22 | GASP

146 25 27
                                    

"Ini pesanan meja nomor 8,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ini pesanan meja nomor 8,"

"Ay-ay, segera diantar!"

"Bagaimana dengan lattenya?"

"Sedang dibuat!"

"Berhentilah mengoceh dan coba periksa pemasukan hari ini! Siapa tahu kamu korupsi,"

"Apa kamu benar-benar ingin kubunuh di depan banyak pelanggan?"

"Kalian ini bisa tenang tidak? Lihat, karena kalian mesin kopinya mogok bekerja!"

"MANA ADA YANG SEPERTI ITU!"

Keriuhan tersebut cukup membuat Kedai Kopi Jung berwarna, selama kurang lebih sebulan belakangan. Dengan bantuan V mengantar hidangan pun membereskan meja, Jungkook si barista andalan, dan tidak lupa Wheein di balik meja kasir sembari memeriksa pesanan yang berganti menyumbang suara emasnya ketika malam tiba.

Berpikir bahwa kedatangan dua manusia pembawa kegaduhan ini akan—sedikit—mengurangi omzet Kedai Kopi Jung, sekalipun memang benar perihal kegaduhan yang selalu keduanya bawa di setiap sudut kedai dengan pertikaian tak penting, namun justru kegaduhan berikutnya membawa lebih banyak pelanggan, sampai-sampai mereka bertiga hampir kewalahan.

Jungkook masih menerka-nerka, apakah ramainya pelanggan ini berkat pesona dirinya, V, atau malah Wheein. Akan tetapi, menurut Hwasa dan Jimin, memang V maupun Wheein cukup populer di bar; tempat mereka bekerja sebelumnya. Kemudian, Jungkook pun mulai merasa ketampanannya tersisihkan.

Ah, lupakan saja, yang penting omzet kedai saat ini mampu menyambung hidup kami di esok hari! batin Jungkook.

"Melamunkan apa, Tuan Jung?" tanya Hwasa, sembari mencolek lengan kekar Jungkook.

"Omzet kedai naik dua kali lipat, aku benar-benar tidak menyangka akan menarik sedikit ucapanku tentang dua manusia tidak berguna," jawab Jungkook.

Hwasa mengernyit, "manusia tidak berguna?" tanyanya, dijawab tunjukan jari Jungkook ke arah Wheein dan V yang sedang sibuk melipat tisu makan.

Astaga, jawaban Jungkook membuat Hwasa terkekeh kecil sekaligus ingin sedikit menggoda pria bergigi kelinci ini, "ingat, sekarang mereka teman seperjuanganmu, Tuan Jung!"

"Justu itu, aku memberi mereka pujian, 'kan?"

"Itu yang kamu sebut pujian? Tidak bisa dipercaya!" Hwasa menggeleng, lalu sibuk menyalakan batang nikotin dengan pemantik api kebesarannya, sementara Jungkook terus saja memandangi dua sahabat di seberang tempat duduknya.

Mata Hwasa seolah mengabsen satu per satu menusia dalam kedai, "tiga, empat, ... Jimin?"

Jungkook segera melempar pandang ke arah Hwasa, "huh, ada apa?"

"Jimin di mana?" tanya Hwasa, menyadari kegenapan yang tak biasa baginya.

"Ah, aku lupa menyampaikan kalau Jimin tidak pulang hari ini," jelas Jungkook, terdengar hingga ke tempat Wheein dan V yang sibuk dengan tisu-tisu mereka.

Bless by Street | HWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang