Pintu kayu kembali terbuka, hawa dingin dengan siulan angin pun menyapa tiap-tiap roma yang tertidur pulas, menghentikan dengkuran keras mereka-mereka yang sejatinya tak terdengar jelas.Senyum kotak dipajang kuat-kuat demi menyembunyikan wujud asli akan luka pun duka pria yang masih membiarkan batang nikotin menyala pada apitan jarinya. "Sedang membicarakan apa?" tanya V.
"Bukankah seharusnya senyum kotakmu itu tidak muncul di saat-saat tegang seperti ini?" Wheein mengernyit, sembari menatap senyum manis V yang menurutnya sedikit pahit.
V mendesis, kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Wheein, "tidak bisakah kamu diam?"
Seketika magma di kepala Wheein menguap, ingin rasa ia mencubit kedua ginjal V hingga menjerit tak karuhan, setidak-tidaknya ia akan mendapat kepuasan. Oh, Wheein kamu mendadak mengerikan hanya karena pria ini! batinnya.
Sejenak kita tinggalkan Wheein dengan beberapa khayalan mengerikannya demi membuat V menjerit dan jera, sejujurnya Wheein hanya sebatas kesal—sedikit—berlebihan. Jadi, kita bisa kembali pada V yang terus memajang senyum kotaknya tanpa mendapat jawaban apa-apa.
Kedua alis V terangkat, lalu ia coba menghampiri ketiga sahabatnya dengan senyum yang perlahan memudar. "Baiklah, masalah apa kali ini?" V duduk tepat di samping Jimin, disusul dengan Wheein di samping Hwasa.
Jungkook berdecak, "kamu serius?" tanyanya, dijawab anggukan dari V, sedikit ragu.
Entah kenapa jantung V dan Wheein berdegum tak beraturan, sama halnya dengan kelopak Hwasa yang berkedut, ini juga mereka yakini sebuah petanda.
"Biar kubuatkan minuman," sela Hwasa yang kemudian beranjak dari meja.
"Wajahmu pucat, kamu sakit, Wheein?" tegur Jimin, lalu memberikan pak nikotin dengan tutup yang sengaja dibuka.
"Sepertinya kamu paham cara menyembuhkan beberapa penyakitku," Wheein buru-buru mengambil satu batang dan menyalakannya. Sementara Jimin mengarahkan telunjuknya pada Wheein, sembari mengedipkan satu mata, sebuah gambaran untuk menyatakan i got u! atau sebagainya. Menggemaskan.
Hwasa kembali dengan dua minuman di tangan. Setelah menyerahkan keduanya dengan cukup sopan, ketidak sopanan lain datang; merebut paksa batang nikotin pada bibir V yang kemudian membolakan netra.
"Sebegitu malaskah untuk sekadar menyalakan rokokmu sendiri?" tanya V, sedikit meninggikan nada bicara.
"Anggap saja aku sangat ingin menciummu," jawab Hwasa yang tanpa disadari membuat keempat sahabatnya terguncang.
"Kalian tidak pernah mendengar sebuah lelucon atau bagaimana?" Biadabnya Hwasa, masih tetap tenang dan menyesap rokok kuat-kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bless by Street | HWASA
FanfictionMamamoo x BTS [on going] "Apa arti kehidupan bagimu?" "Kehidupan? Menarik." Diberkatilah hidupmu dengan segala bentuk lika-likunya. Perangilah segala bentuk nyata yang memaksamu untuk lupa padamu yang sesungguhnya. - Maria Hwasa, wanita dengan sega...