lantai.

"Si? Kamu sedang apa?" tanya Digo heran.

Sisi terlonjak kaget. Ia segera berdiri dan merapikan rok spannya yang tertarik ke atas karena ia berjongkok tadi.

"Mmm... Cuma mau merapikan file-file aja kok, Pak. Soalnya saya belum menemukan file hasil meeting seperti yang bapak bilang tadi," sahut Sisi menunduk.

"Kamu simpan dulu file-file itu, kamu rapikan nanti. Sekarang temani saya makan siang," ujar Digo tak bisa dibantah.

"Baik, Pak," angguk Sisi yang segera mengambil file-file dilantai dan menyimpannya kembali di laci, kemudian bergegas menyusul Digo yang menunggunya di depan lift.

BERSAMBUNG...

Thank you for taking the time you want to read a story that is far from perfect this.

Please vote and you want to leave a comment so that I have more spirit writing and fix it again.

Thank you....

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang