31 | PUZZLE

76 21 20
                                    

"Aku tidak tahu ini akan bertahan berapa lama dan menggerogotiku seberapa dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak tahu ini akan bertahan berapa lama dan menggerogotiku seberapa dalam .... " Jimin membuang napas kasar, menarik pandang ke arah ranting pohon tua tepat di atasnya, "yang jelas ... aku lega bisa memperindah tempat kalian," lanjutnya sambil menjatuhkan pandang.

Jimin sendiri tak mengerti, bagaimana bisa air matanya tak juga memburamkan pandang saat ini, sementara ia ingin menangis sambil mengerang sampai sesak menghampiri. Sebenarnya, ia ingin sekali membantu air dalam mata keluar dengan menampar wajah menggunakan sepatu bot miliknya, namun ia cukup waras untuk itu semua.

"Aku merasa berdosa kepada semua sahabatku sekarang," ia kembali membuang napas kasar, "niat baikku menjenguk kalian, tapi pasti membuat mereka semua khawatir setengah mati." Terdengar tawa kecil setelahnya, bersamaan dengan gelengan kepala.

Dipandangi lekat-lekat dua buah nisan bertuliskan nama orang tuanya, mengabaikan angin yang memorakporandakan setelan kemeja hitam, tatanan rambut yang sengaja disisir pun ditata ke belakang.

Jimin tak lagi tahu, tak juga peduli sudah berapa lama ia duduk di pemakaman meski tubuhnya mulai menggigil—entah tanpa sengaja atau memang sengaja diabai.

"Apa kalian tahu kalau aku menghabiskan cukup banyak uang di tabunganku ini semua?" Jimin tertawa, sedikit tersentak pula dengan mata yang akhirnya basah, "sial, akhirnya mataku basah juga!"

"Aku yakin kalau kalian masih bernapas, pasti kalian akan menggodaku yang datang dengan tongkat ini. Hahaha, astaga aku rindu kalian, sangat amat!" Jimin menampung air matanya di telapak tangan sambil terus dipandangi, seakan melihat emas atau semacamnya.

Mulai sadar dengan keadaan tubuh yang mulai menggigil, Jimin memutuskan untuk pergi. Alih-alih tak tampak gelisah, kedua tangan dalam saku celana terus dimainkan sembari memikirkan sisa uang untuk biaya makan dan penginapan harian.

"Memikirkan sisa uang, huh?"

Jimin tersentak dengan suara yang menyauti kemelut dalam kepala. Seketika langkahnya terhenti dan tergesa membalikkan badan demi memastikan pemilik pertanyaan tadi.

"Hoi!" seru Jungkook.

"'Mau lari ke mana lagi, Bajingan?" sahut V, mewakili isi kepala Hwasa dan juga Wheein.

Entah harus bagaimana Jimin menjelaskan perasaannya yang kini bercampur aduk, bahagia atau sedih terus menggeliat di dada dan membuatnya tersenyum tipis sembari memandangi keempat manusia dengan air muka tak suka.

Jimin menggaruk tengkuk dengan senyum yang tak memudar, "mau bagaimana lagi, toh uangku juga sudah menipis."

"Kamu pasti tahu, kalau saat ini aku ingin sekali memenggal kepalamu," ujar Hwasa yang dibalas anggukan kecil dari Jimin.

"Tidak tahu diri!" seru Hwasa, sebelum akhirnya berhambur memeluk Jimin dan menjitak kepala pria itu beberapa detik kemudian.

"Jadi, di mana penginapanmu?" tanya Jungkook, masih sibuk menghabiskan susu pisang.

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang