Part 43

5.6K 336 3
                                    

Denis menatap sepasang manusia di sana dalam diam. Gadis itu tersenyum bahagia saat kekasihnya menyematkan cincin ke jari manisnya, mengecup jemarinya, memeluk dan mencium bibirnya.

Nyeri itu menusuk nusuk hatinya. Ia hanya bisa menatap kebahagiaan itu diam-diam. Denis memejamkan matanya mengusir pedih yang dirasakannya sejak lama.

Ia menginginkan gadis itu bahagia. Ia bahagia saat gadis itu tertawa. Dan ia ikut sedih saat gadis itu terluka. Denis membuka matanya dan menunduk, lalu berbalik.

Sherin berdiri di sana. Dihadapannya. Tidak jauh, hanya beberapa meter saja. Menatap Denis tak berkedip.

Gadis itu mendekat dan membawanya ke pelukannya. Berusaha menenangkan Denis. Ia sendiri terluka. Orang yang dicintainya tak bisa berpaling kepadanya.
Tapi ia masih ingin berusaha.

Denis menjauhkan tubuhnya dari pelukan Sherin. Gadis itu membimbingnya ke taman samping Villa dan duduk di sana memandang ke hamparan kebun teh di hadapan mereka.

"Mau sampai kapan kamu kaya gini, Nis?" tanya Sherin melirik laki-laki yang menunduk di sebelahnya.

Denis menggeleng.
"Aku gak tau, Sher. Kenapa aku gak bisa menganggapnya sahabat aja? Atau adik?"

"Gimana kamu mau ngelupain dia kalau kamu memelihara rasa cinta kamu begitu suburnya?" tanya Sherin getir.

"Bantu aku buat ngelupain dia, Sher," Denis meraih jemari Sherin dan menggenggamnya erat.

"Gimana kalau aku bilang aku sudah jatuh cinta sama kamu?" tanya Sherin menatap lurus ke depan.

Denis menoleh cepat. Ia tidak menyangka Sherin punya perasaan itu terhadapnya.

Sherin tersenyum mengejek dirinya sendiri.

"Aku gak tau mulai kapan, tapi kedekatan kita selama ini, meskipun kamu terpaksa melakukannya, membuatku mempunyai perasaan lain terhadapmu. Aku sadar, sangatlah berat untuk mencintai kamu, karena kamu sudah mencintai orang lain sebegitu dalamnya. Tapi, ijinkan aku tetap mencoba bersamamu, sampai saatnya nanti aku merasa sangat lelah dan ingin berhenti," Sherin menatap mata Denis dalam-dalam.

Denis menunduk. Ironis sekali rasanya. Ada gadis cantik dan baik yang mencintainya, sementara ia tidak bisa membalas perasaan itu, lebih memilih memelihara cinta yang ia tau tak kan bisa dimilikinya.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

Digo dan Sisi berlarian di jalan setapak di antara perdu pohon teh yang berjajar rapi.

Sisi berteriak-teriak kelelahan saat Digo masih saja terus mengejarnya.

"Stop Digo... Udah... Aku capek!" teriak Sisi masih berlari.

"Makanya kamu berhenti dong. Jangan lari mulu," balas Digo tertawa.

"Kamu berhenti dulu ngejarnya," teriak Sisi lagi sambil ngos-ngosan.

"Kenapa gak kamu aja yang berhenti?" Digo terkekeh mengejar Sisi.

Tiba-tiba Sisi terjatuh. Kakinya tersandung akar pohon yang menggembung melintang di jalan setapak itu.
"Aaauw!" teriak Sisi.

"Sisi!" Digo mendekat dan menolong Sisi. Dilihatnya lutut gadis itu terluka.
"Sakit?" tanya Digo cemas.

Sisi.mengangguk sambil meringis menahan sakit.

Tanpa banyak bicara, Digo menggendong Sisi kembali ke Villa.
Digo menurunkan Sisi di sofa.
Denis dan Sherin yang kebetulan sedang di situ langsung menghampiri Sisi.

"Kenapa? Kok sampe berdarah gini? Digo? Sisi kenapa?" sentak Denis panik.

Digo tidak menjawab. Ia hanya bergegas mengambil kotak P3K disamping dispenser di dekat meja makan.

MAKE YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang